Property:Biography text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
I
I Made Supena lahir di Singapadu, Gianyar, 12 Januari 1970. Dia kuliah seni rupa di Program Seni Rupa dan Desain (PSRD) Universitas Udayana (1991-1997). Dia putra pematung legendaris I Ketut Mudja. Karya-karya Supena beraliran abstrak dengan mengambil inspirasi dari alam. Selain seni lukis, dia juga membuat patung, seni instalasi, dan menggarap seni pertunjukan (performance art). Supena juga aktif dalam kelompok seni rupa “Galang Kangin” dan “MilitanArts”. Sejak 1991 Supena rajin terlibat dalam pameran seni rupa bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Sedangkan pameran tunggalnya adalah pada 1998 di Galleri The Chedi Payangan, Bali. Kemudian pameran Reality of Abstrak Painting (Art Center Bali, 1999), Landscape und Abstraction (bersama Susena, Frankfrut, Jerman, 2000), New painting (Suli Art Gallery, Denpasar, 2002), About Hature (Gallery Mon Décor, Jakarta, 2002), The Likeness of Nature (Ganesha Gallery, Bali, 2004), StudiAlamSupena (Danes Art Veranda Denpasar, 2005), Lanskap Made Supena (Gracia Gallery, Surabaya, 2007), Emotion (Santrian Gallery Sanur, 2008), Genealogi (Jogja Gallery, Yogyakarta, 2010), Solitude of Child (Kubu Kopi Denpasar, 2015), Ritus Gunung (Maya Gallery, Sanur, 2017), Interpreting Feelings (Griya Santrian, Sanur, 2018). Penghargaan seni rupa yang pernah diraih oleh Supena antara lain Award for Sculpture Museum Negeri Bali, Denpasar (1991), Award of the Governor of Bali (1994), Award of the Embassy of Peru in Jakarta (1995), Award of Phillip Morris Arts Foundation (1997), Finalist of the Winsor-Newton Competition, Jakarta (2000), Certificate of Ownership, Museum Wellculturen Frankfrut, Jerman (2010), Certificate Art Work Golden Land, BIAB Bejing, Cina (2015), Top 9 Titian Art Foundation (2017). Pada tanggal 16 April 2019 Supena meninggal di RSUP Sanglah. Dia mengalami pendarahan di bagian otak yang parah akibat serangan hipertensi. Bali kehilangan salah satu perupa terbaiknya.  +
I Made Sutarjaya lahir di Banjar Bantas, Selemadeg, Tabanan, Bali, 3 Juli 1978. Dia adalah pelukis yang banyak mengangkat penari Bali dalam goresan dan sapuan kuas yang indah dan lembut penuh nuansa warna. Sejumlah pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Indonesia Internasional Watercolor Online Competition and Exhibition (2021), “Jejak Putra Sang Fajar” di Blitar, Jawa Timur (2021), Indonesia Watercolor Submit di Komaneka Fine Art Gallery, Gianyar (2021), pameran “Mengalir” di Sangkring Art Space, Yogyakarta (2022), pameran “Meet in Bali” di Batu 8 Studio, Batubulan, Gianyar (2022), “Jejak on the Spot Painting” di Kayuputih Restaurant, Nusa Dua, Bali, “Pesan dari Barat” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023).  +
I Nengah Jati lahir di Banjar Sama Undisan, Desa Jehem, Bali, 5 Oktober 1990. Buku puisinya bertajuk “Silunglung” (Pustaka Ekspresi, 2018). Karya-karyanya juga dimuat di Suara Saking Bali.  +
Dia adalah I Nengah Jati, dia biasa disapa Jati. Ia lahir di sama undisan, bangli pada tanggal 5 Oktober 1990. Ia berasal dari bangli tetapi sekarang tinggal di Ubud. Mengenai riwayat pendidikannya, ia lulus dari SMK TP 45 Bangli kemudian melanjutkan studi S1 bahasa Bali di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa dan atas prestasi yang telah diraihnya, ia menjadi juara menulis puisi Bali. Setelah menyelesaikan pendidikannya saat ini ia bekerja sebagai penyuluh bahasa Bali.  +
