Property:Biography text id
From BASAbaliWiki
D
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
Jalan Ir. Djuanda No.1, Renon, Civic Center Niti Mandala Denpasar 80235
Phone : (0361) 264474, 245297. Fax. (0361) 245297
Website: www.disbud.baliprov.go.id
Email : infodisbud@baliprov.go.id +
KONTAK KAMI
Alamat : Jalan S. Parman No. 1 Renon – Denpasar
No. Telp : 0361-222387
Fax : 0361-226313
Website : disparda.baliprov.go.id
E-Mail : dispar@baliprov.go.id +
Donald Stuart Leslie Friend lahir Cremorne, Australia, 6 Februari 1915. Ia meninggal tanggal 16 Agustus 1989 di Sydney, Australia. Ia adalah seorang pelukis berkebangsaan Australia yang lama menetap di Bali. Ia belajar seni di Sydney Long (1931) dan Antonio Dattilo Rubbo (1934-1935), kemudian di London (1936-1937) di Sekolah Seni Westminster. Ia pernah menjadi tentara saat Perang Dunia II.
Sebagian besar kehidupan dan kariernya dihabiskan di luar Australia, di berbagai tempat seperti Nigeria (akhir 1930-an), Italia (1950-an), Sri Lanka (akhir 1950-an – awal 1960-an), dan Bali (dari 1968 - 1980). Ia pernah memenangkan Hadiah Blake untuk Seni Keagamaan pada 1955. Namun belakangan, karya-karyanya sebagian besar menampilkan figur laki-laki muda telanjang.
Selain pelukis, ia dikenal sebagai penulis buku harian. Ia menulis buku harian sejak usia 14 tahun. Buku hariannya diterbitkan secara anumerta sebanyak empat jilid pada tahun 2001 hingga 2006 oleh Perpustakaan Nasional Australia. Buku hariannya yang jilid IV banyak membahas kehidupannya di Bali dan hubungannya dengan laki-laki muda Bali. +
Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si., lahir di Br. Petak, Desa Petak Kaja Gianyar Bali, pada 21 April 1963. Ia menyelesaikan pendidikan S1 (Bahasa dan Sastra Bali) pada Fakultas Sastra Universitas Udayana (1987) dan meraih Master of Cultural Studies pada Program Pascasarjana Universitas Udayana (2004). Pada 2012, ia meraih gelar Doktor Linguistik dengan Konsentrasi Wacana Sastra pada Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul disertasi “Wacana Siwa-Buddha dalam Kakawin Nilacandra: Analisis Resepsi”. Ia pernah bekerja di bagian Manuskrip Perpustakaan Nasional RI Jakarta (1990-1996). Selain itu, ia adalah Dosen Luar Biasa pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta (1990-1996). Selain itu, Badan Perpustakaan Provinsi Bali juga adalah tempatnya mengabdi pada 1997-2005. Sejak 2006, ia menjadi Dosen PNS Dpk pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, IKIP PGRI Bali, LLDIKTI Wilayah VIII. Ia telah meneliti sejumlah manuskrip lontar. Bukan hanya meneliti, ia juga membuat katalogisasi, transliterasi, serta menerjemahkannya. Beberapa buku telah ditulisnya. Antara lain, Geguritan Uwug Kengetan (2014), Musala Parwa (2015), Prastanika Parwa (2016), Bhomakawya (2017), Wacana Siwa-Buddha dalam Kakawin Nilacandra (2018), Ala-ayuning Dina Mwah Sasih (2018), dan Kakawin Nilacandra Abad XX (2019). +
