Property:Biography text id
From BASAbaliWiki
C
Pariwisata adalah salah satu faktor penting dalam perekonomian bangsa khususnya bagi masyarakat bali. Terjadinya pandemi Covid-19 menimbulkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat khususnya pada bidang pariwisata di bali. Munculnya Covid 19 mengakibatkan Penghasilan pariwisata di bali menjadi turun drastis di mulai dari pedagang kecil usaha besar sepertii hotel,resort,villa,driver,restaurant-restaurant mewah juga terkena dampaknya.
Dalam upaya membangkitkan kembali pariwisata bali saat ini setelah terdampak covid 19 ada beberapa cara yang perlu menjadi masukan antara dengan menerapkan CWAN (Cheap,Work Together, Available, Negosiation).
Cheap dalam artian memurahkan atau menurunkan harga harga syarat inti untuk berwisata di bali seperti test swab atau PCR, dan karantina akan sangat berpengaruh bagi minat para pengunjung untuk mengunjungi bali karena tidak menghabiskan uang lebih dari seharusnya dan tidak mengurangi uang yg disiapakan buat liburan.
Work Together dibutuhkannya hubungan antara satu negara dengan negara lain,hubungan daerah dengan daerah lain serta kelompok dan individu dibutuhkannya bekerjasama komitmen serta kebijakan yg tepat. Bekerjasama dengan mentri luar negeri, mentri pariwisata, dan mentri kesehatan untuk memvaksin warganya sebelum memberi ijin berwisata sehingga warga yang berkunjung dan yang dikunjungi aman dari virus covid-19.
Available bisa diartikan menyediakan fasilitas seperti rujukan mengenai covid-19 yang sedang terjadi di bali sehingga wisatawan mengetahui keadaan covid-19 terkini di bali. Mampu memberikan informasi, penanganan kesehatan serta tindak lanjut yang tepat sehingga mampu memberikan rasa aman dan nyaman.
Negosiation, memberi wisatawan layanan-layanan tambahan dengan harga harga yang sudah di negoisasi,misalkan ada wisatawan yang mengadakan acara ulang tahun,pernikan,dan lain lain di bali, jadi pihak tempat,dekorasi,konsumsi, bisa bernegoisasi tentang harga yang akan di berikan terhadap wisatawan dengan protokol kesehatan yang lengkap dengan harga terjangkau dan selalu meningkat kualitas layanan diimbangi dengan events nasional maupun international.
Dengan tahapan tahapan diatas semoga mampu memberikan perubahan menjadikan pariwisata bali mendunia kembali meningkatkan perekonomian sehingga berkontribusi besar dalam pemasukan devisa Negara.
“Reina Caesilia” adalah nama pena pemberian Umbu Landu Paranggi untuk “Caesilia Nina Yanuariani”. Penyair pendiam ini lahir di Surakarta, 29 Januari 1965. Dia dibesarkan di Singaraja dan bersekolah di SMAN 1 Singaraja, Bali. Dia kemudian kuliah di Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Pernah menjadi wartawan Bali Post dan Nusa. Dia menulis puisi sejak remaja dan banyak dimuat di Bali Post, selain itu juga terhimpun dalam sejumlah buku bersama, seperti Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Dendang Denpasar Nyiur Sanur (2012), Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Saron (2018). Puisinya yang berjudul “Perempuan yang Menjadi Pelaut” masuk dalam nominasi lomba cipta puisi nasional yang digelar oleh Leon Agusta Institute pada tahun 2014. Setelah sempat mengalami koma akibat terjatuh dari sepeda motornya, Reina meninggal pada tanggal 2 April 2019 karena pendarahan otak yang parah. +
seperti yang kita ketahui Bali adalah tempat wisata terkenal dimanca negara salah satunya pantai pantai diBali.
Pantai sangat diminati oleh wisatawan. Selain pantai gunung tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Jadi bagaimana agar Gunung diBali lebih diminati oleh wisatawan yang datang keBali?
Banyak sekali gunung gunung dibali yang bisa dikunjungi selain pantai atau air terjun. Gunung sangat indah bila kita nikmati setiap perjalanannya. jadi untuk para wisatawan sangat di rekomendasikan untuk berwisata ke gunung.
