Property:Response text id
From BASAbaliWiki
M
Om Swastiastu
Kita jadi orang Bali seharusnya menjaga kebersihan bumi Bali supaya bumi Bali tetap rahayu.Jika kita nangkil ke pura, sesudah selesai sembahyang kita seharusnya memungut sampah sampah itu supaya puranya tetap bersih.Kita seharusnya mempunyai kesadaran mengenai kebersihan bumi Bali, jangan cuek, itu adalah kewajiban kita jadi orang Bali.Jika bukan kita yang peduli, maka siapa lagi yang peduli? Sampah sampah canang dan plastik itu harus kita olah di tempat sampah supaya tidak tercampur di antara sampah organik dan sampah non organik. Karena sampah sampah yang berserakan di pura itu membuat pura kita menjadi tidak bersih dan tidak bagus dilihat.Kita jadi orang Bali harus memerhatikan sampah itu supaya lingkungan kita tetap bersih +
"Mengurangi sampah dalam kegiatan keagamaan Hindu dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Gunakan Bahan Ramah Lingkungan: Pilih bahan yang ramah lingkungan, bukan menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan seperti staples logam.
2. Daur Ulang dan Kompos: membuat tebe modern untuk mengolah sampah organik yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos.
3. Mengurangi Sampah: Pertimbangkan untuk menggunakan bahan yang tepat dan menghindari sampah dalam upacara.
4. Awareness : Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dan lingkungan dalam upacara keagamaan.
5. Alternatif Produk Sekali Pakai: Hindari penggunaan produk sekali pakai seperti wadah plastik dan sendok plastik. Pilih alternatif yang lebih ramah lingkungan.
6. Menyumbangkan Sisa Makanan: Jika Anda memiliki sisa makanan dari upacara, pertimbangkan untuk menyumbangkannya kepada mereka yang membutuhkan.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, praktik keagamaan dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak sampah.
" +
Masyarakat Hindu Bali adalah manusia yang berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan kewajiban selalu memelihara alam. Keberadaan alam agar senantiasa damai dan harmonis dipelihara dengan konsep Tri Hita Karana. Masyarakat Hindu Bali menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, hubungan harmonis dengan sesama manusia dan hubungan harmonis alam lingkungan.
Sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan, diharapkan Masyarakat Hindu Bali menjaga kesucian Pura. Menguatkan rasa persaudaraan, saling menghargai dengan semangat gotong royong membersihkan areal Pura. Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Tidak menggunakan tas kresek saat membawa sarana upakara ke Pura. Mengolah sampah organik seperti daun, kayu, bunga, buah-buahan dan segalanya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan menjadi pupuk organik dan eco enzim.
Sangat mulia sekali jika pikiran dan tindakan memilihara alam didasari Tri Hita Karana. Semua Masyarakat Hindu Bali sadar akan kemuliaan memelihara bhuana agung dan bhuana Alit. Sehingga tujuan utama dapat dicapai yaitu moksartam jagadhita ya ca iti dharma. +
Teba modern merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah organik yang dihasilkan dari kegiatan keagamaan. Teba modern adalah sistem pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar pura untuk membuat kompos. Sistem ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi timbunan sampah sisa kegiatan keagamaan, seperti sampah daun, bunga, dan sisa makanan. Dengan menggunakan teba modern, sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang bermanfaat bagi tanaman. Hal ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang dibuang, tetapi juga menghasilkan pupuk organik yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah. Selain itu, teba modern juga dapat menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah pencemaran akibat penumpukan sampah.
