Wayan Lotring
From BASAbaliWiki
Sekaa palegongan pimpinan Lotring ini sempat diundang pentas ke Keraton Solo (1926). Dari sinilah muncul istilah Legong Keraton. Di Solo ia sempat mengajarkan gending Goak Macok. Namun ia sendiri terinspirasi dengan gaya menabuh orang Jawa. Ia kemudian menciptakan Gonteng Jawa/Solo.
Setelah sekaa palegongan Kuta bubar pada tahun 1929, Lotring sangat sibuk mengajar tari dan tabuh di berbagai kawasan di Bali, seperti Badung, Gianyar, Tabanan, Karangasem, hingga Buleleng. Untuk itu, ia terpaksa menginap berhari-hari, berbulan-bulan, dan pergi-pulang menempuh jarak puluhan hingga ratusan kilometer dengan berjalan kaki. Ia tak cuma melatih palegongan, tapi juga angklung, gender wayang, tari joged, gandrung, hingga kekebyaran. Tak hanya seni tabuh dan tari, Lotring juga jago menembangkan kidung dan kakawin.
Pada tahun 1930-an, Lotring bertemu dan berkawan akrab dengan Collin McPhee, seorang komposer, pianis, dan penulis berkebangsaan Kanada, yang banyak meneliti tentang gamelan Bali. Mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait komposisi musik Bali. Lotring meninggal pada 1983.
Enable comment auto-refresher