Untuk permasalah disini, bagaiamana agar para wisatawan yang datang keBali agar lebih dominan berwisata ke Gunung? +
Calon Pemimpin Bali Harus Mampu Mengatasi Tantangan Yang Akan di Hadapi Bali
Om swastyastu
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk berbicara, Saya merasa sangat terhormat dan bersyukur dapat berbagi pemikiran dan ide-ide yang ingin saya sampaikan yakni sebuah permasalahan yang memiliki dampak signifikan dalam kehidupan kita sekarang dan yang akan datang Pemilihan umum 2024 menjadi panggung penting tidak hanya untuk memilih pemimpin di Bali, tetapi juga untuk merangkul tantangan, terutama masalah ekonomi pariwisata yang masih melanda sebagian masyarakat Bali. Salah satu masalah yang mendesak untuk ditangani oleh calon pemimpin di Bali adalah pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan. Bali menghadapi tekanan besar terkait pertumbuhan pariwisata yang pesat, yang dapat merugikan lingkungan dan keberlanjutan pulau ini. Seperti yang kita ketahui bahwa Bali memiliki potensi yang tinggi terutama dalam pariwisata, bali mempunyai kekayaan alam dan budaya yang bervariasi namun potensi itu juga dapat menjadi pisau dua sisi yang jika salah dipergunakan akan dapat merusak bali itu sendiri.
Pertumbuhan pariwisata yang pesat dapat membawa berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, mengancam keberlanjutan ekosistem alam yang berharga. Di berbagai destinasi pariwisata, termasuk Bali, masalah-masalah berikut muncul sebagai hasil dari peningkatan kunjungan wisatawan yakni Pencemaran Lingkungan, Penyediaan fasilitas dan infrastruktur pariwisata yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah padat dan cair dari industri pariwisata dapat mencemari air, tanah, dan udara, merugikan keseimbangan ekosistem alam. Peningkatan jumlah wisatawan menciptakan tekanan ekstensif terhadap sumber daya alam, termasuk air, energi, dan bahan pangan.tidak kalah penting untuk di ingat dan disadari Peningkatan kunjungan wisatawan di Bali tidak hanya membawa keindahan pulau ini ke mata dunia, tetapi juga menimbulkan peningkatan signifikan dalam volume sampah, Peningkatan volume sampah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, merugikan ekosistem alam dan mengancam keberlanjutan lingkungan hidup.Pertumbuhan urbanisasi dan industri pariwisata di Bali membawa dampak signifikan pada ketersediaan sumber daya air. Pertumbuhan pesat sektor pariwisata menambah permintaan akan air, baik untuk kebutuhan hotel, restoran, maupun infrastruktur pendukung pariwisata. Peningkatan penggunaan air dapat menyebabkan degradasi kualitas air karena peningkatan limbah dan polutan dari aktivitas manusia.
Keindahan di bali dapat menjadi sumber ekonomi warga sekitarnya, namun jika tidak memiliki pemimpin yang dapat memandu setiap masyarakat untuk bergerak, menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang ada tentu Bali tidak akan bertahan lama dan menuju kehancuran Bali. Untuk itu diperlukan pemimpin yang mampu melakukan Pengelolaan Pariwisata yang Berkelanjutan Menyusun kebijakan untuk membatasi pertumbuhan pariwisata yang tidak terkendali dan mempromosikan jenis pariwisata yang berkelanjutan. Inovasi dalam Manajemen Sampah Mengimplementasikan program efektif untuk mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah secara berkelanjutan. Mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya ini. Serta mendorong Konservasi Sumber Daya Air Melakukan langkah-langkah konservasi air, seperti pengelolaan irigasi yang efisien, penanaman pohon, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan air yang bijaksana, dan tentu saja Edukasi Lingkungan Melibatkan masyarakat dalam program edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan cara berkontribusi dalam upaya konservasi. Pemilu 2024 bukan hanya kesempatan untuk memilih pemimpin baru yang hanya akan mengambil hak dari gelar tetapi harus memikul kewajiban dari gelar tersebut serta untuk memilih pemimpin yang memiliki visi dan komitmen kuat untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dengan solusi-solusi yang terencana dengan baik, diharapkan Bali , Indonesia dapat melangkah menuju masyarakat yang cinta terhadap lingkungan dan mampu tumbuh menjadi masyarakat yang berdaya saing. Sekian dari pemikiran yang saya sampaikan, Mari kita jadikan sebagai pemicu untuk melakukan perubahan positif. Saya yakin, jika kita bersatu, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik. Terima kasih atas perhatiaannya.Semoga kita dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Terima kasih."
