Property:Response text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
*
-  +
"
Sampah sisa Upacara dibagi menjadi dua yaitu sampah organik (canang, daun, janur, bunga) dan sampah anorganik (plastik kresek, botol). Sampah sisa upacara banyak ditemukan di pura-pura besar yang ada di Bali, contohnya Pura Batur. Sampah ini datang dari para umat yang melakukan persembahyangan ketika ada maupun tidak ada upacara keagamaan. Jika ada masalah pasti ada jalan keluarnya. Sampah organik seperti canang, daun, janur, dan bunga dapat diolah menjadi "BRIORA" Briket Organik Dari Sampah Sisa Upacara. Briket ini bisa dijadikan pengganti dupa dan bakaran saat melakukan persembahyangan. BRIORA ini juga bisa digunakan untuk memasak sarana upacara seperti mengguling babi guling dan membakar sate. BRIORA dapat dijual oleh orang-orang pura yang telah mengolah sampah organik tersebut, dengan menjualnya secara offline dan online (e-commerce, media sosial). Hal inilah yang menyebabkan sampah organik sisa upacara jauh lebih baik diolah menjadi briket organik karena, 1. Membangun rasa kreativitas 2. Memunculkan rasa peduli lingkungan 3. Menambah penghasilan  +
Overtourisme di Bali menyebabkan alih fungsi lahan, krisis air, sampah plastik, serta gangguan keamanan (Nugraha, 2022). Hal ini muncul akibat pemasaran pariwisata yang sukses, akses yang mudah, serta daya tarik budaya dan alam yang diperkuat oleh media sosial serta tren digital nomad (Veríssimo dkk., 2020). Dampaknya meliputi kemacetan, meningkatnya harga properti, dan kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan Sertifikasi Usaha Pariwisata sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2009 guna meningkatkan kualitas industri pariwisata. Kami, siswa SMA Negeri 4 Denpasar, mengembangkan inovasi dalam pengolahan sampah serta promosi UMKM lokal agar budaya tetap lestari. Saat ini, program kami telah berkembang dengan fokus pada pembangunan bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif. Kaum muda memiliki peran penting dalam mendorong perkembangan yang positif. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam menyeleksi wisatawan perlu diperketat demi keberlanjutan pariwisata Bali. Mari bersama menjaga lingkungan dan membangun masa depan yang lebih baik!  +
Bali berada di ambang kehancuran akibat overtourism. Pantai-pantai yang dulu tenang kini penuh sesak, sampah menumpuk di sudut-sudut destinasi, dan budaya lokal perlahan memudar di bawah bayang-bayang komersialisasi. Jika tidak segera diatasi, Bali akan kehilangan jati dirinya dan berubah menjadi sekadar “mesin uang” bagi industri pariwisata tanpa mempertimbangkan keberlanjutan. Solusi tegas tidak bisa ditunda pemerintah harus segera menerapkan kuota wisatawan di destinasi utama. Bhutan telah membuktikan bahwa membatasi jumlah pengunjung mampu melindungi budaya dan lingkungan tanpa mengorbankan pendapatan. Bali harus berani mengambil langkah serupa yaitu menerapkan tarif konservasi tinggi bagi turis asing, membatasi akses ke area sensitif, dan menindak tegas pelanggaran aturan. Jika pembiaran ini berlanjut, jangan heran jika Bali di masa depan hanya menjadi kenangan indah yang terkubur di bawah reruntuhan keserakahan. Bali bukan sekadar objek wisata melainkan ini rumah yang harus kita lindungi sekarang juga, atau semuanya akan terlambat. Akankah Bali hancur demi keuntungan jangka pendek?  +
Untuk mengurangi sampah dalam kegiatan keagamaan di Bali, gunakan bahan alami seperti daun dan bunga untuk persembahan dan hindari plastik sekali pakai. Pilih kemasan yang dapat didaur ulang dan siapkan tempat sampah terpisah. Edukasi peserta tentang pentingnya memilah sampah dan menjaga kebersihan.  +
