Property:Response text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
P
Bali, sebagai pulau dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, memiliki tradisi keagamaan yang sangat kental. Upacara keagamaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Frekuensi upacara yang tinggi di Bali, baik itu upacara harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan, menyebabkan produksi limbah canang meningkat dalam jumlah besar. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Karangasem I Nyoman Tari mengungkapkan volume sampah di Karangasem meningkat 25 persen dari Galungan sebelumnya. Bahkan, peningkatan sampah telah terjadi sejak H-2 Galungan. Dalam setiap upacara, digunakan persembahan berupa canang. Canang adalah wadah kecil berisi berbagai jenis bunga, daun, beras, dan bahan lainnya yang dipersembahkan kepada para dewa. Setelah persembahyangan berakhir, sarana tersebut hanya akan menjadi sampah organic. Sehingga, diperlukan adanya suatu upaya untuk mengelola limbah canang agar bias dimanfaatkan untuk menjadi barang berguna. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan tempat sampah khusus limbah persembahyangan berupa janur. Limbah janur yang sudah terkumpul kemudian diolah mejadi particle board.  +
sampah kini semakin banyak,dikarenakan aktivitas manusia sangat padat. kita harus bijak dalam pengurangan sampah, Menurut pendapat saya tentang mengurangi sampah bekas aktivitas keagamaan,jadi cara agar sampah berkurang yaitu sebagai berikut:1.Mengurangi penggunaan kantong plastik, 2.memfasilitasi tempat sampah,3.memisahkan sampah organik dan sampah anorganik,4.melalukan kegiatan pembersihan bersama masyarakat sekitar,5.saat ada odalan di pura batur,6.berikan peringatan agar pemedek tidak membuang sampah sembarangan, 7.dan membuat poster agar masyarakat atau orang yang sembahyang di pure batur tau larangan agar tidak membuang sampah sembarangan  +
Jika menceritakan tentang upacara agama umat Hindu memang benar tidak bisa terlepas dari yang namanya sesajen. Sesajen digunakan sebagai sarana dan bukti dari semua yang ingin dipersembahkan kepada Tuhan. Seperti dahulu sebelum dunia maju seperti sekarang, masyarakat setiap membuat sesajen selalu murni hanya menggunakan hasil yang di peroleh alam. Itu berarti agar apa yang sudah kita peroleh itulah yang patut kita persembahkan. Dahulu tidak ada yang membuat sesajen dari unsur dibungkus oleh plastik. Karena itu, walaupun sesudah dilaksanakan upacara agama banyak ada sampah. Tetapi sampah itu tidak akan memerlukan waktu yang lama untuk terurai. Sisa sesajan berupa buah atau jajan yang sedikit rusak dapat di berikan kepada hewan sebagai makanannya. Begitu pula, jika ada sisa sesajen dari bahan seperti daun, bunga serta bambu dapat di jemur pada ladang luas milik masyarakat setempat. Sembari menunggu beberapa hari sampai kering, jika sudah bisa langsung hancur maka itu tandanya berguna sebagai pupuk, jika tidak maka dapat pula di ambil kembali untuk digunakan sebagai bahan membuat api pada saat ingin memasak di dapur.  +
"Desa Besakih, desa yang suci dan asri, terletak di kaki Gunung Agung. Setiap hari, masyarakat Hindu di sini melaksanakan beberapa upacara keagamaan di pura, sebagai rasa syukur ke hadapan Tuhan YME, alam dan leluhurnya. Upacara ini selalu dihiasi dengan beberapa persembahan, bunga, daun kelapa dan buah-buahan. Namun, di akhir kesucian upacara itu, ada masalah yang sering dilupakan yaitu sampah. Setelah usai upacara, bunga yang layu, daun yang kering dan sisa makanan menjadi limbah organik yang harus cepat dikelola. Di tempat ini perjuangan tim satuan pengelolaan sampah Desa Besakih dimulai. Mereka