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Nama : Ni Kadek Ulandari Oktapiani
Om Swastiastu
Om Awighnam Astu Nama Sidham
Sane Wangiang Titiang
Ida Dane sane Wangiang Titiang Ibu Bapak Dewan Juri
Saya, sebagai seorang orator, bersyukur dan bangga dapat berbicara di depan kalian semua mengenai suatu peristiwa besar yang akan segera kita saksikan, yaitu Pemilihan Umum 2024.
Pemilihan Umum bukanlah sekadar ritual politik, melainkan sebuah momentum penting dalam perjalanan demokrasi kita. Pada Pemilu 2024, kita akan menentukan arah masa depan Bali, pulau indah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia.
Namun, di tengah euforia demokrasi ini, kita tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ada sejumlah masalah mendesak yang memerlukan perhatian serius dari calon pemimpin Bali. Pemimpin yang akan kita pilih harus memiliki visi yang jelas, komitmen yang kuat, dan kemampuan untuk menangani tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat Bali.
Salah satu masalah paling mendesak yang harus segera ditangani oleh calon pemimpin Bali adalah isu lingkungan. Bali, yang dikenal dengan keindahan alamnya, saat ini menghadapi ancaman serius terkait kerusakan lingkungan. Pembangunan yang tidak terkendali, limbah plastik, dan kerusakan ekosistem menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan pulau ini. Calon pemimpin Bali harus memiliki rencana konkret untuk menjaga keindahan alam Bali, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memastikan pembangunan berkelanjutan yang menghormati lingkungan.
Selain itu, masalah ketidaksetaraan dan kemiskinan juga harus menjadi fokus utama calon pemimpin. Meskipun Bali memiliki daya tarik pariwisata yang luar biasa, masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Calon pemimpin harus memastikan bahwa kekayaan pulau ini dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya sebagian kecil. Program-program pengentasan kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan serta kesehatan harus menjadi prioritas.
Selanjutnya, kita juga tidak boleh melupakan pentingnya membangun tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan. Calon pemimpin harus berkomitmen untuk memberantas korupsi dan meningkatkan akuntabilitas pemerintahan. Hanya dengan tata kelola yang baik, kita dapat memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil benar-benar menguntungkan masyarakat.
Sebagai penutup, mari kita jadikan Pemilu 2024 sebagai panggung untuk memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi besar, tetapi juga keberanian untuk bertindak. Pemimpin yang peduli terhadap lingkungan, adil terhadap semua lapisan masyarakat, dan memiliki integritas dalam menjalankan tugasnya. Mari bersama-sama membangun Bali yang lebih baik, lestari, dan adil untuk generasi yang akan datang.
Terima kasih, semoga kita semua diberi petunjuk dan kebijaksanaan dalam memilih pemimpin yang tepat. Hormat kami untuk Bali, pulau yang kita cintai.
"Kepemimpinan bukanlah tentang pemilihan berikutnya, ini tentang generasi berikutnya." Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Salah satu koresponden asing paling dihormati di Australia. +
Cara mengurangi jumlah sampah sisa sarana persembahyangan dalam aktivitas keagamaan Hindu khususnya pura Batur dan Besakih +
Masyarakat perlu diberi edukasi mengenai dampak sampah persembahyangan terhadap lingkungan. Dengan tujuan menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kesucian tempat suci. Serta menghimbau masyarakat untuk mengurangi Penggunaan kantong plastik sekali pakaian dengan membawa wadah dari rumah.Di lokasi-lokasi persembahyangan, perlu ada tempat sampah terpisah antara organik dan non-organik. Setelah upacara selesai, sampah dapat dipilah dan didaur ulang, terutama yang organik dapat dijadikan kompos. Dapat juga melakukan program pembersihan terjadwal yang melibatkan umat dan sukarelawan dalam kegiatan bersih-bersih secara terjadwal di area pura untuk mengelola sampah yang ada dan menjaga kebersihan lingkungan suci. +
Usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah dalam persembahyangan di pura Besakih atau pura lainnya yang akan kita kunjungi yaitu:
Gunakanlah bahan-bahan organik yang mudah terurai secara alami saat bersembahyang. Hindari penggunaan bahan-bahan plastik atau sintetis yang sulit diurai. gunakan wadah tradisional seperti anyaman daun kelapa atau daun pisang untuk membungkus persembahan. Bahan-bahan ini lebih mudah terurai dan ramah lingkungan. Pisahkan sampah- sampah organik, non-organik dan b3 setelah upacara. Sosialisasikan pentingnya pengurangan sampah persembahan kepada umat yang datang beribadah. Dengan edukasi yang baik, orang orang akan sadar penting nya menjaga lingkungan kita dari sampah-sampah yang akan mencemari lingkungan +
Dari situs web Cat:
“Saya pertama kali mengunjungi Bali pada usia 18 tahun pada tahun 1969. Kenangan tersebut tidak pernah hilang pada dekade-dekade berikutnya, namun saya tidak pernah menyangka akan kembali pada tahun 2000 untuk menghabiskan sisa hidup saya di sini.
