Siwaratrikalpa (Lubdhaka)
- Title of Work
- Siwaratrikalpa (Lubdhaka)
- Type
- ⧼IdentificationMap-Kakawin⧽
- Photo Reference
- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bali
- Location
- Credit
- Mpu Tanakung
- Reference
- Teeuw, A. dan Th.P. Galestin, S.O. Robson, P.J. Worsley, P.J. Zoetmulder, 1969, Siwaratrikalpa of mpu Tanakung. The Hague: Martinus Nijhoff.
- Background information
- Teeuw, A. dan Th.P. Galestin, S.O. Robson, P.J. Worsley, P.J. Zoetmulder, 1969, Siwaratrikalpa of mpu Tanakung. The Hague: Martinus Nijhoff.
Summary
In English
In the middle of his hunt, Lubdhaka came across a large lake. He rested by the lake, hoping an animal would come to drink there. When the sun had set, Lubdhaka wanted to stay overnight around the lake. Due to fear of wild animals, he then climbed a bilwa tree (a bael tree, different from maja tree) on the bank of the lake. When midnight approached, Lubdhaka got sleepy. Because he was afraid of falling from the top of the tree, he picked the bael leaves one by one to relieve his sleepiness.
Lubdhaka didn't realize that the bilva leaves that he had picked fell on top of a Shivalinga. Time went by, the night had passed. When the sun began to rise on the eastern horizon, Lubdhaka descended from the Bilva tree and immediately returned home. Several years have passed, and Lubdhaka was seriously ill. Even though it had been treated many times, the disease was still incurable; until finally he died.
His spirit was later wanted by Lord Yama (the god of death). Lord Yama then sent his messengers called the kinkara-balas to arrest and punish Lubdhaka in hell for killing many animals during his lifetime. Soon this incident was known by Lord Siva. Because Lubdhaka had accidentally carried out Siwaratri ritual while hunting, Lord Shiva sent the gana troops to free Lubdhaka.
Lubdhaka's spirit liberation efforts led to intense warfare between Yamaraja messengers and the ganas. Finally, the battle was won by the ganas. Lubdhaka’s spirit was later given up from punishment and Lubdhaka found happiness in the heaven due to performing ritual of Siwaratri.In Balinese
In Indonesian
Di tengah perburuannya, Lubdhaka menjumpai sebuah danau yang cukup luas. Ia pun beristirahat di tepi danau itu dengan harapan ada seekor binatang yang datang untuk meminum air danau tersebut. Ketika matahari telah tenggelam, Lubdhaka berkeinginan untuk menginap di seputar danau itu. Karena takut ada binatang buas menghampiri, Lubdhaka lalu memanjat pohon bilwa (pohon bila, berbeda dengan pohon maja) yang berada di tepi danau. Ketika tengah malam, Lubdhaka mulai mengantuk. Lantaran takut terjatuh dari atas pohon, maka Lubdhaka memetik daun bilwa satu per satu sebagai penghilang rasa kantuknya.
Tanpa disadari oleh Lubdhaka, daun bilva yang dipetik Lubdhaka tepat jatuh di atas sebuah lingga Siwa. Tak terasa waktu berjalan, malam pun telah terlewati. Ketika matahari mulai terbit di ufuk timur, Lubdhaka turun dari pohon Bilva dan segera pulang ke rumah. Beberapa tahun telah terlewati, diceritakan Si Lubdhaka terkena penyakit parah. Meskipun telah diobati berulang kali, namun penyakitnya tetap tidak dapat disembuhkan; hingga akhirnya Lubdhaka meninggal dunia.
Roh Lubdhaka yang telah meninggal kemudian diketahui oleh Dewa Yama (dewa kematian). Dewa Yama lalu mengutus anak buahnya yang disebut para kinkara-bala untuk menangkap dan memberikan hukuman kepada Lubdhaka karena telah membunuh banyak hewan semasa hidupnya. Tak lama kemudian, kejadian ini diketahui oleh Dewa Çiva. Karena Lubdhaka tanpa sengaja telah melaksanakan Brata Siwaratri pada saat berburu, Dewa Siwa pun mengutus para gana untuk membebaskan Lubdhaka.
Usaha pembebasan roh Lubdhaka menimbulkan peperangan hebat antara para pesuruh Yamaraja dan para gana. Akhirnya, peperangan tersebut dimenangkan oleh para gana. Roh Lubdhaka kemudian dibebaskan dari hukuman dan Lubdhaka memperoleh kebahagian di svargaloka berkat Brata Siwaratri.Text Excerpt
Bahasa Kawi/Kuno
In English
In Balinese
In Indonesian
Index
Enable comment auto-refresher