"Inisiatif Ramah Lingkungan dalam Aktivitas Keagamaan" (IRLAK) Kita semua tahu Bali memiliki banyak ritual keagamaan di Pura. Pasti sampah yang dihasilkan banyak dan akan berdampak negatif antara lain mengganggu keseimbangan Tri Hita Karana terutama Palemahan. Oleh karena itu, upaya harus dilakukan untuk mengurangi produksi sampah, baik organik maupun non-organik. Salah satu upaya yang baik adalah mendidik masyarakat tentang bahaya plastik, terutama dalam upacara keagamaan. Misalnya mengganti kantong plastik dengan kantong kain atau wadah yang dapat digunakan lagi untuk membawa barang-barang keagamaan. Kegiatan gotong royong dengan pengayah atau komunitas pura setelah upacara juga dapat dilakukan untuk membersihkan area sekitar pura, dengan membuang sampah organik dan non-organik. Usaha ini mengajarkan tanggung jawab terhadap Palemahan. Dengan usaha ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat tanpa mengorbankan agama. "Janganlah mencari contoh namun jadilah contoh yang baik untuk semua orang"  +
Untuk mengurangi sampah dalam kegiatan keagamaan di Bali, beberapa langkah bisa diterapkan. Pertama, pilihlah bahan yang ramah lingkungan, seperti daun pisang, ketimbang plastik atau kertas. Kedua, berikan pelatihan tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat dan pengunjung. Ketiga, terapkan sistem pemilahan sampah yang baik, pisahkan antara sampah organik dan non-organik. Namun, jika langkah-langkah ini belum memadai, pertimbangkan langkah tambahan. Perbaiki infrastruktur pengelolaan sampah dengan fasilitas daur ulang yang lebih baik dan tempat pembuangan akhir yang efektif. Cari alternatif bahan yang lebih mudah terurai dan dukung inovasi lokal dalam menciptakan produk ramah lingkungan. Terapkan program kompos untuk sampah organik agar bisa menjadi pupuk. Pastikan adanya pengawasan yang ketat dan penegakan aturan terkait pengelolaan sampah, serta tingkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan sampah. Dengan pendekatan menyeluruh dan konsisten, kita dapat menjaga lingkungan sambil tetap menghormati tradisi keagamaan.  +
Bali mengalami dampak negatif akibat overtourism, seperti kerusakan lingkungan, kemacetan, dan eksploitasi budaya. Pada Agustus 2024, tercatat 616.641 wisatawan mancanegara mengunjungi Bali, mayoritas melalui Bandara Ngurah Rai (Bali Post, 2024). Lonjakan wisatawan memperparah kemacetan di Kuta dan Ubud. Dari Januari hingga April 2024, jumlah wisatawan asing mencapai 1.847.735, meningkat 7,24% dibandingkan bulan sebelumnya (Acadlore, 2024). Untuk mengatasi masalah ini, perlu pembatasan jumlah wisatawan, regulasi ketat pembangunan, dan peningkatan kesadaran wisatawan. Diversifikasi destinasi ke wilayah kurang padat, seperti Bali Utara dan Barat, dapat mengurangi tekanan di area populer. Pemerintah juga harus menegakkan aturan lingkungan dan memastikan manfaat ekonomi lebih merata bagi masyarakat lokal. Dengan pendekatan berkelanjutan, Bali tetap bisa menjadi destinasi unggulan tanpa mengorbankan alam dan budaya yang menjadi identitasnya.  +
Generasi milenial dapat mengatasi overtourism dengan memilih destinasi alternatif yang kurang padat namun tetap menarik. Bepergian di luar musim ramai juga menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan dan membantu ekonomi lokal sepanjang tahun. Selain itu, mendukung pariwisata berkelanjutan dengan memilih akomodasi ramah lingkungan, menggunakan transportasi umum, serta mengurangi jejak karbon sangat penting. Menghormati budaya lokal dengan memahami adat istiadat setempat, mengurangi polusi suara, dan berbelanja di usaha lokal juga dapat memberikan dampak positif. Teknologi pun dapat dimanfaatkan untuk menemukan tempat tersembunyi, menghindari antrean panjang, dan merencanakan perjalanan lebih efisien. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, generasi milenial dapat tetap menikmati wisata yang berkualitas tanpa merusak lingkungan atau mengganggu kehidupan masyarakat setempat, sehingga tercipta keseimbangan antara eksplorasi dan pelestarian.  +