Tinggal di Ubud jauh lebih multidimensi dibandingkan berkunjung sebagai seorang musafir. Setelah sepuluh tahun di Singapura yang steril, saya tidak siap menghadapi hewan pengerat di atap dan reptil di dinding kamar. Saya harus belajar menavigasi aturan birokrasi imigrasi Bizantium yang selalu berubah di Indonesia. Bahasa baru ini memiliki banyak kendala yang menarik. Masyarakat Bali, terutama keluarga yang kelak menjadi keluarga saya, adalah jendela kekayaan budaya yang mendalam dan membingungkan di sekitar saya.
Tak lama setelah pindah ke sini, saya menawarkan diri untuk menulis kolom reguler di satu-satunya surat kabar berbahasa Inggris saat itu, Bali Advertiser. Hal ini membuka banyak pintu; hal ini memberi saya alasan untuk menghubungi semua orang paling menarik di pulau itu dan mengajukan pertanyaan kurang ajar tentang apa yang mereka lakukan di Bali. Dari lebih dari 18 tahun artikel dua bulanan, saya telah menerbitkan dua buku." +
Catharina Widjaja menjabat sebagai Executive Vice President di Gajah Tunggal Group. Dari tahun 2004 sampai tahun ini pernah menjabat sebagai Direktur Corporate Communication and Investor Relations di PT Gajah Tunggal Tbk.
Sebelum bergabung dengan Gajah Tunggal Group, Beliau bekerja di berbagai perusahaan multinasional, seperti Deutsche Bank AG Jakarta , menjabat sebagai Foreign Exchange Dealer selama 2 tahun dari tahun 1986-1988 dan HSBC Indonesia, selama 9 tahun, di mana Beliau terakhir menjabat sebagai Country Treasurer.
Beliau memperoleh gelar Master of Science in Control Engineering dari University of Bradford pada tahun 1985 dan alumni dari MIT Sloan School of Management for the Executive program.
Beliau juga menjabat sebagai Direktur di Alun Alun Indonesia, sebuah konsep ritel Indonesia yang mempromosikan produk dan pengrajin Indonesia.
Selain itu, Beliau aktif dalam beberapa kegiatan sosial, di antaranya United in Diversity Foundation, CCPHI, IBCA, IBCWE, YCAB dan Yayasan Mitra Museum Jakarta. Beliau mendapatkan pengakuan sebagai Global Trade Ambassador Indonesia oleh WIT-LA pada tahun 2019, dan menerima penghargaan sebagai TOP Leader on CSR Commitment dari Business News Indonesia pada tahun 2018 dan dinominasikan sebagai penerima Telstra Business Women Awards pada tahun 2017.
Cath juga anggota board BASAbali. +
Catur Yudha Hariani, lahir tanggal 14 September di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Sejak lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1990, dia telah menjadi aktivis lingkungan dan bergabung dalam organisasi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1997 PPLH Bali didirikan di Sanur. Saat itu Catur bertugas sebagai pelaksana harian. Kemudian pada tahun 2002, Catur ditunjuk menjadi Direktur PPLH Bali. Ada banyak program terkait lingkungan yang ditangani oleh Catur. Di antaranya adalah pengelolaan sampah, pendidikan dan pendampingan masyarakat untuk menanggulangi masalah sampah secara swakelola, workshop penanganan sampah untuk pelajar, dan sebagainya. Catur memang konsisten mengabdikan hidupnya menjadi aktivis lingkungan. Dia juga dikenal sebagai salah satu aktivis gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa. +
DEMOGRAFI BAGI PENDIDIKAN
PARAGRAF 1:
Pentingnya pendidikan
PARAGRAF 2:
Pendidikan di Bali
PARAGRAF 3:
Panyineb/kesimpulan +
Chandra Yowani, lahir di Denpasar, 10 Februari 1971. Menulis puisi sejak 1981. Pernah bergabung dengan Sanggar Cipta Budaya di bawah bimbingan Gm Sukawidana. Puisi-puisinya dimuat di Bali Post, Nusa Tenggara, dan Majalah Gadis, juga terhimpun dalam buku Rindu Anak Mendulang Kasih, Benang-benang Bianglala, Di Tangkai Mawar Mana, dan Peladang Kata. Kini dia menjadi dosen tetap di Universitas Udayana. +
Cok Sawitri lahir di Sidemen, Karangasem, Bali, 1 September 1968. Kini dia tinggal di Denpasar, Bali. Pertengahan tahun 2006, ia berkolaborasi dengan Dean Moss dari New York dalam acara Dance Theater. Selain sebagai aktivis teater, Cok juga menulis banyak artikel, puisi, cerita pendek dan novel. Dia juga aktif dalam aktifitas budaya sosial, pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali dan Kelompok Tulus Ngayah.
