Literature Bantuan Kemanusiaan Untuk Pengungsi Ukraina

From BASAbaliWiki
20220517T235732792Z345636.jpg
0
Vote
Title (Other local language)
Photograph by
Author(s)
Reference for photograph
Subject(s)
    Reference
    Related Places
    Event
    Related scholarly work
    Reference
    Competition
    Pengungsi


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    What is your attitude and responsibility to refugees who come to your area because of a conflict such as what's happening in Ukraine?

    Description


    In English

    In Balinese

    In Indonesian

    Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi, mendefinisikan pengungsi sebagai “orang yang dikarenakan oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan dalam kelompok sosial dan partai politik tertentu, berada diluar Negara kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari Negara tersebut.” Hal ini seperti konflik yang sedang terjadi di negara Ukraina.

    Konflik Rusia vs Ukraina menyebabkan banyak dampak bagi dunia. Salah satunya berdampak terhadap krisis perpindahan penduduk dan masalah kemanusiaan. Menurut United Nation High Commisioner For Refugees (UNHCR), sebanyak lima juta warga Ukraina telah meninggalkan negara mereka dan sekitar tujuh juta orang terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka di dalam negeri dalam kurun waktu kurang dari dua bulan sejak pasukan Rusia memulai perang di Ukraina. UNHCR menyebut arus pengungsi ini merupakan yang paling cepat pertumbuhannya. Jutaan warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke negara lain guna mencari tempat yang aman bagi mereka.

    Berbicara tentang pengungsi Ukraina yang mencari tempat berlindung, andai kata mereka memilih ke Indonesia khususnya ke daerah Bali sebagai tempat tujuan mereka untuk mengungsi. Saya sebagai siswa setuju dan menerima kedatangan mereka sebagai pengungsi karena saya turut berempati terhadap para pengungsi tersebut. Sebagaimana diajarkan di sekolah, kami tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan atau materi pembelajaran saja, tetapi juga dibangun untuk menjadi manusia yang menjunjung tinggi rasa perikemanusiaan yang dapat diwujudkan melalui sikap dan kepedulian terhadap sesama. Selain itu, di dalam butir sila kedua dasar Negara Republik Indonesia (NKRI) yaitu pancasila yang berbunyi, "Kemanusiaan yang adil dan beradab", menurut saya para pengungsi Ukraina hendaknya diperlakukan dengan adil dan setara sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Terlebih lagi kami sebagai umat hindu mengenal ajaran Tat Twam Asi, yang mengajarkan dan menuntun kita untuk memiliki jiwa kasih sayang.

    Sehubungan dengan itu, banyak cara dapat dilakukan untuk membangun kepedulian dimana para pelajar juga bisa ikut membantu masyarakat dalam mewujudkannya. Mengingat kita sebagai generasi muda yang menyimpan segudang potensi kreatif dan inovatif. Adalah suatu hal yang sangat terpuji bila mana kedua hal tersebut diarahkan ke hal-hal positif. Salah satunya bisa untuk tujuan kemanusiaan yaitu membantu para pengungsi akibat konflik. Inspirasi bisa didapatkan dari mana saja. Misalnya, seperti aksi kemanusiaan yang pernah dilakukan oleh Dua mahasiswa di Universitas Harvard, Marco Burstein dan Avi Schiffmann, menggunakan keterampilan coding mereka untuk membuat situs web UkraineTakeShelter.com yang ditujukan untuk membantu pengungsi Ukraina menemukan sponsor di seluruh dunia. Lebih dari 18.000 orang telah mendaftar untuk menawarkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Contoh ini bisa dijadikan salah satu inspirasi bagi para pelajar agar dapat berkreativitas dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK untuk tujuan kemanusiaan.

    Di zaman generasi milenial ini, informasi bisa didapatkan hanya dengan mengakses internet atau media sosial. Kedua hal ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk menyalurkan dan berbagi kreativitas serta inovasi yang bermanfaat kepada masyarakat terkait masalah pengungsi. Jika di sekolah, bentuk kepedulian berdasarkan insiatif, ide kreatif, dan inovasi siswa dapat disalurkan ke dalam sebuah wadah berupa Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan salah satu kegiatannya dalam hal pengabdian kepada masyarakat utamanya untuk tujuan kemanusiaan. Dalam upaya membantu pengungsi, hal yang bisa kita lakukan misalnya penggalangan dana secara online dengan memanfaatkan teknologi, atau juga berkreativitas menghasilkan karya-karya kemudian dijual untuk memenuhi keperluan donasi.. Uang yang terkumpul nantinya dapat diserahkan kepada lembaga terkait yang menangani masalah pengungsi. Dana ini bisa digunakan sebagai anggaran untuk memenuhi kebutuhan pokok para pengungsi seperti makanan, minuman, pakaian, fasilitas kesehatan, dan kamp pengungsian.

    Demikianlah, opini saya terkait sikap dan tanggung jawab apabila ada pengungsi yang datang ke tempat saya akibat konflik. Tentunya kita menerima keberadaan mereka dan turut serta membantu melalui berbagai kreativitas tetapi tetap didasari atas peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Harapan saya, penjelasan tadi bisa menginspirasi atau pun menambah wawasan bagi yang membaca. Mari kita bersama-sama mendoakan agar konflik ini dapat terselesaikan secepatnya guna mewujudkan perdamaian.