Matigtig Papah Biu

From BASAbaliWiki
Revision as of 23:00, 18 July 2023 by I Ketut Yoga Pramuditya (talk | contribs) (Created page with "{{PageSponsor}} {{VisualArt |Title=Matigtig Papah Biu |Photograph=20230718T224156657Z183286.jpg |Artist=Kebyar Sasmita |Genre=Black and White |Instagram=https://www.instagram....")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
20230718T224156657Z183286.jpg
Title
Matigtig Papah Biu
Photo Credit/Source
Artist / contributor
Kebyar Sasmita
Genre
Black and White
Related Place
Place Bebandem, #karangasem
The place does not exists yet in wiki, click to create it


Add your comment
BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

In English

In Balinese

In Indonesian

Di Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali yang memiliki tradisi rutin dua tahun sekali. Tradisi tersebut bernama tradisi metigtig. Tradisi unik ini sering menjadi daya tarik wisatawan saat ingin mengunjungi Desa Bebandem.

Tradisi metigting berasal dari kata dasar Bahasa Bali yakni tigtig yang berarti memukul secara berturut-turut dan berulang-ulang. Tradisi ini dilakukan oleh beberapa orang laki-laki secara berpasangan. Umumnya para pria ini akan berpakaian adat namun bertelanjang dada, kemudian satu sama lain akan memukul punggung dengan papah biu (pelepah pisang) sebagai senjatanya.

Adapun tradisi metigtig ini dilakukan secara spontan. Maksudnya adalah para lelaki yang mengikuti tradisi itu bebas memilih lawannya masing-masing selama prosesi metigtig berlangsung. Kendati demikian, mereka tak terlihat memendam amarah meski terkena pukulan batang daun pisang.

Diyakini tradisi ini dilaksanakan sebagai upaya mencari keseimbangan alam dan mengusir gerubug (wabah penyakit) yang menyerang masyarakat Desa Bebandem.

Selain itu tradisi matigtig adalah representasi sifat-sifat kesatria. Hal itu bermaksud bahwa warga Bebandem sebagai penyungsung Ida Bhatara Alit menunjukan jati diri kesatria untuk menjaga Desa Bebandem dari mara bahaya.