I Ngurah Suryawan, dilahirkan di Denpasar Bali 25 Februari 1979. Pendidikan formal ditempuhnya di Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali (2006) dengan skripsi berjudul “Bertutur Di Balik Senyap: Studi Antropologi Kekerasan Pembantaian Massal 1965-1966 di Kabupaten Jembrana, Bali.” Pendidikan Magister diselesaikannya di Program Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana (2009) dengan tesis berjudul “Bara di Tepi Kuasa: Genealogi Kekerasan dan Pergolakan Subaltern di Kabupaten Buleleng Bali.” Pendidikan Doktor diselesaikan di Program Ilmu-ilmu Humaniora (Antropologi) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2015) dan menulis disertasi yang berjudul “Siasat Elit Mencuri Kuasa Negara di Papua Barat”. Program penelitian pascadoktoral dimulainya dari tahun 2016-2017 tentang ekologi budaya orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua dalam skema ELDP (Endangered Languages Documentation Programme) dan Australian National University (ANU). Menjadi peneliti tamu di KITLV (Koninklijk Instituut voor taal-, Land- en Volkenkunde), Universiteit Leiden 2017 – 2018 untuk menulis penelitiannya tentang terbentuknya elit kelas menengah di pedalaman Papua. Bukunya tentang Papua diantaranya adalah: Jiwa yang Patah (2014), Mencari Sang Kejora: Fragmen-Fragmen Etnografi (2015), Papua Versus Papua: Perpecahan dan Perubahan Budaya (2017), Suara-Suara yang Dicampakkan: Melawan Budaya Bisu (2017), Ruang Hidup yang Redup: Gegar Ekologi Orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua (2018), Kitong Pu Mimpi: Antropologisasi dan Transformasi Rakyat Papua (2018), Mencari Bali yang Berubah ( 2018).  +
Dr. I Nyoman Cerita SST, MFA adalah seniman sekaligus akademisi seni pertunjukan khususnya seni tari di Bali yang berasal dari Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Beliau telah mampu membangun sebuah upaya pengembangan kesenian khususnya tari di Bali. Berbagai karya-karya yang hingga kini telah memberikan catatan penting terhadap perkembangan seni tari, I Nyoman Cerita mampu menciptakan karya tari dengan cara Nyeraki. Istilah Nyeraki bermakna serba bisa. Kemampuan nyeraki yang dimaksud disini adalah kemampuan Nyoman Cerita menciptakan tabuh (musik iringan tari), menciptakan gerak tari, serta mampu menciptakan konsep kostum. Kemampuan nyeraki sangat jarang dimiliki oleh seniman tari pada umumnya. I Nyoman Cerita juga seorang seniman yang inovatif, beliau banyak memunculkan ide-ide baru seperti pengolahan properti tari yang dapat digunakan dalam berbagai fungsi. Dalam salah satu karya trinya Satya Brasta, penari membawa property pajeng dan kipas, pajeng dapat di fungsikan sebagai tombak, roda kereta, dan simbol awan, sedangkan properti kipas dapat digunakan sebagai gada dan kereta kencana. Karya-karya Tari Bali beliau menjadi inspirasi bahan ajar di sanggar dan sebagai sajian seni pertunjukan.  +
I Nyoman Darma Putra adalah guru besar Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. He menyelesaikan pendidikan doktor di School of Languages and Comparative Cultural Studies, University of Queensland, tahun 2003, di mana dia juga melakukan Postdoctoral Program dari 2007-2009. Selain mengajar sastra dan budaya di FIB Unud, Darma Putra juga mengajar bidang pariwisata di Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3) Pariwisata Universitas Udayana. Darma pernah menjadi Ketua Program Studi S-2 Pariwisata tahun2014-Februari 2018. Minat penelitiannya meliputi sastra Indonesian, sastra Bali, dan pariwisata Bersama Michael Hitchcock, dia menerbitkan buku Tourism, Development and Terrorism in Bali (Aldershot: Ashgate, 2007), sedangkan buku karyanya sendiri adalah s A literary Mirror; Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century (Leiden: KITLV Press, 2011). Dia menerbitkan sejumlah artikel di jurnal internasional bereputasi seperti Asian Ethnicity, Indonesia and the Malay World, Current Issues in Tourism, The Journal of Hindu Studies, and Tourism Geographies. Sejak 2011, dia menjadi ketua editor Jurnal Kajian Bali (akreditasi Sinta-2)  +