Penerapan teba modern sebagai upaya mengurangi sampah sisa kegiatan keagamaan dapat menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan melibatkan masyarakat, teba modern dapat menjadi praktik yang ramah lingkungan dan bermanfaat +
Berbicara tentang masalah sampah, saat ini banyak sekali sampah yang berserakan saat melakukan upacara keagamaan baik di Pura ataupun di rumah, terutama sampah plastik. Jadi apa solusi yang bisa diambil agar lingkungan rumah atau tempat ibadah tetap bersih atau bersih? Saya pikir kita bisa melakukannya dengan cara ini:
1. Lakukan 3R
a. Reduce (Mengurangi):
- Mengurangi atau meminimalisir penggunaan plastik, sebagai gantinya ketika kita membuat makanan, makanan yang kita masukkan ke dalam makanan tersebut dapat digunakan sebagai makanan yang dibungkus dengan don atau bahan organik lainnya. - Saat meminta tirta di Pura, sebaiknya kita membawa wadah tirta/genah tirta (toples kecil) dari dalam rumah, agar tidak menggunakan plastik lagi. b. Reuse (menggunakan kembali) - Menggunakan kembali/menggunakan kembali. Sebaliknya, kita bisa membawa botol minuman (Tumbler) agar tidak membeli lagi, jika membeli pasti akan menghasilkan sampah plastik. - Kita bisa menggunakan tas ramah lingkungan sebagai pengganti plastik karena tas itu bisa digunakan berulang kali. c. Recycle (Mendaur Ulang) - Mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna. Sebagai gantinya ketika ada pekerjaan rumah atau di dalam rumah, ketika ada buah-buahan yang mengandung benih, kulit buah tersebut dapat dikumpulkan dan dibuat eco enzyme yang memiliki banyak manfaat seperti: untuk penyubur tanah, tanaman, digunakan sebagai pembersih alami, pupuk organik dan lain sebagainya. 2. Menciptakan teba modern di Pura atau di rumah. Ini digunakan untuk menyimpan sampah organik, seperti canang, buah-buahan, bunga, daun, dan sampah organik lainnya, sampah organik tersebut akan terakumulasi di dalam tabung ini. Selain itu, teba ini dapat digunakan sebagai tempat beristirahat/duduk. 3. Memberikan penyuluhan & pendidikan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan apa yang telah dijelaskan di atas. 4. Membangun komunitas pengelolaan sampah. +
Tanggapan saya terhadap pertanyaan ini, kita harus mempunyai tanggung jawab kepada lingkungan sekitar dan tidak membuang sampah sembarangan +
N
Negligence in giving alms or “Beryadnya” is caused by taking it for granted and not making the effort. +
“Ulah elah, alih aluh” sama seperti praktis, ekonomis dan cepat. Di era saat ini diibaratkan seperti lautan tak bertepi, perkembangan globalisasi tak terbatas. Istilah tersebut digunakan sebagai dasar oleh masyarakat Bali dengan melaksanakan budaya Bali yang bernafaskan Hindu dengan konsep dasar Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana ini terlihat sekali disetiap aktivitas masyarakat Bali ketika melaksanakan yadnya. Yadnya yang dilaksanakan sudah pasti menggunakan sarana atau media yang dikenal dengan istilah upakara. Banyak hal yang didasari oleh ucapan ulah, elah, alih, aluh, tersebut ketika melaksanakan upacara dan membuat upakara atau banten, menyebabkan banyak yang tidak peduli seperti apa kehidupan yang akan mendatang jika terus menerus menggunakan sarana-sarana yang tidak ramah lingkungan. Memang saat ini semua terasa mudah namun akibatnya akan diwariskan kepada keturunan-keturunan kita dimasa mendatang.
Maka dari itu, mari bersama-sama kita peduli agar seluruh masyarakat Bali kembali belajar menggunakan segala sesuatu yang ramah lingkungan dalam melaksanakan yadnya. Astungkara jalan tersebut dapat mengatasi masalah mengurangi sampah atau limbah disetiap upacara yadnya yang diselenggarakan. +
Ring aab jagat sane serba modern puniki, semua aspek kehidupan mengalami perubahan. Termasuk juga dalam melakukan aktivitas keagamaan, dalam komponen haturan sesajen sudah banyak menggunakan makanan makanan modern yang dikemas rapi dengan plastik. +
Tokoh A: Sebentar lagi tahun 2025, masih saja ada yang buang sampah sembarangan, bahkan di area Pura
Tokoh B: Kenapa, sih? Marah-marah terus. Nanti ibadahmu ngga diterima sama Tuhan, loh.