Drs. I Nyoman Aris adalah sastrawan yang berasal dari Banjar Kebayan, Desa Tangeb, Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Drs. I Nyoman Aris lahir pada tanggal 19 September 1984. Beliau adalah putra dari Alm. I Wayan Lanus dan Alm. Ni Nyoman Namrug. Riwayat pendidikan beliau yaitu pernah menempuh Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1962, smp pada tahun 1965, KPG pada tahun 1978, PGSLP pada tahun 1980 dan S1 jurusan Bahasa dan Sastra Bali pada tahun 1990. Drs. I Nyoman Aris adalah seorang tenaga pendidik di SMK Seni Ukir Tangeb. Selain itu, beliau juga seorang petani dan sering menjadi juri sekaligus pembina dalam perlombaan utsawa dharma gita. Banyak penghargaan yang beliau raih salah satunya juara 1 mekidung/makakawin. Karya terbesar beliau adalah Kidung Yadnya, karya lainnya seperti imba tembang (pupuh), tuntunan malajah makakawin, dan tuntunan malajah makidung lengkap disertai tangga nada dan notasinya sehingga memudahkan kita untuk belajar makidung. +
Dibalik indahnya sebuah Karya Sastra, tentunya terdapat seorang pengarang/sastrawan yang membuatnya. Seorang yang mampu menghasilkan Karya Sastra tentunya memiliki alasan maupun asal-usul yang membuat ia berhasil dalam membuat Karya Sastra. Tidak menutup kemungkinan, berawal dari rasa kagum, seseorang dapat menghasilkan sebuah Karya Sastra yang luar biasa dan membuat banyak orang tertarik.
Salah seorang sastrawan yang berhasil menghasilkan karya sastra yang berasal dari rasa kagum dan tertarik dengan dunia sastra, yaitu Bapak Drs. Wayan Selat Wirata. Beliau lahir di Badung, 20 Juli 1959. Beliau adalah putra dari Bapak I Ketut Biasa (alm.) dan Ibu Ni Nyoman Rajug (alm.). Beliau beralamat di Br. Umakepuh, Ds. Buduk, Kec. Mengwi, Kab. Badung. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Widya Sabha Kabupaten Badung. Adapun penghargaan yang bernah beliau raih diantaranya: Juari I Lomba Palawakya Kab. Badung, Juara 2 Lomba Palawakya Prov. Bali, Kerti Budaya Kab. Badung.
Adapun Karya Sastra yang beliau buat diantaranya: Puisi (Besakih, Kisi-kisi Pasisi Seseh), Cerpen (Cetik Dadong Tanggu), Geguritan (Matatah, Melasti, Sri Tatwa). Dari seluruh karya sastra beliau, beliau lebih tertarik dengan karyanya yaitu Geguritan yang berjudul Geguritan Melasti, karena di dalam karyanya tersebut dapat memberikan tattwa tentang melasti, pengrupukan/tawur agung, nyepi dan ngembak geni. Kemudian ada Geguritan Matatah yang berisi makna dan filosofi tentang matatah/potong gigi, dan Geguritan Sri Tattwa yang berisi tentang pertanian di sawah. Beliau menciptakan Karya Sastra karena keinginan beliau sendiri yang gemar mempelajari sastra dan ingin menciptakan Karya Sastra seperti pendahulu. +
Drs. Ida Bagus Ratu Sanca, M.Si adalah sastrawan Bali yang berasal dari Karangasem. Beliau lahir pada hari Jumat Pon Julungwangi pada tanggal 4 April 1952. Beliau merupakan putra dari pasangan alm. Ida Pedanda Wayan Pidada dan Ida Pedanda Istri Agung.
Disini saya akan membahas karya geguritan beliau yang beliau karang sendiri yang berjudul “Geguritan Gering Agung Pandemi Covid Sembilan Belas”. Isi dari geguritan ini berisikan tentang seputaran covid-19 yang marak saat ini. Dimulai dari mana asal covid ini dan cara pencegahannya. Geguritan ini berisikan 4 jenis pupuh yaitu pupuh dandang gula (2 bait), pupuh sinom (11 bait), pupuh ginada (11 bait) dan pupuh durma (11 bait). +
"Musik membikin koneksi"
Duo Saraswati adalah duo cello-piano yang terdiri dari kakak beradik Jan dan Kris van der Plas. Keduanya sama-sama besar dan studi musik di Belanda, mereka menghubungkan antara musik tradisional Indonesia dan musik klasik Eropa melalui latar belakang mereka Bali. Baru-baru ini kami tampil di Concertgebouw di Amsterdam. Selama pertunjukan, kami di liput dan di
wawancarai langsung oleh NPO Radio 4 Amsterdam.