bekerja dengan dedikasi melestarikan kesucian alam sambil memastikan sampah yang berasal dari keluarga dan pura-pura tersebut dikelola dengan baik. ""Setiap hari, truk sampah mengitari desa, mendatangi setiap rumah dan tempat persembahyangan, mengumpulkan sampah organik dan anorganik"". Tidaklah dari rumah saja, tetapi juga dari pura-pura yang menyumbangkan sampah dari persembahan setiap hari. ""Sampah ini dipindahkan ke TPS3R yakni Situs Penolahan Sampah, Mengurangi, Memakai Kembali, Daur Ulang"". ""Di TPS3R, tim tersebut sangat rajin mengelompokkan sampah organik dan anorganik"". Sampah organik terutama bunga dan daun-daunan diolah menjadi kompos, selanjutnya sampah anorganik dipisah sesuai jenisnya untuk didaur ulang. ""Perjalanan ini tidak mudah, tetapi tim ini bekerja tiada henti, agar dapat melestarikan lingkungan sambil menjaga nilai-nilai spiritual yang sangat terkenal oleh umat Hindu di sini"". ""Manfaat dari rajin mengambil pekerjaan ini adalah kompos yang selanjutnya akan digunakakan kembali mengurai tanah, menanam pohon dan menjaga lingkungan agar asri"". Usaha ini adalah bagian dari siklus hidup yang saling berkaitan dar memanfaatkan alam hingga mengembalikan manfaat ke alam. ""Dengan semangat gotong-royong dan ingat dengan pentingnya menjaga alam, tim satuan pengelolaan sampah di Desa Besakih terus berjuang"". Ia tidaklah mengumpulkan sampah saja, tetapi juga menjaga kerukunan diantara manusia, alam, dan spiritualitas. Ia hanya pahlawan yang tidak terkenal, yang bekerja setiap hari sehingga Desa Besakih tetap suci dan bersih, menjaga keseimbangan hidup dan alam."" ""Dari rumah, dari pura, sampai TPS3R- semua sebagai bagian dari usaha suci menjaga alam kita."" "  
Om Swastiastu  +
Om Swastiastu  +
Om swastiastu Sampah plastik Sampah plastik merupakan ancaman terhadap kelestarian lingkungan. Karena itu perlunya kesadaran seluruh tubuh untuk tidak membuang sampah plastik. Sampah plastik atau anorganik berbeda dengan sampah organik yang mudah dicerna. Sampah plastik membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menunggu ratusan tahun hingga sampah plastik mencair. Jika sampah plastik tersebut dibakar, hal tersebut bukanlah cara yang baik, karena akan menghasilkan suatu pola yang dapat membahayakan kesehatan. Selain itu juga harus diperhatikan dengan matang mana yang plastik, mana yang bukan plastik, mana yang sampah organik. Semua sampah anorganik sebaiknya dikumpulkan di tempat pembuangan sampah. Kalau sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos. Dengan permasalahan tersebut, sudah selayaknya seluruh individu harus lebih sadar dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah plastik Om Santih Santih Santih om  +
Sampah plastik adalah barang yang tidak digunakan lagi sampah plastik yang sangat merusak lingkungan pura di Bali seperti contohnya di pura kayangan jagat yang melaksanakan piodalan contohnya, di pura Besakih yang ada sampah yang tidak di hiraokan di tepian jalan di prayangan pura yang tidak di hiraokan Ada masih sampah plastik yang tidak di hiraokan Adalah di piodalan panca Yadnya seperti di pura desa di seluruh pulau Bali Mari kita semuanya supaya tidak menggunakan Plastik supaya pura pura yang melaksanakan piodalan supaya tidak ada sampah plastik Teman teman semuanya supaya menggunakan yang tidak merusak lingkungan contoh nya sampah organik.  +