Karya-karya teater Cok Sawitri adalah Meditasi Rahim (1991), Pembelaan Dirah, Ni Garu (1996), Permainan Gelap Terang (1997), Sekuel Pembelaan Dirah (1997), Hanya Angin Hanya Waktu (1998), Puitika Melamar Tuhan (2001), Anjing Perempuanku, Aku Bukan Perempuan Lagi (2004), Badan Bahagia. Novelnya adalah Janda dari Jirah, Tantri, dan Sutasoma.
Biografi lebih lengkap di http://lifeasartasia.weebly.com/uploads/2/3/6/8/23681555/cok_sawitri.pdf +
Collin McPhee lahir di Montreal, Quebec, Canada, 15 Februari 1900. Ia meninggal di Los Angeles, California, Amerika, pada 7 Januari 1964. Ia adalah seorang komposer, pianis, dan penulis yang pernah menetap di Bali dan menulis buku tentang musik tradisional Bali. Ia juga banyak membuat komposisi musik berdasarkan musik tradisional Bali.
Collin McPhee menghabiskan sisa hidupnya meneliti musik Bali. Ia juga berkontribusi cukup besar bagi perkembangan musik Bali. Ia memperkenalkan musik Bali ke beberapa universitas musik di Amerika. Karyanya yang paling terkenal adalah orkestra Tabuh-tabuhan yang dipentaskan selama perjalanan musim panas ke Meksiko tahun 1936 oleh Carlos Chavez. Tabuh-tabuhan gubahan McPhee ini terdiri dari beberapa alat musik termasuk gong dan simbal khas Bali.
Karya-karya Collin McPhee, antara lain Balinese Ceremonial Music (1934), Concerto for piano & wind octet (1928), Concerto for wind orchestra (1960), Kambing Slem, for flute & piano (1960), Lagoe Sesoeloelingan Ardja, for flute & piano (1960), Lagu Délem (1960), Tabuh-tabuhan, for 2 pianos & orchestra (1936), Tabuh-Tabuhan, toccata for orchestra (1936), Transitions for orchestra (1954), dll. +
D
D. Tjandra Kirana, lahir di Denpasar, 29 Juni 1944. Ia adalah seorang fotografer kawakan yang telah puluhan tahun malang melintang dalam seni fotografi. Selain menggeluti fotografi, ia juga adalah seorang pelukis. Dalam seni fotografi, sejak 1975 ia telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, antara lain di Singapura, India, China, Hongkong, Thailand, Malaysia, Taiwan, Filipina, Jakarta, dll. Ia kerap menjuarai lomba fotografi dan meraih berbagai penghargaan, seperti Monochrome Award Salon Photo Indonesia XXXII (Makasar, 2021), Gold Trophy Shanghai International Lung Jing Shan Photography Art Award 2009, SPC. Fuji Award Silver Medal Color Pint 1985, dll. Karya-karyanya cenderung memadukan keindahan realis dan imajinasi. +
Denpasar merupakan ibu kota provinsi Bali, posisi wilayah yang strategis membuat kota ini berkembang sangat cepat sehingga wajah masa lalu kota Denpasar sebagai kota kerajaan berubah menjadi kota modern dan multietnik. Perkembangan kota Denpasar menyangkut pertumbuhan di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi, sosial maupun budaya yang sudah tercampur dengan budaya luar. Kota Denpasar juga sudah memiliki ciri-ciri sebagai kota besar dimana maraknya Pembangunan pusat perbelanjaan, pasar modern, pusat hiburan, perhotelan, dan masih banyak lagi. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi roda perekonomian Denpasar, namun disisi lain hal ini mempengaruhi jumlah kependudukan kota Denpasar yang juga akan mempengaruhi beberapa aspek lainnya.