Kebersamaan melalui perbedaan
Di dunia yang cenderung berpikir lebih kontras, keduanya merangkul perbedaan mereka karena itulah yang mendefinisikan mereka. Perpaduan dua budaya merupakan cara bagi mereka untuk menyatukan orang-orang dari berbagai budaya.
Indonesia dan Belanda jadi satu
Programa Duo Saraswati beragam dan selalu berusaha menemukan keterkaitan antara musik Eropa dan Indonesia. Contohnya adalah musik gamelan yang digubah oleh Colin McPhee dimainkan dengan cello dan piano, dan menyatukan lagu-lagu Mochtar Embut dan sonata Francis Poulenc. Duo Saraswati juga punya hubungan melalui sering bermain di lokasi konser yang berbeda-beda.
Jan van der Plas (1997) pernah bermain di Amsterdam Sinfonietta dan selama studinya ia menampilkan banyak karya kontemporer. Komposer muda sangat ingin bekerja sama dengan Jan. Dia belajar di Conservatorium van Amsterdam
dengan Gideon den Herder dan Jelena Očić, dan dia lulus masternya pada tahun 2021. Jan memainkan cello buatan tahun 1967 yang dibuat oleh Jaap Bolink, disediakan oleh National Instrument Fund.
Kris van der Plas (2002) adalah seorang pianis muda dengan motivasi kuat untuk membuat dengan grup musisi yang kecil. Pada tahun 2020 dia pemenang pertama dari final regional Princes Christina Concours di mana dia juga menjadi finalis nasional. Kris sering diminta untuk bermain oleh penyanyi dan instrumentalis karena dia fleksibel dan pengetahuan repertoarnya yang luas. Saat ini Kris sedang belajar dengan Frank Peters di Conservatorium van Amsterdam. +
Dwitra J. Ariana adalah pembuat film, penulis dan pegiat teater yang lahir di Jeruk Mancingan, Bangli, 1 Juli 1983. Ia pernah aktif di Sanggar Cipta Budaya SLTP 1 Denpasar dan Teater Angin SMU 1 Denpasar. Kemudian ia merambah ke dunia film. Film-filmnya pernah terpilih sebagai Official Selection Ganesha Film Festival (Ganffest) 2008 Bandung, Surabaya Film Festival (S13FFEST) 2007, Festival Film Dokumenter (FFD) Jogjakarta 2006. Pernah tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Teknik Arsitektur Universitas Udayana, Graphic Design WEC, Fakultas Hukum Universitas Udayana, dan Institut Seni Indonesia Denpasar jurusan Desain Komunikasi Visual; namun semua tidak ia tamatkan. Kini, ia menetap di kampung halamannya dan memilih hidup sebagai petani. +
Berbagai tempat wisata di Bali mengadakan berbagai macam promo-promo menarik agar para wisatawan tertarik mengunjungi tempat tersebut. Gunakan promo seperti potongan harga (diskon) dan tawaran menarik dari tempat wisata tersebut. Sebar promo ini di media sosial atau bisa menggunakan jasa influencer untuk membantu mempromosikan tempat. +
E
Edukasi ring para alit-alit sejak dini nenten wenten ring pemilu mangda mewujudkan bonus demografi ring warsa 2045. +
om swastyastu, membahas sebuah aspek penting dalam membangun masa depan bangsa, yaitu edukasi sejak dini tentang pemilu. Edukasi ini memiliki peran besar dalam menciptakan bonus demografi yang bermakna pada tahun 2045. Dengan memberikan pemahaman sejak usia dini, kita membuka pintu menuju generasi yang paham akan hak dan kewajiban demokrasi.