Di Bali, upacara Manusa Yadnya adalah upacara suci yang melaksanakan ajaran agama serta budaya dalam perjalanan hidup manusia. Upacara seperti otonan, potong gigi (metatah), pernikahan, dan upacara-upacara lainnya termasuk dalam Manusa Yadnya. Namun, dalam era modern saat ini, penggunaan plastik dalam upacara Manusa Yadnya semakin meningkat, terutama dalam kemasan sesajen, perlengkapan upacara, serta kantong-kantong untuk makanan atau persembahan. Ini menjadi tantangan besar karena plastik tidak dapat terurai dan berkontribusi pada penumpukan sampah yang semakin banyak. Saya merasa sangat penting untuk melakukan tindakan nyata dalam menjaga kesucian upacara Manusa Yadnya tanpa merusak lingkungan. Salah satu cara adalah dengan menggunakan bahan-bahan alami selama upacara. Daun kelapa, pelepah pinang, dan bahan-bahan alami lainnya seperti daun-daunan dapat menjadi pengganti plastik dalam sesajen atau perlengkapan upacara. Agar tidak dibanjiri sampah plastik, masyarakat Bali perlu mulai sadar dan aktif berpartisipasi dalam menjaga kesucian serta kelestarian lingkungan. Kantong kain atau anyaman bambu bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam upacara. Selain itu, program *reduce, reuse, recycle* harus diterapkan dalam pelaksanaan upacara, terutama dalam pembuatan sesajen yang tidak terlalu bergantung pada plastik. Saya yakin, dengan usaha kecil ini, baik sekarang maupun di masa depan, kita bisa mempersembahkan doa kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan cara yang suci sambil menjaga kelestarian lingkungan. Sampah plastik dapat dikendalikan dalam upacara Manusa Yadnya jika ada kesadaran dan kerja sama dari seluruh masyarakat Bali.  +
Om Swastiastu Seperti yang kita ketahui, bahwa setelah prosesi persembahyangan ataupun hari raya tertentu, maka akan tercipta sisa-sisa sampah yang berserakan pada area pura, terutama sampah plastik dan sampah sarana persembahyangan. Maka dari itu saya berpendapat supaya ketika kita selesai melaksanakan persembahyangan, kita sebaiknya membuang sampah plastik dan sarana persembahyangan tersebut secara terpisah. Agar nantinya sampah-sampah tersebut dapat bermanfaat, misalnya sampah plastik yang dikumpulkan nantinya dapat ditukarkan dengan beras maupun uang di bank sampah terdekat. Sedangkan untuk Sampah-sampah sarana sembahyang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik, yang nantinya pupuk organik tersebut dapat diperjual belikan ataupun dipergunakan untuk memupuk tanaman yang ada di sekitar pura. Sekian yang dapat saya sampaikan, saya akhiri dengan parama santih Om Santih Santih Santih om  +
Sampah upacara agama Di bali tidak luput dari upacara agama yang di lakukan setiap hari. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah yang ada di lingkungan pulau Bali, terutama sampah organik. Padahal Gubernur daerah Bali sudah mengeluarkan peraturan Gubernur Bali Nomor 47 tahun 2019 mengenai pengolahan sampah,hal ini di sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Adapun faktor yang menyebabkan banyaknya sampah yang ada di pulau bali karena upacara keagamaan terutama pada pura,pantai,dan rumah antara lain; 1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan cara pengolahan sampah, 2. Kurangnya ketegasan dalam aturan-aturan pura, 3. Kurangnya kesadaran akan kelestarian lingkungan tempat melaksanakan yajna atau upacara, Hal ini menyebabkan banyak sampah berserakan dan mengurangi kelestarian tempat tempat suci dan tempat untuk melakukan upacara lainnya. Untuk menanggapi hal ini kita sebagai masyarakat bali harus bisa tegas terhadap peraturan yang ada, agar kelestarian dan kebersihan tempat tempat suci dan tempat lainnya tetap terjaga. Selain kita sebagai masyarakat bali sendiri,kita juga harus menghimbau wisatawan agar bisa mengikuti peraturan yang ada. Adapun cara penanggulangannya antara lain: 1. Melakukan sosialisasi untuk menambah wawasan,pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang cara penanggulangan dan pengolahan sampah yaitu 3r( reduce, reuse, recycle) 2. Membuat TEBA MODERN sebagai tempat penampungan sampah organik agar bisa dimanfaatkan sebagai kompos, 3. Untuk pura yang memiliki penunggu monyet atau kera mungkin bisa menggunakan teba modern dan juga tempat sampah dari besi yang cukup berat, agar tidak bisa dibuka paksa sehingga mengurangi sampah berserakan. 