Tokoh A: Bagaimana bisa pikiran bersih dan tenang kalau kotor begini? Sampah berserakan di mana-mana
Tokoh B: Sudah, jangan marah-marah. Emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Yuk kita pungut dulu sampah-sampah ini sambil diskusi tentang solusi-solusi yang bisa kita tawarkan kepada masyarakat
Tokoh A: Berarti kita mungutin sampah dulu, nih?
Tokoh B: Iya, aku selalu bawa kantong kok. Untuk jaga-jaga kalau menghadapi hal seperti ini. Ayo, pungut saja biar bersih.
Tokoh A: Wah, kok jadi mungutin sampah orang begini, ya.
Tokoh B: Salah satu solusi permasalahan ini adalah dengan meningkatkan kualitas SDM secara bertahap. Kalau tidak, pasti akan begini terus. Kita susah payah memungut sampah, tapi akan ada lagi orang yang membuang sampah sembarangan. Peningkatan kualitas SDM bisa dengan mengadakan workshop mengenai sampah anorganik yang bisa diolah menjadi kerajinan tangan. Sementara sampah organic bisa diolah menjadi kompos atau eco enzym. Setiap KK harus mengirim perwakilan untuk mengikuti workshop.
Tokoh A: Kalau nanti SDM berkualitas sudah terbentuk, perlu ada tindakan lanjutan. Sarana dan prasarana harus mampu mengakomodasi ide baik dari SDM berkualitas itu. Misalnya, sampah dapat dibagi dua, sampah organic dan anorganik. Di setiap pura harus kita sediakan tempat sampah sesuai dengan perbedaan jenisnya sehingga memudahkan kita dalam memilah sampah. Selain itu, masyarakat wajib membuat teba modern (bio pori) di rumah maupun tempat ibadah.
Tokoh B: Aku Setuju! Yang tidak kalah penting, Pemerintah Desa harus menghubungkan masyarakat dengan pengepul sampah plastic agar sampah-sampah itu tidak hanya menjadi residu, masyarakat juga mendapatkan penghasilan tambahan lewat pemilahan sampah.
Tokoh A: Benar sekali. Aku sepakat. Ternyata dengan mengendalikan emosi dan amarah, lewat diskusi seperti ini kita dapat menghasilkan ide serta solusi. Apa yang harus dilakukan, di mana harus membuang sampah. Kalau hanya masyarakat yang bicara, aku rasa ide ini tidak akan didengar oleh pemerintah. Lebih baik kita berkolaborasi langsung dengan pemerintah terdekat (Pemerintah Desa) biar nanti Kepala Desa yang melanjutkan aspirasi kita kepada pemerintah di tingkat yang lebih tinggi. Ayo kita hubungi Kepala Desa sekarang.
*SAMPAH YADNYA PADA UPACARA KEAGAMAAN DI BALI*
OM Swastiastu, nama saya I Kadek Kevin Jaya Wiarsa , dari kelas Xl Kuliner B3 SMK Negeri 3 Denpasar. Kalian tahu tidak apakah yang akan kita bahas pada kali ini??? ,, kita akan membahasa Sampah Yadnya Pada Upacara Keagamaan di Bali ,, sampah yadnya hampir 80% bersumber dari bahan organik dan sisanya bersumber dari sampah anorganik seperti kertas dan plastik,,kalian pernah berfikir tidak sampah yadnya pada upacara Keagamaan itu akan di bawa kemana pada akhirnya? apakah akan di buang begitu saja atau akan kalian manfaatkan?jadi ini pendapat saya mengenai sampah tersebut yaitu yang pertama membuat nya menjadi pupuk organik dengan cara membuat kubangan pada tanah dan memasukan sampah sampah yadnya tersebut dengan catatan tidak memasukan sampah anorganik , setelah itu kalian kubur sampah yadnya organik tersebut lama kelamaan sampah itu akan berubah menjadi pupuk organik yang membuat lahan tanah di area itu menjadi subur ,jika kalian ingin bercocok tanam di area tersebut kemungkinan akan subur karena dampak positif dari sampah yadnya yang berubah menjadi pupuk organik dan kalian dapat juga mengolah sampah yadnya menjadi pakan ternak seperti babi,sapi dan hewan ternak lainnya ,, lalu pendapat saya yang kedua yaitu dengan mengolah sampah sampah bunga menjadi dupa aromaterapi dengan mengeringkan bunga dan menambah pewangi alami lalu di cetak jadilah dupa aromaterapi yang kalian dapat pakai sendiri atau kalian menjadi itu sebagai sumber penghasilan.
