Belibis dance is a new dance creation from Bali which is included in the group dance category, because it involves more than three dancers. This dance was created in 1984, the choreography was done by N.L.N Swasti Wijaya Bandem and the music was composed by I Nyoman Windha.
This dance functions as an entertainment dance that emphasizes the artistic aspect, choreography, and is presented with a clear theme and purpose. In accordance with the title of the dance, this dance depicts the beauty of a group of grouse birds enjoying the natural surroundings.
Meanwhile, the theme takes the story of Anglingdharma. The story in the Tantri story, mentions that the king of Anglingdharma was cursed to become a grouse by his powerful wife.
It is said that the king of Anglingdharma who has turned into a grouse wanders and meets a group of other grouse. Feeling attracted by the cheerful atmosphere of the grouse group, he tried to join in order to be accepted as part of the group.
Unfortunately, because the bird (Anglingdharma) is able to talk like a human, the other birds then know that he is a cursed human, so they reject him. The flock of birds went and left the king in solitude.
Tari Belibis adalah tari kreasi baru dari Bali yang masuk dalam kategori tari kelompok, karena melibatkan lebih dari tiga orang penari. Tarian ini diciptakan ditahun 1984, koreografinya digarap oleh N.L.N Swasti Wijaya Bandem dan musiknya diciptakan oleh I Nyoman Windha.
Tari ini berfungsi sebagai tari hiburan yang menonjolkan segi artistik, koreografi, serta disajikan dengan tema dan tujuan yang jelas. Sesuai dengan judul tarinya, tari ini menggambarkan keindahan dan kecantikan sekelompok burung belibis yang sedang menikmati alam sekitar.
Sementara itu, temanya mengambil kisah Anglingdharma. Kisah yang ada dalam cerita Tantri tersebut, menyebutkan bahwa sang raja Anglingdharma dikutuk menjadi seekor burung belibis oleh istrinya yang sakti.
Dikisahkan, raja Anglingdharma yang telah berubah menjadi burung belibis mengembara dan bertemu sekelompok burung belibis lain. Merasa tertarik dengan suasana canda dan keriangan sekelompok belibis tersebut, ia pun berusaha bergabung agar diterima menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Malangnya, oleh karena sang burung (Anglingdharma) mampu berbicara seperti manusia, burung-burung lain kemudian tahu bahwa ia adalah manusia yang dikutuk, sehingga mereka pun menolaknya. Kawanan burung itu pun pergi dan meninggalkan sang raja dalam kesendirian.
Enable comment auto-refresher