Jumlah penduduk menurut data BPS tahun 2023 yang baru lalu adalah 726.800 jiwa. Jumlah tersebut tentu akan semakin besar bila ditambahkan dengan jumlah penduduk dari luar bali maupun warga asing yang menetap untuk mencari penghidupan. Jumlah penduduk yang besar akan mempengaruhi daya dukung dari berbagai aspek, khususnya ketersediaan ruang yang keberadaannya sangat terbatas dan tidak bertambah.
Permasalahan tata ruang di Denpasar mencakup perumahan penduduk yang semakin mengkikis lahan terbuka hijau yang harusnya berada di angka 30%. Besarnya angka penduduk membuat lahan semakin menipis, harga lahan akan semakin naik, pembangunan kota Denpasar bisa tidak berorientasi ke arah horizontal lagi namun vertikal untuk menghemat lahan yang tersisa. Hal ini dapat membuat kota Denpasar semakin sesak untuk bernapas. Kepadatan penduduk juga membawa permasalahan lainnya seperti penumpukan sampah di TPA, salah satunya TPA Biaung. Sampai saat ini, menurut saya belum ada solusi terbaik yang dilakukan pemerintah terhadap pengelolaan sampah di TPA. Berbagai ide sudah dilakukan seperti TPS3R, membeli mesin, sampai berencana membangun titik pengelolaan lain di TPA, tapi hal ini sama sekali tidak membantu, seharusnya pemerintah memberhentikan masalah dari sumber, bukan dengan solusi yang akan menimbulkan masalah baru.
Permasalahan yang akhir-akhir ini Denpasar rasakan yaitu kemacetan. Kemacetan terjadi akibat jumlah penduduk yang membludak dengan masing-masing penduduknya memiliki kendaraan pribadi dan tidak memanfaatkan transportasi umum yang ada. Seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan program transportasi umum seperti Teman Bus atau Bus Sarbagita yang bisa digunakan terutama untuk anak sekolahan atau pekerja kantoran dengan memperhatikan dan memperbanyak rute bus serta meningkatkan fasilitas halte bus. Pemerintah juga harusnya memberikan sosialisasi mengenai manfaat dan tujuan menggunakan transportasi umum kepada masyarakat awam sehingga masyarakat tahu mengapa sebaiknya menggunakan transpotasi umum dari pada kendaraan pribadi.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepadatan penduduk bisa memberikan efek buruk di berbagai bidang kehidupan seperti tata ruang di Denpasar, permasalahan sampah dan polusi, serta kemacetan dimana-mana. Dengan ini pemerintah diharapkan bisa memikirkan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dijabarkan tadi, jangan sampai permasalahan ini sudah terlanjur besar atau malah viral di media sosial baru ditangani oleh pemerintah. Saya harapkan juga pemerintah selalu terbuka akan pendapat dan pandangan dari masyarakat sehingga bisa dicarikan solusi bersama-sama.
DG Kumarsana lahir di Denpasar. Menulis puisi sejak remaja dan dimuat di berbagai media massa dan terangkum dalam buku bersama. Selain puisi, dia juga menulis cerpen, novel, dan esai, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Dia pernah aktif di Sanggar Minum Kopi. Bukunya yang telah terbit: Komedi Birokrat (2010), Senggeger (2010), Kabinet Ngejengit (2012), Mata Dadu (2014). Kini mukim di desa Telagawaru, Labuapi, Lombok Barat. +
LATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI
Perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda terjadi hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia. Tekanan dan penindasan yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh pihak Belanda telah memunculkan berbagai pemberontakan di beberapa wilayah kerajaan maupun kesultanan yang berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia. Namun dengan mudah pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh pihak Belanda dengan siasat devide et impera yaitu dengan memecah belah kekuatan kerajaan atau kesultanan dengan taktik mengadu domba diantara keluarga raja dengan raja, raja dengan rakyat, dan rakyat dengan rakyat.