Jadi kesimpulan adalah sampah yadnya merupakan permasalah sampah di Bali yang sangat memprihatinkan. Dengan demikian sampah yadnya pada upacara Keagamaan di Bali dapat kita manfaatkan menjadi pupuk organik,pakan ternak dan dupa aromaterapi,bahkan bisa menjadi sumber penghasilan. Sekian pendapat saya mengenai sampah yadnya pada upacara Keagamaan di Bali, terima kasih ,Om Shanti Shanti Shanti Om
+
O
Agama Bali mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam dan menghormati semua ciptaan Tuhan. Sampah merupakan bentuk ketidakharmonisan dengan alam dan dapat mencemari lingkungan. Berikut adalah cara mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan di Bali:
1. Upacara:
Sesaji Ramah Lingkungan: Gunakan bahan alami seperti daun pisang, bambu, bunga, dan buah-buahan untuk sesaji. Hindari penggunaan plastik, styrofoam, dan bahan sintetis lainnya.
Pakai Wadah Tradisional: Gunakan wadah tradisional seperti besek, anyaman bambu, atau daun pisang untuk menyimpan sesaji.
Mengelola Sampah: Pisahkan sampah organik dan anorganik setelah upacara. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang.
Mengatur Sampah Sesaji: Gunakan tempat sampah khusus untuk sampah sesaji dan buang di tempat yang tepat, bukan di sungai atau laut.
2. Perayaan Keagamaan:
Dekorasi Ramah Lingkungan: Gunakan bahan alami seperti bambu, daun pisang, dan bunga untuk dekorasi. Hindari penggunaan plastik, styrofoam, dan bahan sintetis lainnya.
Pakai Wadah Ramah Lingkungan: Gunakan wadah tradisional seperti besek, anyaman bambu, atau daun pisang untuk makanan dan minuman.
Pakai Alat Makan Ramah Lingkungan: Gunakan alat makan dari bahan alami seperti bambu atau daun pisang.
Mengelola Sampah: Pastikan tersedia tempat sampah untuk memisahkan sampah organik dan anorganik.
3. Kegiatan Keagamaan Lainnya:
Pakai Bahan Ramah Lingkungan: Gunakan bahan alami seperti kayu, bambu, dan daun pisang untuk membuat alat-alat keagamaan.
Pakai Energi Terbarukan: Gunakan energi terbarukan seperti tenaga surya untuk penerangan di tempat ibadah.
Kampanye Peduli Lingkungan: Adakan kampanye peduli lingkungan dalam kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
4. Peran Pemangku dan Pandita:
Jadilah Teladan: Pemangku dan pandita dapat menjadi teladan dalam menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
Mengajarkan Ajaran Ramah Lingkungan: Mengajarkan ajaran agama yang menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Mengelola Paké Bahan Ramah Lingkungan: Mengelola kegiatan keagamaan dengan menggunakan bahan ramah lingkungan.
5. Peran Masyarakat:
Aktif: Masyarakat dapat aktif dalam mengelola sampah dengan memilah sampah, mendaur ulang, dan menggunakan bahan ramah lingkungan.
Jadilah Duta Lingkungan: Masyarakat dapat menjadi duta lingkungan dan menyebarkan pesan peduli lingkungan kepada masyarakat lainnya.