I Nyoman Darma Putra mengajar sastra Indonesia di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana (Bali) dan merupakan guru besar di School of Language and Cultures, University of Queensland. Dia adalah penulis A cermin sastra: refleksi Bali pada modernitas dan identitas di abad kedua puluh (KITLV/Brill, 2011).  +
I Nyoman Ekaputra S.Sos M.AP lahir pada tanggal 1 Juni 1965 di Denpasar. Bertempat tinggal di Br. Pengukuh, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, Bali, Indonesia. Beliau berprofesi sebagai PNS juga menjadi Pemangku disalah satu pura di Peguyangan dan membantu jika ada yang membutuhkan bantuan untuk tulisan nyastra Aksara Bali serta membina anak - anak di pasraman desa. Pendidikan terakhir beliau yakni di Universitas Ngurah Rai Bali jurusan Magister Administrasi Publik.  +
I Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan . Ayahnya I Gde Bakta adalah seorang seniman serba bisa pada zamannya. Sang ibu, Ni Ketut Taro, juga memiliki seni Kakeknya, I Gde Salin, kemudian darah ayahnya sendiri merupakan guru tari dan tabuh yang punya nama. Kaler sendiri berguru kepada kakek dan ayahnya, yang nantinya mewariskan padanya tari nandhir, baris kupu-kupu, sisia Calonarang, wayang wong, dan parwa. Kaler tak pernah mengenyam pendidikan formal, sebab seingatnya, sampai tahun 1900 di Denpasar belum dibuka sekolah-sekolah. Namun kemampuannya baik baca tulis aksara Bali maupun huruf Latin tak bisa diragukan. Kepandaian ini didapat dari pendidikan non-formal di sela-sela kesibukannya memperdalam seni tari dan tabuh. Dalam penguasaan tari dan tabuh pagambuhan ia sempat dididik oleh I Gusti Gede Candu, I Made Sariada, I Made Nyankan. semuanya dari Denpasar, dan I Made Sudana dari Tegal Taniu. Pada tahun 1918, dalam usia 26 tahun, I Nyoman Kaler memperdalam tari Legong Kraton pada gurunya, Ida Bagus Boda dari Kaliungu Klod, Denpasar. Tahun 1924 memperdalani tari dan tabuh pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati. Gianyar. Kaler sangat terkesan pada gurunya yang satu ini. Cara mengajar gurunya yang luar biasa itu meinungkmkan Nyoman Kaler memahami seluk-beluk dan gerak tari dengan mendalam. Kaler pun menjadi murid kesayangan karena bakatnya yang mengagumkan. Sampai-sampai sang guru menganugerahkan seekor kuda pada murid yang rajin ini. Kaler menguasai hampir seluruh perangkat gambelan Bali dan memahami betul semua gending-gending pegongan, gender, angklung, semar pagulingan, dan sebagainya. Dari pengetahuan yang dimiliki maka Nyoman Kaler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.  +
I Nyoman Loka Suara adalah pelukis kelahiran Bali, 13 Februari 1970. Dia menempuh pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 aktif dalam berbagai pameran bersama, antara lain Pameran kelompok Palet di Come Out festival Australia (1998), Beijing International Art Biennale, China (2015), Asian Art Biennale II, Hongkong (2017). Dia juga terbagung dalam Komunitas Seni Rupa Militant Arts. Karya-karya Loka banyak menampilkan figur-figur berwajah murung dengan teknik distorsif. Leher figurnya dibikin panjang seperti jerapah sehingga memunculkan kesan yang unik pada lukisannya.  +
I Nyoman Mayartayasa alias Man Ata adalah penulis buku cerita “Luh Ayu Manik Mas” (buku 4 – 6). Sejak kanak ia telah gemar menggambar, melukis, membuat kartun, mengarang cerita anak-anak. Ia terus mengolah bakatnya hingga kini. Ia juga membuat ilustrasi dan desain untuk buku cerita anak-anak. Ia tamatan Universitas Warmadewa, Bali.  +
