Information about place
In English
According to previous stories, Wanagiri Village was formed in 1973, which was a merger of three hamlets, namely Alas Ambengan hamlet including Ambengan area, Yeh Ketipat hamlet including Giitgit Village area, and Asah Panji hamlet including Panji Village area. Before Mount Agung erupted in 1963, the Wanagiri Village community's plantation was a wilderness area, at that time there were approximately 10 residents of Asah Panji Hamlet. The ten people found this area as a coffee plantation, so to facilitate administrative affairs they opened a path to Panji Village. Because the area had a large population and at a time when administrative arrangements were very difficult, the three hamlets agreed to form a new village. Each hamlet submitted the name of a candidate for the village, including:
Warnasari Village, with the consideration that those who inhabit this village are a mixture of (immigrants) from various regions/districts and various different castes. Catursari Village, with the consideration that the people who inhabit this village are different castes such as: Brahmins, Kshatriyas, Vaisyas and Sudras
Wanagiri Village with consideration because this village is located in a mountainous area of the wilderness area with the meaning "Wana" means forest or pedestal (Balinese) "Giri" means Mountain (hill).In Balinese
In Indonesian
Menurut cerita orang terdahulu, Desa Wanagiri dibentuk pada tahun 1973, yang merupakan penggabungan dari tiga dusun yaitu dusun Alas Ambengan termasuk wilayah Ambengan, Dusun Yeh Ketipat termasuk wilayah Desa Giitgit, dan Dusun Asah Panji termasuk wilayah Desa Panji. Sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963 perkebunan masyarakat Desa Wanagiri merupakan kawasan hutan belantara, pada waktu itu penduduk Dusun Asah Panji kurang lebih 10 orang penghuni. Kesepuluh orang tersebut menemukan wilayah ini sebagai perkebunan kopi, sehingga untuk memudahkan urusan admiistrasi mereka membuka jalan setapak ke Desa Panji. Karena wilayah tersebut jumlah penduduknya semakan banyak dan pada saat pengurusan administrasi sangat sulit, ketiga dusun tersebut sepakat untuk membentuk Desa baru. Masing-masing Dusun mengajukan nama calon desa antara lain:
Desa Warnasari, dengan pertimbangan bahwa yang mendiami desa ini adalah campuran (pendatang) dari berbagai daerah/kabupaten dan berbagai kasta yang berbeda. Desa Catursari, dengan pertimbangan bahwa yang mendiami desa ini adalah kasta yang berbeda seperti : Brahmana, Ksatria, Waisya dan sudra
Desa Wanagiri dengan pertimbngan karena desa ini lokasinya di daerah pegunungan kawasan hutan belantara dengan pengertian "Wana" artinya hutan atau alas (Bahasa Bali) "Giri" artinya Gunung (bukit).
Enable comment auto-refresher