Dengan menerapkan cara-cara ini, kita dapat mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan di Bali dan menjaga kelestarian alam.
Catatan:
Ajakan untuk mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan harus disampaikan dengan bijaksana dan penuh hormat.
Penting untuk memahami bahwa setiap tradisi memiliki nilai dan makna yang berbeda.
Upayakan untuk menemukan solusi yang seimbang antara menjaga tradisi dan menjaga kelestarian alam.
Kembali pada warisan para leluhur, dari dulu sudah diwariskan disaat membuat alat upacara tidak ada yang menggunakan bahan selain yang diambil dari alam, yang pasti disaat selesai semua kembali baik terurai. Jika untuk tempat sudah dari dulu juga ada tempat berupa anyaman seperti sok, wanci, keranjang, keben dan lain sebagainya yang tidak berasal dari bahan plastik, yang pasti tidak mematikan alam atau lingkungan kita, mari ber-upacara dan membuat alat upacara jangan menggunakan plastik yang memunculkan hal buruk di lingkungan kita dan sampah tersebut tidak bisa busuk atau terurai selain bahan bahan dari alam yang alami +
Upaya kita untuk mengurangi sampah di pura saat ada upacara keagamaan:
1. Menerapkan aturan tidak boleh membawa plastik ke area pura agar meminimalisir sampah plastik yang menumpuk dan berserakan karena jika semua orang menggunakan atau membawa plastik ke pura otomatis plastik tersebut hanya akan digunakan sekali dan berakhir menjadi sampah.
2. Menggunakan bokor untuk wadah bunga atau canang karena tidak akan menimbulkan sampah dan dapat digunakan berulang-ulang kali.
3. Menggunakan tas kain sebagai pengganti plastik untuk membawa banten, canang, atau pun peralatan mebakti hal tersebut akan mengurangi sampah plastik yang ada dipura.
4. Menggunakan sebuah cup yang berisikan tutup untuk wadah tirta dari pura untuk mengurangi penggunaan plastik kiloan yang biasanya digunakan untuk wadah tirta.
5. Untuk sampah organik seperti bekas bekas canang bisa kita jadikan kompos yang nantinya akan berguna sebagai pupuk untuk tanaman yang ada di areal pura.
6. Pedagang yang ada disekitaran pura juga harus bisa menyesuaikan agar tidak menggunakan plastik untuk membungkus makan atau minuman dan menjaga areanya agar selalu bersih.
Tentunya hal tersebut dapat tercapai asal ada kemauan dari kira sendiri untuk selalu menjaga kebersihan suatu area serta selalu mengingatkan satu sama lainagar dapat mengurangi sampah plastik dan menjaga lingkungan. +
aktivitas keagamaan sering kali melibatkan penggunaan barang barang seperti pernak pernik, kertas, plastik yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber sampah. selain itu, kesadaran masyarakat juga masih sangat rendah dalam permasalahan sampah di lingkungan dan penyebab adanya dan terjadinya pencemaran sampah juga dari manusia atau masyarakat itu sendiri.
dan dengan adanya masalah pencemaran sampah pasti ada cara cara dalam menanggulangi permasalahan pencemaran tersebut, yaitu
pertama, menggunakan tas kain sebagai pengganti tas plastik untuk kegiatan sehari hari maupun dalam kegiatan keagamaan seperti untuk membawa banten,wadah canang dan bisa digunakan sebagai wadah untuk mengumpulkan sampah agar menjadi satu lalu dibuang di tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya yang bersifat organik atau nonorganik tanpa membuang tas kainnya karena itu bisa digunakan kembali. hal ini juga dapat menghemat biaya dalam pembelian plastik dan tentunya dapat mengurangi sampah plastik pada lingkungan keagamaan dan juga pada lingkungan sosial.