I Nyoman Pidada alias Dadap, lahir di Sukawati, Gianyar, Bali, 1942. Ia adalah seorang pelawak dan pemain drama gong kawakan. Ia biasa berperan sebagai punakawan bernama Dadap berpasangan dengan Kiul. Dadap sangat enerjik, sementara Kiul sangat lambat dan cenderung pemalas. Nama “Dadap” sangat populer pada masa kejayaan drama gong di Bali era 1980-an hingga 1990-an. Ia bermain drama bersama kelompok (sekaa) drama gong “Bintang Bali Timur” yang sangat terkenal pada masanya. Dengan hiasan wajah dan kostum yang khas dan lucu, lawakan dan banyolannya dalam drama gong selalu ditunggu-tunggu penggemarnya dan sangat menghibur masyarakat pada masa itu. Selain bermain drama gong, ia juga aktif dalam pertunjukan tari barong. Ia meninggal pada tanggal 30 Januari 2019 karena serangan stroke.  +
I Nyoman Rembang lahir di Sesetan, Denpasar, 1931. Ia adalah seorang musisi, komposer, guru, dan pembuat gamelan. Ia termasuk komponis Bali paling berpengaruh di abad kedua puluh. Ia pernah mengajar gamelan di Summer School, Barkeley, California, Amerika selama lima bulan pada tahun 1974. Rembang memulai karier musiknya ketika ia bergabung dengan kelompok gambuh lokal di desanya, Sesetan. Pada usia tujuh tahun, ia sudah mahir memainkan gender wayang. Pada usia delapan, ia mulai belajar memainkan gamelan Legong. Pada masa remajanya, ia mengajar gamelan Bali di Konservatorium Surakarta, Jawa Tengah. Ia juga menjadi spesialis gamelan Jawa di bawah bimbingan R.M. Yudoprawiro, seorang bangsawan istana Surakarta. Pada tahun 1960, bersama Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra, Rembang memelopori pembentukan Konservatif Bali. Pada 1963, Rembang mengundurkan diri dari Conservatorium Surakarta dan berkonsentrasi di Bali di mana ia mengajar di Sekolah Tinggi Musik SMKI. Dia juga sering diundang untuk mengajar di Eropa sebagai artis tamu, komposer dan pemain. Setelah selesai sebagai guru di Sekolah Seni Denpasar pada pertengahan 1980-an, ia menciptakan Gamelan Bungbang yang fenomenal. Gamelan itu terbuat dari bambu panjang yang dapat menghasilkan nada tertentu berdasarkan panjangnya. Untuk memainkan gamelan tersebut setidaknya diperlukan 32 musisi. Gamelan tersebut sering dipentaskan di berbagai ajang kesenian, seperti Pesta Kesenian Bali. Rembang meninggal pada tanggal 30 Agustus 2001 di kediamannya di Denpasar pada usia 71 tahun.  +
I Nyoman suprapta lahir pada tanggal 11 november 1962 beliau sudah membuat geguritab dari tahun2000 sekarang sudah menerbitkan 219 judul geguritan, karena beliau menyerahkan hidupnya untuk sastra bali beliau mendapat penghargaan sastera rancage tahun 2013 dari yayasan kebudayaan rancage, bandung dari bidang jasa. Selasa 9 april 2019 yang sudah lalu.  +
Nyoman Tusthi Eddy lahir di Pidpid, Karangasem, Bali, 12 Desember 1945. Ia kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Singaraja, tamat 1969. Selain menjadi guru, ia menulis puisi, cerpen, esai, artikel, kritik sastra, dalam bahasa Bali maupun Indonesia. Karya-karyanya dimuat di Bali Post, Kompas, Suara Karya, Horison, Basis, Warta Hindu Dhrama, Sarad, dan sebagainya. Ia memperoleh sejumlah penghargaan, antara lain dari Sabha Sastra Bali (1999), piagam Penatar Sastra Bali Modern dari Dinas Pendidikan Karangasem (2002), hadiah sastra Rancage (2004 dan 2009). Selain itu, ia juga menerjemahkan sastra Indonesia dan Inggris ke dalam bahasa Bali. Buku-bukunya yang telah terbit: Kenangan demi Kenangan (1981), Puisi Seputar Dunia (1984), Sajak-sajak Timur Jauh (1985), Gumam Seputar Apresiasi Sastra: Sejumlah Esai dan Catatan (1985), Perbandingan Kata dan Istilah bahasa Malaysia-Indonesia (1987), Mengenal Sastra Bali Modern (1991), Kamus Istilah Sastra Indonesia (1991), Wajah Tuhan di Mata Penyair (1994), Cerita Rakyat dari Bali (1997), Duh Ratnayu: Tembang Kawi Mendamba Cinta (2001), Tafsir Simbolik Cerita Bagus Diarsa (2002), Ning Brahman (2002), SungaiMu (2004), Somah (2008).  +