Dalam memberikan edukasi sejak dini tentang pemilu, kita tidak hanya menyediakan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kesadaran partisipatif. Anak-anak kita, sebagai penerus bangsa, perlu diberdayakan dengan pemahaman bahwa setiap suara mereka memiliki dampak besar dalam membentuk masa depan Indonesia. Edukasi ini adalah investasi jangka panjang untuk menghasilkan bonus demografi yang berkontribusi positif pada pembangunan negara kita.
Melalui pendekatan edukatif yang holistik, kita bisa menciptakan generasi yang paham akan nilai-nilai demokrasi, memiliki kritis berpikir, dan siap berpartisipasi dalam setiap proses pemilu. Dengan demikian, kita membentuk bonus demografi bukan hanya dari segi jumlah, tetapi lebih penting lagi, dari segi kualitas warga negara yang paham dan menghargai demokrasi. Mari bersama-sama berkomitmen untuk menyebarkan edukasi pemilu sejak dini, agar bonus demografi pada tahun 2045 menjadi sumber kekuatan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Terima kasih. +
Edward, atau Eddy begitu ia lebih suka dipanggil, adalah Managing Editor NOW! Bali dan tuan rumah NOW! Podcast Bali. Dia menikmati fotografi, perjalanan pedesaan dan senang bahwa karyanya memperkenalkan dia kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat. +
Langkah kreatif harus dilakukan pemerintah guna membangkitkan sektor pariwisata di Bali. menurut saya langkah awal yang harus segera diambil adalah memberikan ruang kepada alam-alam di Bali untuk dilakukan Konservasi, mengingat pada masa pandemi ini adalah kesempatan untuk membuat alam kembali merekah. langkah kedua, pemerintah harus lebih peduli lagi terkait pembersihan sampah-sampah di are pantai-pantai dan tempat-tempat pariwisata di Bali guna mewujudkan konservasi yang baik. Langkah berikutnya adalah membuat suatu konten yang memberikan infomasi terkait sektor-sektor pariwisata di bali yang belum banyak masyrakat tahu. berikan konten mengenai pariwisata bali yang menginduk pada budaya bali karena budaya bali merupakan salah satu yang terkenal sampai tingkat internasional. menurut saya Pariwisata Budaya Bali harus lebih diperluas lagi dengan syarat-syarat ketat demi menjaga kelestarian alam dan budaya itu sendiri. caranya, dengan mendatangkan publik figure yang mempunyai sebuah power positif dalam menyuguhkan konten untuk masyarakat luas.
Namun, sebelum itu dilaksanakan Pemerintah diharapkan dapat memberikan seminar untuk para masyarakat Bali yang sudah bergerak dan membantu dalam sektor Pariwisata di Bali. Hal ini untuk mencegah adanya ketidakpahaman dalam penerapan sektor wisata pada masa pandemi Covid-19. Dan langkah yang satu ini juga bisa dijadikan sebagai wadah dalam gotong-royong mewujudkan impian bersama untuk membangkitkan kembali Pariwisata di bali saat kini dan nanti...
Mengingat era digital telah mempermudah kita dalam membuat konten dan menjadikan konten tersebut sebagai media dalam promosi. Dan, Era digital telah banyak melahirkan Publik figure yang lebih kreatif dalam memberikan konten bermanfaat. Oleh karena itu berkerjasama dengan Publik Figure dan masyarakat Bali yang bergerak dalam pariwisata adalah langkah yang harus dicoba dan direalisasikan dalam membangkitkan sektor pariwisata di Bali oleh Pemerintah.
Tapi tentu, Konservasi alam harus lebih diutamakan demi memberikan pengalaman estetik pada setiap turis dalam negeri atau asing ketika berpariwisata/bepergian di Bali.
