Program KIP ring Kabupaten Bangli kari Salah Sasaran.

From BASAbaliWiki
20240420T012457019Z642499.JPG
0
Vote
Title
Program KIP ring Kabupaten Bangli kari Salah Sasaran.
Affiliation
SMA Negeri 1 Kintamani
Regency/City
Bangli
Author(s)
Category
High School
Year
Photo Credit/Source
https://antikorupsi.org/id/article/4-tahun-kartu-indonesia-pintar-masih-banyak-yang-salah-sasaran
Video Credit/Source
School/Org (if applicable)
Location


Add your comment
BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

What solutions do you offer for the problems in your regency/city?

In English

The Smart Indonesia Card (KIP) is also called the Smart Indonesia Program (PIP). This is the Jokowi government's first program which is part of the Healthy Indonesia Card (KIS) and the Prosperous Family Card (KKS). The Smart Indonesia program aims to increase access for school-age children from poor families to school. KIP is a card intended for poor and vulnerable families who want to send their children (aged 7-18 years) to school for free. KIP recipients are given regular cash funds from the government which are stored in the KIP card function to attend school for free, both those who have registered and those who have not yet registered in schools or madrasas so that the dropout rate can drop drastically. So, the target of KIP is for students who excel and are less fortunate. But in fact its implementation is not in line with expectations, many cases occur regarding KIP being mistargeted. One of them occurred in Bangli Regency. A real example is in my own village, namely Banua Village. Those who are entitled to get KIP (Smart Indonesia Card) are children or students whose families are on the line or in the Poor Family Card (KK) group so that at first glance the KIP program is right on target, but if you look more deeply In fact, the KIP or PIP program still finds errors in its implementation. There are many students in my village whose families are not in the poor family, but in fact these students are underprivileged students. And because of the implementation of the poor KK, students who are not included in the poor KK, who are in fact less well off, cannot make KIP. Even though these students are students who excel and really need the KIP. An example of a student who experiences KIP inaccuracies is myself. I'm not in the poor KK line so I can't get the KIP, even though in fact I really need the card myself. Not to mention that the KIP cannot be made because I am not a poor family member, but in reality my family and I are not someone who can afford it. So, that was the inaccuracy of KIP in Bangli Regency, so what about the wrong target? I have also experienced this wrong KIP target. At that time, I was in junior high school, one of my friends from Trunyan Village had a KIP and received a scholarship even though he himself was someone who was capable and quite rich, had a nice house and had no economic difficulties. This is what makes me feel that KIP in Bangli is still not on target and its implementation tends to be inappropriate and even unfair. Then what solution should the government take? In my opinion, what the government must do to overcome the problem of inaccuracy and wrong targeting of the KIP is, first to do research on the students who receive the KIP, whether they are really underprivileged students? We can see this from the condition of their homes, their parents' jobs, their parents' income every month and so on, well if someone fulfills the things that make them get KIP as I explained above and they are a smart and outstanding student then in my opinion they are worthy of getting KIP. In short, the Bangli Regency Government must be more careful in recruiting students who are worthy of receiving the KIP.

In Balinese

KIP atau PP merupakan silih sinunggil program pemerintah sane kapertama karancang olih Jokowi

In Indonesian

Kartu Indonesia Pintar (KIP) disebut juga Program Indonesia Pintar (PIP). Merupakan program perdana pemerintah Jokowi yang merupakan bagian Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Program Indonesia Pintar bertujuan untuk meningkatkan akses anak usia sekolah dari keluarga miskin untuk bersekolah. KIP merupakan kartu yang ditujukan bagi keluarga miskin dan rentan miskin yang ingin menyekolahkan anaknya (usia 7-18 tahun) secara gratis. Penerima KIP diberikan dana tunai dari pemerintah secara reguler yang tersimpan dalam fungsi kartu KIP untuk bersekolah secara gratis, baik yang telah terdaftar maupun yang belum terdaftar di sekolah maupun madrasah agar angka putus sekolah bisa turun drastis. Nah, sasaran KIP ini adalah untuk para siswa-siswi yang berprestasi serta kurang mampu. Tetapi nyatanya dalam penerapannya tidak sesuai dengan harapan,banyak kasus-kasus terjadi mengenai KIP yang salah sasaran. Salah satunya terjadi di Kabupaten Bangli. Contoh nyatanya berada di Desa saya sendiri,yaitu Desa Banua. Di mana yang berhak mendapatkan KIP (Kartu Indonesia Pintar) adalah anak-anak atau siswa-siswa yang keluarganya berada di garis atau berada di golongan KK (Kartu Keluarga) Miskin sehingga jika dilihat sekilas program KIP ini sudah tepat sasaran, tetapi jika dilihat lebih mendalam lagi nyatanya Program KIP atau PIP ini masih menemukan kesalahan dalam penerapannya. Banyak siswa-siswi di Desa saya yang keluarga nya tidak berada di dalam KK miskin tetapi nyatanya siswa-siswi tersebut merupakan para siswa yang kurang mampu. Serta karena penerapan KK miskin inilah siswa-siswi yang tidak termasuk di dalam KK miskin,yang nyatanya kurang mampu tersebut ,tidak dapat membuat KIP. Padahal siswa-siswa tersebut merupakan para siswa yang berprestasi dan sangat membutuhkan KIP tersebut. Contoh siswa yang mengalami ketidaktepatan KIP ini adalah saya sendiri. Saya tidak berada di garis KK miskin sehingga tidak bisa mendapatkan KIP tersebut, padahal nyatanya saya sendiri sangat membutuhkan kartu tersebut. Belum lagi KIP tersebut tidak bisa dibuat karena saya bukan termasuk KK miskin, tetapi kenyataannya saya dan keluarga saya bukanlah seseorang yang mampu. Nah,itu tadi merupakan ketidaktepatan KIP di Kabupaten Bangli lalu bagaimana dengan Kesalah Sasarannya? Salah sasaran KIP ini juga pernah saya alami. Pada saat itu,saya sedang duduk di bangku SMP salah satu teman saya yang berasal dari Desa Trunyan mempunyai KIP dan memperoleh beasiswa padahal dia sendiri merupakan seseorang yang mampu dan cukup kaya, memiliki rumah yang bagus dan tidak kesulitan di dalam bidang ekonomi. Hal inilah yang membuat saya merasa KIP di Bangli masih belum tepat sasaran dan penerapan nya cenderung masih belum tepat bahkan tidak adil. Kemudian solusi apakah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah? Menurut saya hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah ketidaktepatan dan kesalah sasaran KIP ini adalah,pertama melakukan riset kepada siswa-siswi yang mendapatkan KIP tersebut apakah benar mereka merupakan siswa yang kurang mampu?bisa kita lihat dari keadaan rumahnya, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tuanya setiap bulan dan lain-lain,nah jika seseorang tersebut memenuhi hal-hal yang membuat dia mendapat KIP seperti yang sudah saya jelaskan di atas serta dia merupakan siswa yang pintar dan berprestasi maka menurut saya mereka baru layak mendapatkan KIP. Singkatnya, Pemerintah Kabupaten Bangli harus lebih teliti lagi dalam menjaring siswa-siswi yang layak untuk mendapatkan KIP tersebut.