kedua, yaitu penyediaan tempat sampah yang terpisah jenisnya antara organik dan non organik, agar memudahkan dalam kegiatan proses pendaur ulangan dan juga menempatkan tempat sampah yang tidak jauh dengan pemukiman masyarakat karena kalau tempat sampah tersebut jauh sudah dipastikan orang orang akan malas berjalan dan memilih untuk membuang sampah sembarangan karena berpikiran bahwa sudah ada yang bertugas untuk membersihakan sampah di pura maupun tempat lainnya.
ketiga, yaitu mengurangi penggunaan kertas dan plastik sekali pakai pada kegiatan perkonsumsian di pura karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran sampah terus menerus dan pada penggunaan barang yang berbahan kertas yang berlebihan dan kertas itu terbuat dari pohon kita secara tidak langsung membunuh alam kita sendiri dan membuat terjadinya kelangkaan.
yang terakhir yaitu memberi edukasi kepada masyarakat bahwa sangat penting menjaga kebersihan lingkungan terutama pada lingkungan keagamaan atau tempat suci, karena kalau kita sembahyang dengan keadaan lingkungan yang kotor dengan banyaknya sampah yang berserakan akan membuat kita tidak nyaman dalam kegiatan persembahyangan dan hal tersebut dapat mengganggu kesehatan kita, jadi marilah kita bersama sama menjaga kebersihan lingkungan kita dan marilah mulai meningkatkan kesadaran kita mengenai masalah pencemaran sampah pada lingkungan sosial maupun keagamaan.
terlepas pada dampak negatif sampah juga dapat berdampak positif bagi lingkungan jika di olah dengan baik. sampah dapat diubah menjadi barang kreatif yang bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi lingkungan maupun masyarakat, sampah organik yang bisa dijadikan sebagai kompos untuk membantu penyuburan tanah di lingkungan.
sekian dari saya semoga dengan ini masyarakat menjadi sadar untuk selalu membuang sampah pada tempatnya dan selalu menjaga lingkungannya. marilah kita manjadi masyarakat yang kreatif dan menjaga bumi beserta lingkungan bersama sama
Aktivitas keagamaan Hindu di Bali, seperti upacara persembahyangan, menghasilkan banyak sampah organik, seperti sisa bunga, daun, dupa, dan canang. Meski mengurangi penggunaan bahan-bahan ini masih sulit, kita bisa mengelola sampahnya dengan memisahkan sampah organik dan nonorganik serta memanfaatkan lubang biopori. Biopori adalah teknologi berupa lubang silinder vertikal dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 80-100 cm yang berfungsi sebagai resapan air sekaligus penghasil kompos dari sampah organik seperti sisa bunga dan daun (Baguna dkk., 2021, hlm. 132). Sejak 2021, Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PCKMHDI) Denpasar menjalankan program GEMPAR (Gerakan Pemasangan Biopori untuk Pura di Denpasar), yang bertujuan untuk menyediakan lubang biopori di seluruh pura di Denpasar (Satya Widya: Jurnal Studi Agama, 2024, Vol. 7, No. 1). Cara ini bisa menjadi contoh untuk seluruh pura di Bali, agar ke depannya kelestarian dan kebersihan pura tetap terjaga, sekaligus menghasilkan kompos yang bermanfaat bagi tanaman. +
Setiap ada kegiatan upacara agama sudah pasti banyak sampahnya itu sebabnya harus diperhatikan dan segera ditangani, karena pura merupakan tempat suci selain itu pura jadi ikon pariwisata di bali setiap ada upacara keagamaan delapan puluh persen sudah pasti materialnya sampah organik. Pengolahan sampah yang berasal dari sampah upacara keagamaan dilakukan dengan dua jalan,pengurangan dan penanganan, selanjutnya sampah itu diolah mulai dari memilih, pewadahan, sampah itu dikumpulkan sampai keprosesnya, karena sampah upacara keagamaan kebanyakan yang dinamakan sampah organik dan sampah yang berasal dari sisa makanan itu bisa dilakukan pengomposan, sampah organik seperti daun diolah dijadikan pupuk gunanya sebagai penyubur semua jenis tanaman .Selain itu sampah organik bisa juga diolah lagi menjadi gas atau bahan bakar, sampah yang berasal dari sisa makanan dan sisa buah diolah dengan manggot dijadikan pakan ternak.