Namun pengalaman perang yang cukup panjang serta semakin banyaknya pemuda Indonesia yang dapat mencapai pendidikan tinggi telah membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan dari berbagai lapisan masyarakat dan suku bangsa yang ada di Indonesia dalam mengusir penjajah. Persatuan dan kesatuan tersebut telah dirintis oleh para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, yang akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan dalam pernyataan Sumpah Pemuda. Pernyataan itu diikuti oleh organisasi pemuda dari berbagai pulau dan suku di Indonesia antara lain Jong Java, Jong Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Madura, Jong Sumatranen, Jong Batak, telah melahirkan gagasan pembentukan Jong Indonesia yang mewadahi semua suku di Indonesia.
Gema Sumpah Pemuda tersebut telah membangkitkan pula berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia. Salah satu organisasi terkenal antara lain adalah Sarekat Islam, yang semula sebagai gerakan agama semata, kemudian berkembang menjadi gerakan rakyat pertama di Indonesia, selanjutnya muncul juga partai Indische Partij yang bererak di bidang politik. Pada saat itu di pulau Jawa bermunculan tokoh-tokoh nasionalis seperti dr, Soetomo, HOS Cokroaminoto, Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Agus Salim, Soekarno, Muhammad Hatta, dan sebagainya. Kepeloporan mereka akhirnya juga memberikan inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk berbuat yang sama yakni menggalang persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajahan Belanda, salah satunya adalah perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Bali.
Pulau Bali merupakan salah satu basis perjuangan melawan Belanda, antara lain yang terkenal adalah Perang Jagaraga tahun 1848-1849 di Buleleng, Perang Kusamba tahun 1849, Perlawanan Rakyat Banjar tahun 1868, Perang Puputan Badung tahun 1906 yang dilancarkan oleh Raja Badung, Puputan Klungkung tahun 1908 dan juga Perang Puputan Margarana di Desa Marga, Tabanan yang dilakukan oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai beserta Laskar Ciung Wanara yang telah melakukan perang habis-habisan (Puputan) melawan Belanda pada tahun 1946.
Perjuangan tersebut meninggalkan kenangan yang mendalam bagi rakyat Bali, sehingga untuk mengenang jasa-jasanya didirikanlah monumen, nama jalan, nama lapangan terbang, dan sebagainya. Pemberian penghargaan atas jasa Beliau tersebut semata-mata karena Beliau telah memberikan tauladan kepada generasi muda dalam perjuangan membela kemerdekaan yang dilakukan tanpa pamrih. Perhatian pemerintah terhadap jasa para pejuang di Bali diwujudkan dengan dibangunnya sebuah monumen agung yang berlokasi di area Niti Mandala, Denpasar dikenal dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat Bali.
Apa yang disajikan di dalam monumen ini, adalah untuk mengenang kembali seluruh perjuangan para pahlawan Bali sebelum maupun setelah kemerdekaan, diharapkan pula bahwa monumen ini juga akan memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan apresiasi generasi muda dalam menghayati nilai-nilai patriotik yang ditunjukkan oleh para pahlawan yang telah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya dalam membela harga diri dan martabat bangsanya tanpa pernah mengharapkan balas jasa.
Yang membanggakan dari pembuatan desain Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini adalah seorang generasi muda bernama Ida Bagus Gede Yadnya yang pada waktu itu statusnya masih mahasiswa pada jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Denpasar. Beliau berhasil memenangkan dan menjadi juara dalam sayembara pembuatan desain Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang dilakukan pada tahun 1981 dengan menyisihkan para arsitek seniornya yang ada di Bali.
Setelah diadakan penyempurnaan rancangan dan gambar, pada bulan Agustus 1988 melalui anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Bali dilakukan peletakan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan monumen. Setelah melalui berbagai hambatan dan cobaan karena terjadi depresiasi uang Rupiah di tahun 1997, akhirnya monumen ini dapat diselesaikan juga pada tahun 2001. Setelah itu, pembanguan masih dilanjutkan dengan pembuatan diorama yang menggambarkan sejarah kehidupan orang Bali dari masa ke masa. Selain diorama juga dibangun pertamanan untuk menambah keasrian dan kenyamanan monumen ini, yang secara keseluruhan dapat diselesaikan pada tahun 2003.
Pada tanggal 14 Juni 2003, bersamaan dengan Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke- 25 tahun 2003, Presiden RI Megawati Soekarnoputri telah berkenan meresmikan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Sejak saat itu monumen telah dapat dikunjungi oleh masyarakat umum.
.
MAKSUD DAN TUJUAN DIBANGUNNYA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI
Maksud pembuatan diorama yang mengisahkan tentang perjuangan rakyat Bali adalah untuk merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa sejarah penting yang pernah terjadi di Bali, sehingga apa yang tersirat didalamnya akan lebih mudah diapresiasikan oleh generasi muda.
