Putu Suasta lahir di Denpasar, 1960. Dia menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di kota kelahirannya. Kemudian dia melanjutkan studi di Universitas Gajah Mada (UGM), jurusan Hubungan Internasional (HI), tamat tahun 1985. Dia kemudian mengikuti kuliah pasca-sarjana di Cornell University. Dia juga sempat mengajar di Asian Studies/Dept. Modern Language and Linguistics, Cornell University, tahun 1988.
Di Bali, Putu dikenal sebagai aktivis yang kritis. Dia membentuk sejumlah forum diskusi seperti forum “Merah-Putih” dan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai sarana untuk membangun kesadaran kritis masyarakat akan hak-hak mereka sebagai warga negara. Melalui lembaga-lembaga sipil tersebut, dia mengorganisir massa untuk mengkritik pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat dan tidak transparan dalam menjalankan roda pemerintahan. Melalui tulisan-tulisannya, dia rajin menyampaikan berbagai ide serta kritik konstruktif bagi pemerintah dan juga masyarakat.
Perjuangan panjang Putu Suasta dalam pergerakan sipil, akhirnya bermuara pada kesadaran bahwa jalan paling efektif untuk mendorong perubahan adalah politik. Dia semakin menyadari keterkaitan erat antara pemerintahan dengan politik. Maka untuk bisa menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat secara lebih efektif, jalur politik harus dimasuki. Dia kemudian bergabung dengan Partai Demokrat.
Karya-karya Putu Suasta telah diterbitkan dalam sejumlah buku, baik yang bertema politik, sosial-budaya, maupun kesenian. Buku-buku tersebut, antara lain: “Idiologi, Pembangunan dan Demokrasi” (1986), “Made Wianta: His Art and Balinese Culture“(1990), “Bali Living in Two Wold” (Schweben Basel, 2001), “Kembara Budaya” (Bali Mangsi Foundation, 2001), “Menegakkan Demokrasi, Mengawal Perubahan” (Lestari Kiranatama, 2013), “Gung Rai, Sang Mumpuni” (2017), “Sanur: Merawat Tradisi di Tengah Modernisasi” (2018).
Enable comment auto-refresher