Ema Sukarelawanto. Lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 2 Juli 1965. Setelah lulus dari Fakutas Peternakan Universitas Udayana pada 1990 ia menjadi wartawan Bali Post hingga 1994. Kemudian menjadi redaktur di Harian NUSA (1994-1998) dan mengelola majalah pariwisata Bali Tribune hingga ditutup pascatraged bom Bali 2002. Berikutnya ia bergabung ke Harian Bisnis Indonesia dan menjadi editor Bisnis.com hingga pensiun dari grup media ini.
Selain menjadi wartawan, ia terlibat aktif dalam beberapa proyek seni rupa sejak 1993 serta penerbitan buku, baik sebagai penulis maupun pengemasan tata letak dan desain grafis. Beberapa di antaranya Berbagai Dimensi Perupaan Made Wianta (Kumpulan Esei, 1998), Kitab Suci Digantung di Pinggir Jalan New York (Kumpulan Puisi Made Wianta, 2003), The Sound of Calligraphy Made Wianta (2001), Dreamland-Made Wianta (2003), Calligraphy in Song-Made Wianta (2005), 4+1=Venezia (Panji Tisna, Made Kaek, Suklu, Made Wianta, 2003), Eternal Line-Stephan Spicher (2005), To Be World Class Services, Proses Metamorfosis PLN Distribusi Bali (2006), Jero Wijaya: Inspirasi dari Kaldera Batur (2007), Menembus Batas (Wahyoe Wijaya), Konflik Tak Jadi Pelik (Biografi Nyoman Sudiantara, 2010), Leafscape (Nyoman Sujana Kenyem), Ida Bagus Kompyang dan Mirah Astuti; Pasangan Pionir Pariwisata Bali (Nyoman Darma Putra, 2012), Hadi Taryoto: Mewujudkan Impian melalui Pariwisata (Nyoman Darma Putra, 2014), Wisata Kuliner: Atribut Baru Destinasi Ubud (Putu Diah Sastri Pitanatri & Nyoman Darma Putra, 2016), dan Tjokorda Gde Putra Sukawati: Mengemban Tutur Leluhur (Nyoman Darma Putra, 2016).
Kini ia bergiat di Komunitas Kertas Padi, Komunitas Nitirupa, serta membanguan situs berita inibali.com dan katarupa.id. +
Eric Buvelot adalah reporter dan penulis senior yang tinggal di Bali sejak tahun 1995. Ia memulai karirnya di Perancis pada publikasi harian di mana ia tinggal selama 10 tahun dan mempelajari seluk beluk jurnalisme. Dia telah menulis ratusan artikel tentang Bali dan Indonesia, dalam bahasa Perancis atau Inggris, sebagian besar untuk majalah bulanan Bali La Gazette de Bali, sebagai pemimpin redaksi selama 13 tahun, tetapi juga untuk media berbahasa Inggris terkemuka di Indonesia seperti The Jakarta Post, Indonesia Expat , Sekarang Bali atau bahasa Perancis Le Banian. Ia meluncurkan surat kabar multibahasa The Communities of Indonesia dan majalah gaya hidup Saga. Selain Bali, 50 Tahun Perubahan – Percakapan dengan Jean Couteau, ia juga merupakan penulis novel kriminal Bali Club Hotel yang ditulis pada tahun 1994-1995. +
Erick Est lahir di Medan, 7 Februari 1980. Ia adalah sutradara film dan video klip. Ia menetap di Bali sejak 1999. Setamat SMA di Medan, ia melanjutkan kuliah di Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) Universitas Udayana, Bali. Film berjudul “Kenapa Aku?” adalah awal mula ia berkarir dalam bidang perfilman. Kini sudah sekitar 280 video klip dan 20 film disutradarainya, di antaranya film dokumenter tentang layangan sakral Bali, “Janggan”. Sebelumnya, karya-karya garapan Erick di antaranya video klip band-band Bali seperti Nanoe Biroe, D Ubud N Band, The Wheels, Navicula, hingga band nasional seperti Superman Is Dead dan Taboo. Bahkan, Erick pernah mendapat kepercayaan menggarap video klip bintang Norwegian Idol, Jonas Thomassen. Ia juga mendapar order ke Amerika bersama band Prison of Blues untuk membuat video klip. Erick telah meraih sejumlah penghargaan dalam dunia film. Antara lain, filmnya yang berjudul “Terakhirku” dan “Rapuh” mendapatkan penghargaan pada festival film di Australia. +
Etika Wisatawan pada tempat sakral di Bali
Om swastyastu, Dewan juri yang saya hormati dan tim Bahasabali wiki yang saya banggakan. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan orasi tentang “Etika Wisatawan pada tempat sakral di Bali”.
