Tari Sakral Sanghyang Dedari yang ada di Geriana Kauh merupakan satu-satunya tari Sanghyang yang masih rutin dipentaskan setahun sekali, tari sakral Sangyang Dedari sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang hampir punah.
Tarian sakral ini dipentaskan menjelang Embud Padi “Mase” (padi yang ditanam setahun sekali tanpa didahului oleh tanaman apapun) jenis padi yang ditanam pun berbeda yakni jenis Padi “Taun” yang sangat langka memiliki ciri-ciri khusus sperti bijinya lebih besar.
Menjelang dilaksanakannya tradisi Tari sangyang Dedari dan Sanghyang Jaran Gading ini terlebih dahulu dilakukan prosesi “matur piuning” di 10 pura yang ada dalam lingkungan desa seperti, Pura Puseh, Pure Pejenengan, Pura Bale Agung, Prapatan, pura Dalem, Kuburan Sanghyang dan lainnya.
Tari Sanghyang Dedari ini dipentaskan oleh anak-anak perempuan dari desa Geriana Kauh yang masih suci dan belum pernah mengalami menstruasi. Sementara, Tari Sanghyang Jaran Gading dipentaskan oleh laki-laki itupun oleh “pekayuan” Ide sanghyang Jaran Gading jumlahnya tidak bisa ditentukan.
Sanghyang Dedari dipentaskan pada melam hari sekitar puku 20.00 WITA di areal Catus Pate tanpa iringan instrumen gambelan hanya menggunakan tembang atau nyanyian khusus disebut “gending Sanghyang” yang dinyanyikan oleh 12 orang krama Desa Geriana Kauh.
Hiasan penari pun tidak boleh memakai emas dan sejenisnya. Penari harus memakai bunga alami seperti jepun dan sandat.
Untuk alur tarian Sanghyang Dedari dan sanghyang Jaran Gading terlebih dulu dilaksanakan prosesi “mekukup” (ngerauhang Ide sanghyang) setelah itu penari akan mengalami “kerauhan” kemudian penari akan bergerak menari secara tidak sadar mengikuti alunan nyanyian Sanghyang, jika tembangnya mengarahkan naik, maka sanghyang Dedari akan naik keatas bambu yang khusus disiapkan untuk prosesi Sanghyang Dedari.
Sedangkan untuk pementasan tari Sanghyang Jaran Gading dilaksanakan pada tempat yang berbeda yaitu di depan Pura Pejenengan Desa Geriana Kauh. Tarian Sanghyang Jaran Gading dipentaskan oleh laki-laki yang di pilih secara “niskala” oleh Ide Sanghyang Jaran Gading. Jumlahnya pun tidak bisa ditentukan tergantung “pekayunan Ide”.
Pada prosesi pementasan tarian Sanghyang Jaran Gading, juga dilaksankan ritual “mekukup” setelah “Ide Ngerauhin” penari akan berlarian di areal pementasan dengan mengikuti alunan Gending Sanghyang. Di tengah-tengah pementasan, penari Jaran Gading yang sudah “kerauhan” akan berlarian melewati bara api yang sudah disiapkan khusus dari “sambuk” (batok kelapa) oleh masyarakat Geriana Kauh.
Tujuan utama dilaksanakannya tradisi sanghyang ini adalah untuk memohon berkah, kemakmuram, dan keselamatan khususnya untuk seluruh masyarakat Geriana Kauh.
Enable comment auto-refresher