Tari Telek merupakan kesenian tradisional yang diperkirakan mulai berkembang sekitar tahun 1935 sampai sekarang. Tari ini dijadikan sebagai pelengkap upacara keagamaan di pura-pura lingkungan masyarakat Jumpai. Tari Telek ini pun mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keberadaan Barong Ket dalam pementasannya.
Keberadaan Topeng Telek di desa Jumpai ini menjadi sebuah warisan turun temurun dari para masyarakat sebelumnya di Desa Jumpai.
Tari ini dipentaskan setiap lima belas hari sekali, yaitu setiap Kajeng Kliwon dan piodalan di pura-pura yang ada di Desa Jumpai. Ketika Tari ini tidak ditarikan di waktu-waktu tersebut dipercaya akan terjadi mala petaka seperti adanya wabah penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian. Akibat hal itu masyarakat Desa Jumpai menyepakati bahwa tarian tersebut harus terus ditarikan diwaktu-waktu tersebut. Semenjak kesepakatan tersebut dibuat angka kematian menjadi berkurang.
Perkembangan selanjutnya, tarian ini tidak hanya di pentaskan dilingkungan Desa Jumpai melainkan juga dipentaskan ditempat lain asalkan tempat tersebut memungkinkan. Jika Tari Telek dipentaskan bersama dengan Barong Ket, maka harus memakai kalangan (panggung) karena barong tersebut dikeramatkan oleh masyarakat Jumpai.
Enable comment auto-refresher