Pulau Bali adalah destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Bali memiliki objek wisata yang sangat beragam, baik wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari. Bali dan pariwisata tidak bisa dipisahkan. Objek wisata yang tidak kalah menarik, yaitu budaya masyarakatnya. Kehidupan masyarakat Bali sangat erat dengan agama hindunya sehingga setiap upacara keagamaan merupakan objek yang sangat khas. Pura merupakan tempat ibadah umat hindu yang menarik tersebar di seluruh pelosok Bali. Oleh karena itu, Bali juga memiliki julukan Pulau Seribu Pura.
Namun keindahan tempat wisata di Bali masih sering terancam salah satunya yaitu tempat tempat sakral. Kehadiran wisatawan asing yang mengunjungi tempat sakral masih membawa pengaruh negatif pada pulau Bali. Kasus yang sering kita dengar yaitu etika wisatawan yang masih kurang, baik dari segi pakaian maupun moral wisatawan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Pura Dalem Prajapati Banjar Dadakan, Desa Adat Kelaci Kelod, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Wisatawan tersebut memanjat pohon yang disakralkan, di duga wisatawan tersebut tidak mengetahui bahwa tempat tersebut adalah tempat sakral.
Hal ini kerap terjadi, penyebabnya adalah Kebebasan pergaulan dan pakaian di banyak tempat wisata, Kebutuhan konten komersial dan, Ketidaktahuan turis asing seputar tempat sakral di Bali. Dengan ini, kami berharap pemimpin Bali di tahun 2024 agar memperketat aturan aturan yang ada pada tempat tersebut dengan upaya yang dapat dilakukan yaitu,
1. Membentuk suatu komunitas untuk penjagaan yang lebih ketat pada tempat tersebut.
2. Pihak pengelola agar memberikan informasi rambu rambu makna dan tempat suci.
3. Memberikan sanksi kepada pengunjung yang melarang aturan tersebut baik sanksi moral maupun sanksi social.
4. Wisatawan diharapkan Didampingi pemandu wisata yang memiliki izin/berlisensi (memahami kondisi alam, adat istiadat, tradisi, serta kearifan lokal masyarakat Bali} saat mengunjungi daya Tarik wisata..
Sekian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat,dan orasi ini dapat di realisasikan oleh pemimpin Bali tahun 2024 agar tempat tempat sakral di Bali selalu terjaga dan dilestarikan. Mohon maaf apabila terdapat salah kata, kami ucapkan terimakasih. Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
Om swastyastu, Dewan juri yang saya hormati dan tim Bahasabli wiki yang saya banggakan. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan orasi tentang “Etika Wisatawan pada tempat sakral di Bali”.
Pulau Bali adalah destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Bali memiliki objek wisata yang sangat beragam, baik wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari. Bali dan pariwisata tidak bisa dipisahkan. Objek wisata yang tidak kalah menarik, yaitu budaya masyarakatnya. Kehidupan masyarakat Bali sangat erat dengan agama hindunya sehingga setiap upacara keagamaan merupakan objek yang sangat khas. Pura merupakan tempat ibadah umat hindu yang menarik tersebar di seluruh pelosok Bali. Oleh karena itu, Bali juga memiliki julukan Pulau Seribu Pura.