4. Melaksanakan konsep TRI HITAM KARANA, 5. Menyediakan tempat sampah di area pura, 6. Memberikan teguran hingga denda terhadap masyarakat yang melanggar aturan pembuangan sampah.  +
Apakah teman-teman pernah melihat sampah berserakan setelah selesai upacara? Bagaimana perasaan kalian saat melihat sampah itu? Itulah yang sering saya lihat setiap selesai sembahyang. Tidak hanya di bagian dalam, tapi juga di halaman tengah dan di sisi luar, semuanya dipenuhi sampah. Saya sering melihat sampah, terutama sampah plastik dari canang yang berserakan, dan rasanya tidak ada yang peduli. Meskipun saya tahu sejak lama sudah ada himbauan untuk tidak meninggalkan sampah di pura, saya tetap saja melihat sampah yang ditinggalkan begitu saja. Saya penasaran, apakah himbauan itu masih berlaku? Jika kita perhatikan, saat ini banyak sekali canang dan perlengkapan upacara yang menggunakan plastik. Memang lebih mudah dan praktis, tetapi sampahnya, terutama yang plastik, sering kali tidak terurus di tempatnya. Saya belum pernah mendengar ada yang menganggap ini sebagai pencemaran. Jika kalian perhatikan, demi menjaga kelestarian lingkungan, kita sebaiknya melakukan upacara dengan cara yang lebih baik dan mengurangi sampah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama, menyediakan tempat sampah di pura, karena banyak orang membuang sampah sembarangan karena tidak ada tempat sampah. Kedua, membersihkan tempat upacara setelah selesai. Kita harus membersihkan tempat upacara dari sampah-sampah yang tersisa. Sampah organik bisa dijadikan pupuk, sementara sampah plastik harus dibuang di tempat yang sudah ditentukan. Ketiga, mengajak umat lain untuk turut menjaga kebersihan saat upacara. Menjaga kebersihan saat upacara agama bukan hanya kewajiban, tapi juga bentuk bakti kita kepada Tuhan Yang Maha Esa dan alam semesta. Upacara yang baik bukan hanya tentang mempersembahkan sesajen yang banyak, tetapi juga tentang mempersembahkan bakti dari hati yang tulus. Mari kita bersama-sama mengajak umat Hindu untuk melaksanakan upacara dengan cara yang baik dan berkelanjutan. Ini adalah wujud bakti kita kepada generasi saat ini dan yang akan datang.  +
Untuk mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan, kita bisa kembali pada penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. Sarana upacara yang terbuat dari daun, bambu, dan bunga lebih mudah terurai. Selain itu, penggunaan plastik sebaiknya dibatasi, dengan mengganti kantong plastik dengan tas kain atau bahan yang bisa digunakan kembali.  +
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah : 1. Kurangi penggunaan plastik 2. Gunakan bahan ramah lingkungan 3. Kurangi pemborosan makanan 4. Daur ulang dan kompos  +
Menjaga lingkungan hidup sangat penting. Jika tidak, generasi masa depan tidak akan bisa memanfaatkan alam. Saya berusaha setiap hari memberi yang terbaik untuk lingkungan yang sudah memberi banyak kepada saya. Meskipun tindakan saya kecil, dampaknya akan terasa oleh orang lain. Tujuan akhir saya adalah memberikan warisan kepada generasi berikutnya, meninggalkan bumi yang lebih bersih dan alam yang terjaga.  +
