Sirine tanda bahaya, kereta menuju Polandia, air mata keputusasaan dan menanggung beban negara adalah dunia yang harus dijalani oleh warga Ukraina. Ada seoarang suami yang berjuang mempertahankan negaranya namun ada juga seorang istri yang bertahan hidup di penampungan pengungsi di negara Polandia. Begitulah gambaran keadaan yang dialami pengungsi Ukraina. "Pada tingkat ini arus keluar dari Ukraina dapat menjadikannya sumber krisis pengungsi terbesar abad ini," jelas Juru bicara UNHCR Shabia Mantoo dikutip pada (
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220303094709-4-319744/sedih-pengungsi-ukraina-tembus-1-juta-orang).
Mencari atap untuk berlindung sementara dari peperangan mungkin menjadi tujuan utama pengungsi Ukraina. Jika mereka memilih Bali, siapkah kita tuk menjadi atapnya? Citra Bali dengan pariwisatanya yang menjadi destinasi wisata terpopuler, berhadapan dengan konsekuensi menerima pengungsi tentu menjadi tantangan tersendiri ditambah dengan perekonomian Bali cukup terguncang akibat pandemi COVID-19. Dengan popularitas yang tinggi tentu Bali akan menjadi sorotan.
Secara kemanusiaan kita harus membantu siapapun yang dalam kesusahan karena terlepas dari apapun latar belakang para pengungsi, mereka memiliki perasaan, maka apapun keadaan yang kita alami wajib untuk membantu sesama yang dalam kesulitan. Seluruh bagian, baik dari pemerintah hingga masyarakat harus siap dalam menerima pengungsi. Pemerintah dapat mempermudah proses birokrasi, menyiapkan aparat khusus untuk mengatur pengungsi, menyediakan bantuan berupa logistik dan tempat tinggal sementara pengungsi dan koordinasi dengan pihak Ukraina untuk mendata para warganya yang mengungsi. Untuk masyarakat, dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti NGO (non goverment organization), komunitas-komunitas dan warga setempat. Ada yang membagikan logistik berupa sandang dan pangan, memberikan hiburan berupa permainanan tradisional untuk anak-anak atau hanya perhatian-perhatian kecil agar mereka merasa nyaman dan aman berada di Bali.
Beberapa contoh yang sudah dilakukan negara-negara yang menjadi penampungan Ukraina seperti di Moldova, dilaporkan oleh senior koresponden international CNN Ivan Watson bahwa di Moldova sendiri sudah ada sekitar delapan ratus ribu pengungsi yang berada di stadion di ibukota Moldova. Pemerintah Moldova pun juga kewalahan membantu pengungsi dari Ukraina karena sudah lebih dari dua ratus tiga puluh ribu pengungsi yang melewati perbatasan mereka dalam sembilan hari terkahir. Sedangkan di Polandia, dikutip dari (https://www.youtube.com/watch?v=y6CKhOp8-h4) Beata Stoczynska duta besar Polandia untuk Indonesia mengatakan setidaknya satu juta delapan ratus ribu pengungsi Ukraina sudah berada di Polandia. Ini merupakan tantangan yang besar bagi pemerintah Polandia. Meski demikian, pemerintah Polandia memberikan bantuan seperti memberikan akses dan peluang untuk tenaga kerja untuk pengungsi Ukraina di Polandia, setiap pengungsi bisa mendaftar nomor identitas seperti yang dimiliki penduduk Polandia, akses pendidikan untuk anak-anak dan akses kesehatan. Pemerintah Polandia akan memberi bantuan bulanan sebesar 300 Euro (Rp. 4.000.000). Pemerintah lokal juga memiliki program khusus untuk anak-anak yang disebut sebagai Program Spesial Nasional 5000 Plus di mana setiap anak dan keluarga akan diberikan sekitar 100 Euro (Rp. 1.500.000) setiap anak. Polandia juga menerapkan skema awal tamping pengungsi selama 18 bulan.
Bersyukur dengan yang kita miliki saat ini walaupun dengan segala kekurangannya. Banyak pertanyaan yang muncul dibenak pengungsi Ukraina. Bagaimana saya bisa bangkit? Bagaimana saya harus memulai hidup yang baru ketika negara saya diinvasi oleh militer Rusia? Tidak ada yang tahu kapan perang ini berakhir. Kita semua sama, tidak peduli ras, suku, agama, warna kulit, maupun latar belakang negaranya, kasih terhadap sesama itu harus.
Enable comment auto-refresher
Saraswati Rahayu
Permalink |