Namun keindahan tempat wisata di Bali masih sering terancam salah satunya yaitu tempat tempat sakral. Kehadiran wisatawan asing yang mengunjungi tempat sakral masih membawa pengaruh negatif pada pulau Bali. Kasus yang sering kita dengar yaitu etika wisatawan yang masih kurang, baik dari segi pakaian maupun moral wisatawan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Pura Dalem Prajapati Banjar Dadakan, Desa Adat Kelaci Kelod, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Wisatawan tersebut memanjat pohon yang disakralkan, di duga wisatawan tersebut tidak mengetahui bahwa tempat tersebut adalah tempat sakral.
Hal ini kerap terjadi, penyebabnya adalah Kebebasan pergaulan dan pakaian di banyak tempat wisata, Kebutuhan konten komersial dan, Ketidaktahuan turis asing seputar tempat sakral di Bali. Dengan ini, kami berharap pemimpin Bali di tahun 2024 agar memperketat aturan aturan yang ada pada tempat tersebut dengan upaya yang dapat dilakukan yaitu,
1. Membentuk suatu komunitas untuk penjagaan yang lebih ketat pada tempat tersebut.
2. Pihak pengelola agar memberikan informasi rambu rambu makna dan tempat suci.
3. Memberikan sanksi kepada pengunjung yang melarang aturan tersebut baik sanksi moral maupun sanksi social.
4. Wisatawan diharapkan Didampingi pemandu wisata yang memiliki izin/berlisensi (memahami kondisi alam, adat istiadat, tradisi, serta kearifan lokal masyarakat Bali} saat mengunjungi daya Tarik wisata..
Sekian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat,dan orasi ini dapat di realisasikan oleh pemimpin Bali tahun 2024 agar tempat tempat sakral di Bali selalu terjaga dan dilestarikan. Mohon maaf apabila terdapat salah kata, kami ucapkan terimakasih. Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
F
Om Swastiastu
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kita nikmat kesehatan. Hari ini, dengan penuh kebanggaan, saya ingin membahas sebuah fenomena yang semakin meluas di Indonesia, yaitu penggunaan kendaraan listrik. Fenomena ini bukan hanya sekadar perubahan tren, tetapi juga mencerminkan kepedulian kita terhadap lingkungan, khususnya dalam mengatasi masalah polusi udara.
Sebagai negara dengan posisi pertama udara terburuk se-Asia Tenggara, langkah menggunakan kendaraan listrik adalah keputusan yang bijak untuk mengurangi emisi, jejak karbon dan menghadapi tantangan perubahan iklim. Namun, di tengah dukungan terhadap langkah positif ini, kita perlu menghadapi realita bahwa implementasinya masih belum optimal. Mengingat Indonesia masih menggunakan batu bara dan gas bumi sebagai pembangkit listrik, serta penambangan bahan baku seperti lithium, nikel dan cobalt juga berdampak pada kerusakan lingkungan apabila tidak di regulasi secara tepat. Selain itu masa penggunaan baterai yang terbatas sekitar 10-20 tahun mendatang berpotensi terjadinya penumpukan limbah baterai apabila belum adanya fasilitas pengelolaan limbah baterai yang baik.
Maka saya meminta pemerintah untuk lebih meningkatkan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik, menangani kemungkinan resiko penumpukan limbah baterai dan solusi untuk alternatif pembuatan baterai yang lebih ramah lingkungan. Kita menyadari bahwa perkembangan teknologi ini membutuhkan dukungan yang lebih besar agar menjadi solusi yang efektif dalam mengurangi polusi udara di Indonesia.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mendorong pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pengisian daya, memberikan solusi dan penanganan tepat terhadap resiko terburuk penggunaan motor listrik serta memberikan dukungan lebih lanjut bagi penggunaan kendaraan listrik. Dengan demikian, kita dapat bergerak menuju Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Terima kasih.
Om Shanti Shanti Shanti Om