Menurut Saya, jangan membawa atau memakai plastik sebagai wadah bunga atau banten untuk mengurangi sampah plastik di tempat suci seperti pura-pura di Bali.Ganti plastik dengan kantong kain untuk wadahnya jika diperlukan dan buang sampah plastik atau organik pada tempatnya.Jika menemukan sampah plastik disekitaran pura atau ditempat umum lainnya pungut dan buang ditempatnya jangan malu untuk memungut sampah milik orang lain untuk kebaikan kita dan bumi pertiwi,dan bantu jika ada orang yang sedang bebersih di pura bantu mereka untuk memungut sampah.Jaga kebersihan disekitar kita untuk kebaikan kita semua sebagai mahluk hidup.  +
Menurut pendapat saya,untuk mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan di pura bisa dengan melakukan 2 cara, yaitu pengolahan dan penanganan. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan 3 cara atau yang sering disebut 3R (reuse, reduce ,recycle). Sedangkan penanganan sampah dapat dilakukan dengan cara mengolah sampah secara sistematis, mulai dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,hingga pemrosesan akhir sampah. Sarana berupa: bunga, buah-buahan, kelapa, dan bambu disajikan disetiap upacara adat. Pengolahan sampah yang sebagian besar sampah organik bisa dilakukan dengan melakukan pengomposan dan pembuatan eco-enzyme. Selain itu, terdapat juga sampah lainnya seperti plastik dan kaleng minuman. Perilaku masyarakat yang menggunakan produk sekali pakai saat ke pura masih berpotensi tinggi. Maka dari itu perlu adanya sosialisasi mengenai pengolahan sampah serta fasilitas pengolahan sampah perlu disediakan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan bisa mengurangi penumpukan sampah dan dampak negatifnya,serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik.  +
Jika saya lihat, memang sungguh banyak sampah yang berhamburan ketika melaksanakan upacara yadnya, seperti sampah canang atau sampah plastik. Karena pura itu adalah tempat yang suci, tidak baik jika ada sampah yang berhamburan. Saya berpikir untuk mengurangi sampah ketika melaksanakan upacara agama sebagai berikut: 1. Menyiapkan 2 jenis tempat sampah, yaitu organik dan anorganik, karena sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos, jika sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi sara yang berguna. 2. Memberitahu seluruh masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya dan melaksanakan bersih-bersih selesai berkegiatan upacara agama. 3. Jangan menggunakan sarana persembahyangan sekali pakai seperti plastik. Seharusnya menggunakan sarana persembahyangan yang bisa digunakan berulang, seperti bokor. 4. Setiap desa wajib mendapatkan sosialisasi atau edukasi tentang pengolahan sampah dan tata cara agar sampah sisa upacara tidak berhamburan. 5. Yang terakhir, yang paling utama yaitu pada kita sendiri agar tidak membuang sampah sembarangan, ayo mulai dari kita sendiri.  +
pamedek atau pengunjung dilarang keras membawa atau menggunakan tas kresek, pipet plastik, sterofoam serta produk lain yang berbahan plastik sekali pakai. Pamedek yang membawa sarana dilarang membuang sisa lungsuran di kawasan suci.antaranya adalah menyediakan tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non-organik dan disebarkan di titik-titik strategis dan tidak terlalu jauh antara tempat sampah satu dengan lainnya.Menegaskan pemeriksaan pada pamedek atau pengunjung sehingga pihak pengelola tidak lagi kecolongan jika ada yang membawa tas kresek,Denda juga bisa menjadi pilihan agar menjaga kawasan suci ini agar dapat memberikan efek jera dan menyadarkan pamedek atau pengunjung dan juga edukasi pentingnya untuk tidak membuang sampah sembarangan di kawasan,Mengunakan bokor supaya tidak pakai pelastik.Kurangi sampah pembelian makanan dengan kemasan dan hindari penggunaan kantong plastik sekali pakai  +