Literature Perang Ukraina Dan Rusia

From BASAbaliWiki
Revision as of 11:38, 17 May 2022 by Naomi Paristya (talk | contribs) (Created page with "{{PageSponsor}} {{Literature |Page Title id=Perang Ukraina Dan Rusia |Page Title=Perang Ukraina Dan Rusia |Photograph=20220517T113625120Z319407.jpg |Photograph reference=https...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

Description


In English

In Balinese

In Indonesian

Sejak dahulu, wilayah Ukraina sudah menjadi perebutan pemerintahan-pemerintahan besar di Eropa bagian timur. Berabad-abad lamanya kawasan yang kemudian disebut sebagai Ukraina dikuasai atau dibagi-bagi wilayahnya oleh bangsa-bangsa lain dari zaman lama hingga memasuki era modern. Tanggal 23 Juni 1917, Republik Rakyat Ukraina berdiri sebagai negara Ukraina modern.. Sebelum itu, Ukraina merupakan bagian dari Pemerintahan Sementara Rusia usai Revolusi Rusia. Revolusi ini menggantikan sistem Tsar di Rusia menuju pembentukan Uni Soviet.
Namun, pemerintah baru ini juga berlangsung singkat saja dan berakhir pada Desember 1918, dan digantikan kembali oleh Republik Rakyat Ukraina dengan pusatnya di Kiev. Dengan segala dinamika dalam perjalanan sejarah dan kerumitannya dengan Rusia, wilayah Ukraina ikut terseret ke pusaran Perang Dunia II (1939-1945), yang dilanjutkan Perang Dingin. Perang ini melibatkan dua kubu besar, yakni Blok Barat yang dimotori oleh Amerika Serikat melawan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet alias Rusia.

Hingga akhirnya, tanggal 1 Desember 1991, digelar referendum oleh rakyat Ukraina untuk menentukan pilihan: tetap bersama Uni Soviet atau merdeka sebagai negara sendiri. Hasil referendum menyebutkan bahwa lebih dari 90 persen warga Ukraina memilih merdeka dengan suara bulat di setiap daerah. Pada hari yang sama setelah referendum, seperti dilansir BBC News lewat laporannya bertajuk “Ukraine Country Profile”, warga Ukraina memilih presiden mereka untuk pertama kalinya. Adalah Leonid Kravchuk yang terpilih sebagai presiden pertama Ukraina.

Ukraina benar-benar menjadi negara merdeka dan berdaulat penuh setelah Uni Soviet resmi membubarkan diri pada 26 Desember 1991. Dengan demikian, Ukraina merdeka secara de jure dan diakui oleh komunitas internasional. Sejak menjadi negara merdeka, Ukraina masih kerap terlibat polemik atau ketegangan dengan Rusia, terutama pada era pemerintahan Presiden Ukraina ke-2, Tahun 2005 dan 2014, terjadi revolusi di negara Ukraina. Negara tersebut menolak supremasi Rusia dan mencari cara untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization). Mengutip dari dw.com, NATO adalah aliansi militer yang terdiri dari 28 negara di Eropa dan Amerika Utara.

Rusia pun menolak keras langkah tersebut dan meminta Ukraina untuk 'tak pernah bergabung dengan NATO atau North Atlantic Treaty Organization, yang di awal pendiriannya memang bertujuan melawan ancaman ekspansi Rusia pascaperang di Eropa. Putin sangat marah dengan prospek pangkalan NATO di sebelah perbatasannya dan mengatakan bergabungnya Ukraina dengan aliansi transatlantik pimpinan AS akan menandai perlintasan garis merah antar keduanya.

Dan hal itu membuat Presiden Putin sangat marah dan ingin menyerang Ukraina. Ketegangan terus meningkat, dengan lebih dari 100.000 tentara Rusia ditempatkan di perbatasan, bersama dengan artileri berat. Pembicaraan antara Rusia dan sekutu barat sejauh ini tidak berhasil, dengan Presiden Putin teguh dalam tuntutannya agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO, dan Barat tidak mau mengakuinya. Rusia telah menyatakan tidak berencana untuk menyerang, tetapi laporan menunjukkan serangan bisa datang paling cepat 16 Februari. Parlemen Ukraina memberikan suara untuk menyetujui keadaan darurat nasional sebagai tanggapan atas ancaman invasi Rusia.Langkah itu disetujui secara luas pada hari yang sama ketika Moskow mulai mengevakuasi kedutaan besarnya di Kyiv dan Washington meningkatkan peringatannya tentang kemungkinan serangan Rusia habis-habisan. Pasukan Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, saat Putin menuntut tentara negara tetangga itu meletakkan senjatanya.Dalam pidato yang disiarkan di televisi pemerintah, “Kami mendesak Anda untuk segera meletakkan senjata dan pulang. Saya akan menjelaskan: semua prajurit tentara Ukraina yang mematuhi persyaratan ini, dapat dengan bebas meninggalkan area aksi militer dan kembali ke keluarga mereka,” katanya dalam pidato yang disiarkan di televisi pemerintah.Putin juga mendesak negara lain untuk tidak ikut campur.

“Siapa pun yang akan mencoba menghentikan kami dan selanjutnya menciptakan ancaman terhadap negara kami, kepada rakyat kami, harus tahu bahwa tanggapan Rusia akan segera dan membawa Anda ke konsekuensi yang belum pernah Anda hadapi dalam sejarah Anda. Kami siap untuk hasil apa pun.Lalu Bagaimana Sikap Dan Tanggung Jawab Jika Ada Pengungsi Datang Ke Tempatmu Karena Konflik Seperti Yang Terjadi di Ukraina?Mengizinkannya dan memberikan perlindungan dan juga tempat yg layak,Indonesia hanya bisa membantu membuka zona pengungsi,Indonesia tidak perlu terlibat lebih jauh dalam permasalahan yang dihadapi oleh kedua negara. Sebaliknya, Indonesia bisa memberikan kontribusi terhadap upaya penyelesaian konflik. Bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina merupakan perang saudara antara bangsa-bangsa Eropa.Agar perang tersebut bisa diselesaikan melalui jalur damai dan dilakukan secara kekeluargaan.