Mengurangi sampah di pura dapat dimulai dengan mengikuti *Peraturan Gubernur Bali No. 97 Tahun 2018* tentang pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai. Sebagai contoh, pura dapat mengadopsi sistem *zero waste* dengan menyediakan wadah khusus bagi umat untuk menaruh sesajen tanpa plastik pembungkus. Ini akan mengurangi sampah plastik hingga 30% per upacara. Selain itu, tempat sampah dapat disediakan sesuai jenisnya, yakni untuk sampah organik dan non-organik, sesuai *Perda No. 5 Tahun 2011* tentang Pengelolaan Sampah. Sampah organik, seperti daun bekas sesajen, dapat diolah menjadi kompos yang berguna bagi tanaman hias di area pura. Upaya ini bisa dilengkapi dengan edukasi dan gotong royong rutin tiap bulan, sehingga umat tidak hanya menjalankan ritual, tetapi juga menjaga kesucian alam di sekitar tempat ibadah.  +
“Sikapi dan Cegah : Cara Mengurangi Sampah dalam Kegiatan Keagamaan” Permasalahan sampah dalam kegiatan keagamaan di Bali sangat banyak. Oleh karena itu demi menjaga kesucian dan keharmonisan Bali, sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, dan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Masyarakat Bali harus mengambil peran untuk mengurangi sampah, sebagai berikut : a). Meningkatkan pengetahuan masyarakat desa tentang sampah, seperti sosialisasi atau lainnya. b). Menetapkan aturan terkait pengelolaan sampah dalam kegiatan keagamaan. Misalnya Pura Besakih, salah satunya larangan penggunaan kantong plastik. c). Menyadarkan komunitas pedesaan tertentu tentang sampah. Seperti halnya komunitas “Bisa Normal” di Desa Wongaya Gede. Makna Pengolahan Sampah Karya Agung Pura Batukaru. d). Bank sampah sebagai tempat memilah dan mengumpulkan sampah yang dapat digunakan kembali. e). Kerjasama antara pelajar dan warga desa atau kerjasama antar desa terkait pengelolaan sampah. f) Evaluasi.  +
Mengelola sampah saat melakukan kegiatan keagamaan adalah salah satu hal yang baik untuk kita perhatikan. Sampah yang berasal dari banten, sesajen, dan bahan-bahan upacara lainnya dapat diatasi dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Saya memohon agar kita mulai mengurangi penggunaan banten yang terbuat dari plastik sekali pakai dan menggantinya dengan bahan-bahan alami yang dapat terurai atau kembali ke alam. Dengan begitu, sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk atau kembali ke tanah dengan baik. Sedangkan untuk plastik atau sampah non-organik, kita harus mengumpulkannya dan mengolahnya di tempat pengolahan sampah yang benar. Cara ini akan membantu kita menjalankan kegiatan keagamaan dengan baik sekaligus menjaga kelestarian alam. Semoga setiap orang lebih memperhatikan cara-cara yang tidak hanya mendukung kepercayaan dan budaya, tapi juga mendukung kelestarian lingkungan.  +
Bagaimana cara mengurangi sampah yang tertinggal di tempat ibadah Hindu, terutama di Pura Batur dan Besakih? Untuk mengurangi sampah sisa sarana persembahan di Pura Batur dan Besakih, beberapa langkah perlu dilakukan. Pertama, mengganti bahan-bahan persembahan yang berbahan plastik dengan bahan-bahan alami seperti daun pisang, bambu, dan bunga-bunga lokal yang mudah terurai. Kedua, memberikan edukasi kepada umat Hindu mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan mengurangi penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan. Ketiga, menyediakan fasilitas pemilahan sampah di sekitar pura untuk mempermudah proses daur ulang. Keempat, bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas lokal untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan berbasis kearifan lokal.  +
Untuk mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, gunakan bahan ramah lingkungan seperti peralatan makan dari daun atau bahan biodegradable, menggantikan plastik sekali pakai. Kedua, edukasi para peserta tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah yang baik. Ketiga, terapkan konsep "bawa tempat sendiri" untuk botol minum atau wadah makanan guna mengurangi sampah plastik. Keempat, sediakan tempat sampah yang memisahkan sampah organik, non-organik, dan daur ulang agar proses pembuangan lebih efektif. Kelima, kurangi penggunaan kertas dengan mengganti selebaran fisik dengan media digital seperti aplikasi atau poster elektronik. Langkah-langkah ini bisa membantu menciptakan aktivitas keagamaan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.  +
