- Full Name
- I Dewa Putu Mokoh
- Pen Name
- Photograph by
- Link to Photograph
- Website for biography
- Place
- Related Music
- Related Books
- Related Scholars Articles
Biography
In English
In Balinese
In Indonesian
Mokoh mulai belajar menggambar sekitar umur 15 tahun. Namun, keinginannya menjadi pelukis telah mengusik hatinya sejak kanak-kanak. Sayangnya, sang ayah sangat keras menentang keinginan Mokoh menjadi pelukis. Ayahnya ingin Mokoh menggarap sawah, mengembalakan bebek dan sapi. Bagi ayahnya, melukis hanya membuang-buang waktu dan tidak menghasilkan uang.
Mokoh remaja tidak kehabisan akal. Di tengah kesibukan menggarap sawah, dia sering mencuri-curi waktu untuk bermain ke rumah pamannya, I Gusti Ketut Kobot dan I Gusti Made Baret. Dia senang memerhatikan dan mengagumi Kobot dan Baret ketika sedang melukis. Dari Kobot dan Baret pula Mokoh banyak belajar melukis dengan teknik tradisional, seperti nyeket, ngabur, ngasir, nyigar, ngontur, dan sebagainya.
Mokoh kemudian bertemu Rudolf Bonnet (1895-1978), pelukis Belanda yang menetap di Ubud sejak 1929. Bonnet adalah salah seorang penggagas dan pendiri Pita Maha (1936) dan Golongan Pelukis Ubud (1951). Kepada Bonnet, Mokoh rajin menunjukkan gambar atau lukisan yang dipelajarinya dari Kobot dan Baret.
Bonnet kemudian mengajari Mokoh prinsip-prinsip seni lukis modern. Antara lain teknik pengenalan warna, mencampur warna, komposisi, penggalian kreativitas, dan prinsip kebebasan dalam melukis. Bonnet selalu menyarankan agar Mokoh mencari kreasi sendiri, tidak mengikuti jejak Kobot dan Baret yang berkutat pada tema-tema tradisional.
Mokoh mengalami pencerahan. Kepercayaan dirinya semakin tumbuh. Dia mulai menyadari, lukisan yang bagus tidak harus bertema Ramayana dan Mahabarata dengan komposisi rumit memenuhi bidang gambar. Mokoh menilai, terkadang lukisan seperti itu dipakai untuk menyamarkan ketidakbecusan pelukisnya dalam mengggarap bidang gambar.
Bagi Mokoh, lukisan yang bagus juga bisa digali dari objek-objek di sekitar pelukisnya, atau dibuat berdasarkan fantasi dan imajinasi, dengan teknik pewarnaan dan pengolahan bidang gambar secara sederhana. Seorang pelukis harus berani melukis dengan gaya dan objek yang berbeda, harus berani menggali berbagai kemungkinan baru.
Seiring perjalanan waktu, tematik lukisan Mokoh menjadi sangat beragam. Dia melukis tentang kehidupan sehari-hari, flora dan fauna, cerita rakyat, dunia anak-anak, fantasi, erotika, atau hal-hal sederhana yang mengusik perhatiannya.
Dalam konteks seni rupa di Bali, Mokoh adalah sosok anomali. Dengan belajar pada Kobot dan Baret, dia sesungguhnya dilahirkan dari ranah seni lukis tradisional. Namun, petuah-petuah Bonnet dan persahabatannya dengan Mondo, membuka wawasannya untuk lebih mengembangkan diri dalam pemikiran seni rupa modern.
Karakter personal sangat kuat muncul pada lukisan-lukisan Mokoh yang seringkali dianggap nyeleneh. Dia tidak tertarik melukis hal-hal dekoratif yang biasa muncul dalam seni lukis tradisional. Namun, dengan sapuan-sapuan lembut, dia langsung menukik pada pokok persoalan (subject matter) yang disampaikannya lewat narasi-narasi yang jenaka, polos, dan seringkali mengejutkan.
Mokoh telah melakukan terobosan baru pada gaya seni lukis Pengosekan atau seni lukis tradisional yang cenderung mapan dan terpola. Dengan kemampuan menggunakan teknik seni lukis tradisional, dia mengolah gagasan dan tematik yang modern atau bahkan kontemporer pada bidang-bidang kanvasnya. Namun, jejak teknik seni lukis tradisional seringkali tidak terlihat pada lukisan-lukisannya. Mokoh adalah seorang inovator, pembaharu, sekaligus pendobrak gaya seni lukis Pengosekan.
Selain di dalam negeri, lukisan-lukisan Mokoh banyak tampil dalam pameran bersama di luar negeri, antara lain di Amerika, Australia, Denmark, Finlandia, Belanda, Jerman, Italia, Venesia. Pada 1995, lukisan-lukisan Mokoh dipamerkan secara tunggal di Fukoaka Art Museum, Jepang.
Enable comment auto-refresher