Begitu tata cara penanganan agar sampahnya tidak sampai menumpuk
Terimakasih. +
Jika ada kegiatan keagamaan seperti persembahyangan, upacara adat, dan lain-lain pasti ada banyak sampah yang berserakan. Hal ini karena kurangnya fasilitas dan kesadaran masyarakat. Untuk menanggulangi masalah itu kita bisa menggunakan prinsip 3R dalam pengolahan sampah.
3R (reuse, reduce, recycle). Yang pertama, reduce, ini berarti kita mengurangi produk yang berpotensi menjadi sampah. Sebagai contoh, kita bisa menggunakan bokor sebagai tempat bunga yang akan digunakan untuk sembahyang dan tidak lagi menggunakan plastik untuk membungkus sokasi. Selanjutnya reuse, reuse adalah menggunakan kembali produk yang sudah terpakai. Misalnya, kita bisa menggunakan kembali botol bekas minuman menjadi wadah tirta. Tapi ingat, ya, botolnya harus dicuci bersih.
Terakhir recycle, yaitu mendaur ulang sampah menjadi barang yang berguna. Contohnya, mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan mengolah sampah bunga menjadi dupa aroma terapi.
Nah, ayo mulai terapkan cara pengolahan ini bersama-sama. Sampah kita, tanggung jawab kita. +
Pendapat saya ada banyak upaya kita dalam mengurangi sampah dalam aktivitas keagamaan yaitu : 1). Menggunakan wadah yang bisa di bawa pulang atau bisa digunakan lagi seperti bokor, ingka , sangku, tempat bunga yang terbuat dari bambu untuk mengurangi sampah persembahyangan. 2). Membawa pulang sampah yang sudah digunakan seperti bunga , sampian dan canang . 3). Tidak menggunakan plastik atau daun untuk tempat bunga , karena sudah ada Peraturan Gubernur (Pergub ) Nomor 97 tahun 2018 tentang larangan menggunakan kantong plastik , styrofoam , kresek , dan sedotan plastik . 4). Apabila saat kita membeli makanan/minuman sebaiknya kita membawa pulang sampah kita itu . 5). Menggunakan tas belanja saat kita membawa alat persembahyangan yang banyak ke pura . 6). Membawa tempat makan sendiri daripada membeli makanan yang menggunakan plastik saat kita ada kegiatan tirta yatra yang tempat nya jauh . +
sampah pada umumnya berasal dari aktivitas manusia. Untuk mengatasi sampah dari upacara keagamaan, kita bisa mengembangkan kreativitas kita. Sebelumnya, pilah sampah menjadi 2 bagian besar yaitu organik dan anorganik. Kemudian manfaatkan sampah-sampah itu menjadi sesuatu yang berguna bahkan bernilai ekonomi. Contohnya dengan ikut mengumpulkan sampah plastik bersama plastik bank Indonesia, yaitu organisasi nirlaba yang mengupayakan persoalan sampah plastik. Sejak tahun 2019-2023 lalu, sejumlah warga dari berbagai kalangan dan komunitas sudah membuktikan dengan tercatatnya 50.000.000 kg sampah plastik. Kolaborasi ini, selain mengatasi persoalan sampah plastik, juga menjadi sumber penghasilan. Kemudian untuk sampah organik yang berasal dari sisa sajen, seperti bunga, buah, janur dan daun bisa dimanfaatkan menjadi ecoenzim. Seorang pemangku menyatakan 40-50% bisa mengatasi sampah organik di salah satu pura di Denpasar, Bali. Selain itu, juga bisa dimanfaatkan menjadi kompos, dengan membuat lubang di tanah, sampah dimasukan kedalam kemudian ditutup dan diberi celah untuk air hujan/serangga masuk. Diamkan selama 3-4 minggu. +