Mengurangi sampah dalam setiap upacara keagamaan dapat diwujudkan melalui konsep "Pura Hijau", yaitu menjadikan pura sebagai tempat ibadah yang ramah lingkungan. Langkah awalnya adalah mengurangi bahan sekali pakai selama upacara. Misalnya, mengganti plastik dengan bahan alami seperti daun pisang atau anyaman bambu sebagai wadah sesajen. Konsep "Pura Hijau" juga dapat diimplementasikan dengan menyediakan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan anorganik, sehingga lebih mudah diolah. Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan perlu diberikan kepada umat, termasuk anjuran membawa peralatan ibadah ramah lingkungan. Dengan demikian, "Pura Hijau" tidak hanya sekadar konsep tetapi dapat diterapkan secara nyata dalam setiap upacara, sehingga menjaga kesucian tempat ibadah serta melestarikan lingkungan sekitar.  +
Dalam kegiatan agama, bisa menghasilkan banyak sampah jika belum disertai dengan upaya menjaga lingkungan. Salah satu contohnya adalah penggunaan plastik sekali pakai yang menjadi sumber utama sampah. Cara yang baik untuk mengurangi hal ini adalah dengan tidak menggunakan plastik atau bahan yang sulit terurai, melainkan menggunakan barang-barang yang bisa dipakai kembali, seperti bokor anyaman atau tas kain. Saling peduli terhadap lingkungan dan gotong royong membersihkan sampah, meskipun kecil, sangat penting. Pada acara-acara besar, pengelolaan sampah bisa diatur sebelum upacara berlangsung agar tidak menumpuk. Menjaga lingkungan dalam kegiatan agama sudah seharusnya menjadi bagian dari ajaran agama yang turut serta menjaga alam dan keharmonisan. Dalam kegiatan agama, bisa menghasilkan banyak sampah jika belum disertai dengan upaya menjaga lingkungan. Salah satu contohnya adalah penggunaan plastik sekali pakai yang menjadi sumber utama sampah. Cara yang baik untuk mengurangi hal ini adalah dengan tidak menggunakan plastik atau bahan yang sulit terurai, melainkan menggunakan barang-barang yang bisa dipakai kembali, seperti bokor anyaman atau tas kain. Saling peduli terhadap lingkungan dan gotong royong membersihkan sampah, meskipun kecil, sangat penting. Pada acara-acara besar, pengelolaan sampah bisa diatur sebelum upacara berlangsung agar tidak menumpuk. Menjaga lingkungan dalam kegiatan agama sudah seharusnya menjadi bagian dari ajaran agama yang turut serta menjaga alam dan keharmonisan.  +
Pelaksanaan upacara keagamaan harus dilakukan dengan pengelolaan sampah yang baik, agar tetap teratur dan tertib. Sampah organik, seperti banten yang sudah digunakan, sebaiknya diolah menjadi kompos atau digunakan kembali untuk tanaman di kebun atau hutan. Sampah plastik dan anorganik harus dipisahkan dan ditempatkan di tempat sampah yang sesuai. Desa adat perlu menerapkan sistem daur ulang yang melibatkan masyarakat lokal, sehingga plastik dan bahan anorganik lainnya dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, penting untuk memberikan edukasi dan penyuluhan kepada generasi muda dan masyarakat agar sampah tidak menumpuk dan untuk mencegah polusi. Ini adalah tanggung jawab kita untuk menjaga lingkungan yang bersih dan lestari.  +
$
$ +
Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan cara pengurangan sampah dalam aktivitas keagamaan. 1. Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan 2. Pengelolaan Sampah dengan Baik 3. Mengurangi Penggunaan Bahan Berlebih 4. Pemanfaatan Kembali bahan bahan upacara 5. Edukasi dan Sosialisasi 6. Inovasi dalam Upacara Sekian pendapat yang bisa saya sampaikan untuk mengurangi sampah dalam aktivitas ke agamaan, terimakasih.  +
$$ +
-  +
%
% +
-  +