I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa atau bisa dikenal sebagai Wahyu Angga beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1997 di Denpasar. Beliau merupakan salah satu alumni dari program studi Sastra Bali angkatan 2015, ia juga merupakan pengarang dari karya sastra parwa yaitu kakawin Prapanca Suddhani. Saat ini beliau sedang melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya.  +
I Nyoman Wardi adalah salah satu dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Bali - Indonesia. Dia juga adalah seorang peneliti di bidang lingkungan hidup, sosial, dan budaya di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.  +
Nyoman Windha adalah komponis kelahiran Banjar Kutri Desa Singapadu, Gianyar, Bali, 4 Juli 1956. Lingkungan seni sangat melekat dengan kesehariannya sebagai masyarakat Bali. Tak heran jika Nyoman sudah pandai menabuh gamelan sejak masa kanak-kanak. Nyoman meneruskan pendidikan setingkat SMA di Konservatori Karawitan Denpasar (sekarang SMKN 3 Sukawati). Kemudian, ia melanjutkan studi Karawitan di Akademi Seni Tari Indonesia-ASTI (sekarang Institut Seni Indonesia-ISI) Denpasar dan program studi Master of Music di Mills College California. Masa kuliahnya di ASTI menjadi awal mula proses kreatifnya bersama rekan-rekannya yang kemudian menjadi pelopor pembaharu seni karawitan, tari dan pedalangan di Indonesia. Di kampus ini, ia bertemu dengan I Made Bandem, I Wayan Dibia, I Nyoman Astita, Wayan Rai, Made Berata, Wayan Suweca, Ketut Suryantini, I Made Arnawa, dan lain sebagainya. Debutnya sebagai komponis dimulai saat mengikuti Pekan Penata Tari dan Komponis Muda Dewan Kesenian Jakarta 1983, ajang bergengsi bagi para komponis muda di Indonesia. Karya musik Nyoman berpusar pada permainan bunyi dan ritme dengan kecepatan tempo, dinamika dan teknik tinggi yang melodis. Nyoman menggarap karyanya dengan berbagai jenis gamelan dan alat musik Bali, terutama gong kebyar. Meski demikian, ia juga mengeksplorasi beragam alat musik selain gong kebyar, misalnya penggunaan gamelan selonding dalam “Simponi Bambu” dan “Bali Age”. Bahkan, Nyoman juga bereksperimen dengan memadukan gamelan dengan instrumen biola, klarinet, tabla dan sebagainya dalam “Jaya Baya” (2005). Pengalaman eksperimentalnya itu akhirnya melahirkan karya kolaborasi bersama seniman lain. Sebut saja karya “Rumpun Bambu”, hasil kolaborasinya bersama musisi jazz Indra Lesmana yang menggunakan gamelan jegog dan selonding berbaur dengan musik jazz. Selanjutnya bersama musisi jazz etnik Dwiki Darmawan, Nyoman menciptakan Gamelan JES yang terdiri atas jegog dan semar pagulingan berpadu dengan instrumen musik jazz. Selain sebagai komponis, Nyoman aktif tampil dan mengajar musik karawitan Bali di berbagai belahan dunia, di antaranya Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, Hong Kong dan Singapura. Kini, Nyoman Windha adalah pengajar karawitan dan komposisi di ISI Denpasar.  
I Putu Agus Adnyana adalah dosen pada STIE Satya Dharma Indonesia dan mengajar pada program studi manajemen. Agus mendapatkan gelar magister manajemen dari Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) pada tahun 2018 dengan tesis berjudul Peningkatan Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Desa Tigawasa.  +