Tujuannya adalah untuk mengabadikan jiwa perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa dan mewariskan semangat patriotisme dalam wujud rela berkorban, cinta tanah air, cinta persatuan dan kesatuan, cinta perdamaian, kebersamaan kepada generasi penerus bangsa, dan yang utama adalah tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
.
DASAR FALSAFAH MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI
Monumen ini merupakan perwujudan dari Lingga dan Yoni. Lingga adalah Lambang Purusa (pria), sedangkan Yoni adalah Lambang Pradana (wanita). Pertemuan antara kedua unsur tersebut merupakan simbol kesuburan dan kesejahteraan. Selain falsafah Lingga-Yoni. Monumen ini juga dilandasi oleh falsafah kisah Pemutaran Mandara Giri (Gunung Mandara) di Ksirarnawa (Lautan Susu). Kisah ini bersumber dari Kitab Adi Parwa yaitu parwa pertama dari epos Mahabharata. Diceritakan bahwa para Dewa dan Daitya/Raksasa mencari Tirta Amertha (air kehidupan abadi) dengan jalan memutar Gunung Mandara di Ksirarnawa.
Adapun pelaksanaan pemutaran Gunung Mandara (Mandara Giri) diatur sebagai berikut.
1. Kura- Kura (Akupa) sebagai Dasar Gunung Mandara.
2. Naga Besuki sebagai Tali Pengikat dan Pemutar Gunung.
3. Para Dewa memegang ekor naga dan para daitya memegang bagian kepala, sedangkan pada bagian atas dari gunung duduk Dewa Ciwa.
Setelah bekerja dengan susah payah memutar gunung mandara maka berturut-turut keluar: Ardha Candra (bulan sabit), Dewi Sri dan Laksmi, Kuda Ucaisrawah (kuda terbang), Kastuba Mani (pohon kebahagiaan), dan yang terakhir keluar Dewi Dhanwantari yang membawa Tirta Amertha. Kisah mencari air Amertha inilah yang kemudian direfleksikan pada wujud monumen ini, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Guci Amertha disimbolkan dengan Swamba (periuk) yang terletak pada ujung atas monumen.
2. Ekor Naga Basuki diwujudkan di dekat periuk.
3. Kepala Naga diwujudkan pada Kori Agung.
4. Bedawang Nala (Akupa) sebagai landasan monumen terletak pada pinggiran telaga dan kepalanya pada Kori Agung.
5. Ksirarnawa (lautan susu) sebagai kolam yang mengelilingi monumen.
6. Gunung Mandara (Mandara Giri) sebagai Bentuk keseluruhan bangunan monumen.
Secara filosofis, para penggagas monumen ini berkeinginan memberi pesan kepada generasi muda bahwa perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan hanya dapat dilakukan dengan kerja keras, tekun, ulet, dan gotong royong seperti yang dikisahkan ketika para Dewa dan Daitya secara bersama-sama mencari kehidupan abadi.
Lambang lain yang menggambarkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang terdapat dalam bangunan ini adalah denah bangunan yang berbentuk segi 8 dan bunga teratai yang berdaun delapan. Teratai berdaun delapan disebut Asta Dala sebagai lambang kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Asta Aiswarya, yaitu:
1. Anima : sifat yang halus bagaikan kehalusan atom.
2. Lagima : sifat yang ringan bagaikan ether.
3. Mahima : sifat yang maha besar mengisi semua tempat.
4. Prapti : sifat mencapai segala tempat yang dikehendaki
5. Prakamya : segala kehendak tercapai olehNya.
6. Isitawa : sifat merajai segala-galanya dan paling utama.
7. Wasitwa : sifat yang paling berkuasa.
8. Yatrakama Wasayitwa : tidak dapat ditentang sifat dan kodratNya.
Lambang yang menggambarkan nilai kejuangan dan jiwa nasionalisme dari monumen ini adalah jumlah anak tangga Kori Agung (pintu utama) berjumlah 17 buah, Tiang Agung yang terdapat dalam gedung berjumlah 8 buah, dan tinggi monumen dari dasar sampai puncak 45 meter. Sehingga apabila angka-angka tersebut dirangkai, maka tersusun angka 17, 8 dan 45 yang menunjukkan tanggal, bulan dan tahun Proklamasi Kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945.