Wayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.
Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala. Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.
Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.
Di antara lakon-lakon yang umum dipakai, yang diambil dari kisah perang Bharatayudha adalah:
• Gugurnya Bisma
• Gugurnya Drona
• Gugurnya Abhimanyu / Abimanyu
• Gugurnya Karna
• Gugurnya Salya
• Gugurnya Jayadrata
Lakon - lakon terkenal sebelum Bharatayudha misalnya:
• Sayembara Dewi Amba
• Pendawa - Korawa Aguru
• Pendawa - Korawa Berjudi
• Sayembara Drupadi
• Lahirnya Gatotkaca
• Aswameda Yadnya
• Kresna Duta
• Matinya Supala
• Dan lain-lain.
Wayang Parwa biasanya didukung oleh sekitar 7 orang yang terdiri dari:
• 1 orang dalang
• 2 orang pembantu dalang
• 4 orang penabuh gender wayang (yang memainkan sepasang pemade dan sepasang kantilan)
Durasi pementasannya lebih panjang daripada Wayang lemah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.
Enable comment auto-refresher