Literature Perang Rusia-Ukraina, Dampak Dan Nasib Pengungsi.
Description
In English
In Balinese
In Indonesian
PERANG RUSIA-UKRAINA DAMPAK DAN NASIB PENGUNGSI
Om Swastiastu
Perang adalah salah satu bentuk cara menyelesaikan perbedaan atau ketidaksamaan. Sampai di zaman modern yang sudah pada level peradaban yang tinggi. Perang ternyata tetap menjadi pilihan yang enggan dielakkan dan memicu gelombang pengungsi. Perang antara Rusia dan Ukraina yang dimulai oleh Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, adalah salah satu peristiwa yang saat ini telah mengusik nurani kemanusiaan masyarakat seluruh dunia. Putin menggempur negara tetangganya yakni Ukraina dengan melakukan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Pertempuran terjadi hampir diseluruh wilayah Ukraina. Korban yang jatuh tidak hanya dari kalangan militer, tetapi juga dari warga sipil. Anak-anak dan perempuan adalah korban pertama yang paling menderita dari situasi konflik yang kini telah melanda negeri itu. Akibat gempuran pasukan Rusia, sejumlah fasilitas penting di Ukraina seperti fasilitas air bersih, pendidikan, kesehatan, dan rumah-rumah penduduk kini telah hancur. Tidak sedikit dari mereka kini menjadi pengungsi. Tercatat sekitar 1.151 warga sipil tewas sejak Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mencatat sementara jumlah orang yang mengungsi keluar dari negara itu mendekati angka 3,9 juta korban pengungsian.
Adapun dampak perang antara Rusia dan Ukraina bagi Indonesia adalah :
• Penurunan Nilai Tukar Rupiah.
Dampak perang akan mempengaruhi aliran uang di Indonesia. Jika perang terjadi terus menerus dapat menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan melemah.
• Penurunan Pasar Modal.
Kemungkinan pasar modal Indonesia akan mengalami sedikit penurunan, namun dana dari investor asing di pasar modal Indonesia masih relatif stabil.
• Kehilangan Pendapatan Akibat Turunnya Ekspor.
Nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada bulan Januari berada di angka 170 juta dollar AS, sedangkan untuk Ukraina sebesar 5 juta dollar AS.
• Naiknya Harga Minyak Terhadap APBN.
Kenaikan minyak bumi diperkirakan meingkat lebih dari 100 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga bahan bakar minyak meningkat di AS dan Eropa sebesar 30%. antai pasokan global sebelumnya sudah mengalami hambatan logistik akibat COVID-19. Konflik antar Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, sambungnya, berisiko memperburuk supply chain dan memicu kenaikan harga komoditas.
• Kenaikan Komoditas Impor Gandum.
Selain harga minyak, kemungkinan harga komoditas gandum juga akan mengalami kenaikan.Pasalnya, Indonesia mengimpor gandum dari Ukraina yang dipakai sebagai bahan utama pembuat roti hingga mi instan.Impor gandum Indonesia terbilang tinggi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Ukraina berada
di urutan pertama sebagai pengimpor gandum di Indonesia. Secara keseluruhan pada 2020, total impor gandum Indonesia sebanyak 10,299 juta ton. Dengan demikian, Ukraina berkontribusi pada lebih dari 20 persen stok gandum di Tanah Air.
Ada sejumlah situasi sulit yang biasanya dihadapi penduduk sipil akibat perang.
• Ancaman kekerasan dan perlakuan yang tidak manusiawi, terutama pasukan musuh yang menyerbu wilayahnya. Tidak sedikit penduduk sipil yang menjadi korban kekerasan brutal, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
• Selama di kamp pengungsian, mereka hidup serba kekurangan dan bahkan terisolasi dari dunia luar. Tidak ada jaringan telepon, internet, listrik, yang menyebabkan mereka seolah terputus komunikasinya dengan keluarga mereka di luar sana.
• Berkaitan dengan terjadinya pandemi Covid-19, nasib pengungsi menjadi kian tidak menentu. Di puncak gelombang pertama pandemi pada April 2021, 168 negara dilaporkan telah menutup pintu perbatasannya, baik penuh maupun sebagian. Bahkan 90 negara diantaranya sama sekali tidak mau memberikan pengecualian kepada para pengungsi akibat perang yang mencari suaka.
Ratusan ribu penduduk Ukraina meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat untuk berlindung sementara. Diseluruh dunia, pada tahun 2020 tercatat jumlah pengungsi akibat perang dan penganiayaan mencapai lebih dari 80 juta dua kali lipat dari jumlah pengungsi dua dekade silam. Setiap hari diperkirakan terjadi sekitar 37 ribu perpindahan baru penduduk karena harus mengungsi. Jumlah ini mungkin bisa terus bertambah jika para pemimpin dunia masih menganggap perang sebagai jalan keluar untuk mewujudkan ambisi serta kepentingannya.
Lalu Bagaimana sikap dan tanggung jawab jika ada pengungsi datang ke tempatmu karena konflik seperti yang terjadi di Ukraina?
Sikap saya ketika ada pengungsi datang ke tempat saya adalah menerima dan memberikan mereka tempat tinggal yang layak untuk berlindung sementara dari konflik tersebut, terutama bagi anak-anak mereka karena penting untuk kesehatan dan mental mereka. Dan juga saya akan menyediakan fasilitas seadanya untuk para pengungsi seperti tempat untuk tidur, makanan, minuman, agar mereka merasa nyaman dan terlepas dari trauma konflik yang sedang terjadi.
Menyelesaikan masalah dengan perang hanya akan menimbulkan kematian tak berarti, kebencian tanpa akhir, rasa sakit yang tak pernah berakhir.
Sekian Opini Saya, Terima Kasih
Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
Enable comment auto-refresher