Search by property
From BASAbaliWiki
This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.
List of results
- Kaitung + (uang diatas meja sudah dihitung oleh dia)
- Tenah + (uang ibu sudah habis untukn membeli baju di pasar)
- Beteng + (untung sekarang beteng, banyak ada buah di pasar)
- Awiawahara + (walaupun agama kita berbeda, kita tidak boleh bermusuhan. Itu tandanya ita sudah malakukan kebajikan dengan kedamaian dan ketulusan.)
- Tanpa semu + (“Bu Mantra sekarang sangat miskin karena dia tidak tahu malu” ngelantur dia berbicara)
- Tanpa semu + (“Bu Mantra sekarang sangat miskin karena dia tidak tahu malu” ngelantur dia berbicara)
- Telpun + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Betarane + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Deweknyane + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Gutguta + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Bayune + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Awake + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Gambelan + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
- Tadah Kala + (“Jangan kemana-mana jika sudah petang, nanti dimangsa bhuta kala (sejenis makhluk halus)”, begitu nenek saya memberi tahu.)
- Nguntul + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Japi + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Ateha + (“Made di mana, Bu? Jadi ke Badung?” tanya I Wayan. “Lah, sudah diantar oleh ayahnya!” begitu jawab Ibu.)
- Matunjel + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Nganikaang + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Plastike + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Pangajah-ajah + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Awanane + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Iragane + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Tunjel + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Sesai + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Keslametan + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Abara + (Sekarang Ia sudah memperoleh gaji sepuluh juta semenjak bekerja di hotel bintang lima.)
- Abara + (Sekarang Ia sudah memperoleh gaji sepuluh juta semenjak bekerja di hotel bintang lima.)
- Ka + ("Bu, sekarang saya jadi pergi ke Klungkung")
- Sawah + ("Sawah" mengangkat/mengungkap cerita seorang petani yang telah menolak tawaran uang banyak dari investor yang sudah mulai mengusik masyarakat setempat.)
- Pungkusan + ("Siapa nama panggilannya sekarang pakde? Saya tidak mendengar kabarmu ternyata sudah mempunyai seorang anak" tanya Ketut pada teman lamanya)
- Uber + ((Ha ha ha kena tembak!!!) Dulu anak-anak … (Ha ha ha kena tembak!!!)</br>Dulu anak-anak bermain perang-perangan memakai tulup, saling kejar di luar rumah hingga berkeringat bersama teman-temannya …</br></br>(Seraaaaang…lawan! Jangan dibiarkan kendor.)</br>Anak-anak zaman sekarang asyik menunduk memegang gadget, bermain sendiri tidak peduli dengan teman…bermain sendiri tidak peduli dengan teman…)
- Capung + ((Peribahasa) Artinya, orang yang tidak tekun bekerja, sebentar bekerja di sini sebentar bekerja di sana)
- Iab + ((orang) Seumur saya banyak yang sudah bersekolah.)
- Iaban + ((orang-orang) sebaya (seumur) dengan I Made sudah semuanya bersekolah.)
- Ikuh + ((pepatah) Kepalanya terlalu longgar, tetap … (pepatah) Kepalanya terlalu longgar, tetapi ekornya tidak pas.</br>Mengatakan seseorang yang berjanji untuk banyak membantu, tetapi siapa yang benar-benar bekerja sehingga dia sendiri dapat untung, yaitu seseorang yang melakukan sesuatu karena dia membutuhkan sesuatu untuk dirinya sendiri, bukan karena dia ingin membantu orang lain.ukan karena dia ingin membantu orang lain.)
- Magutuk + ((sudah) sesuai upah dengan kepayahannya.)
- Celekutan + (...., makan menyuapi bibir, yang lainnya cekukan, dia I Bagus Diarsa, sekarang kasihan melihatnya,..... dst)
- Beten + (..sudah ada banyak art shop-art shop, ada..ada petunjuk turun. Turun, Pak, di sana…di..di jalan di sana, turun…turun. Ee..kalau sudah jauh di bawah, ada…kalau ke selatan, Pak, ada menuju..a..Pura…e..Bukit Gundul.)
- Endang + (1. Baru hujan deras sekarang sudah reda. 2. Sekarang hujan sudah reda, mari kita pulang. 3. Beli, kalau hujan sudah reda, baru saya akan berangkat.)
- Endah + (1. Ayamnya sudah berkembang biak. 2. Cepat sekali berkembang biak pohon daun ginjalnya)
- Enyit + (1. Nyalakan pelita itu! 2. Jero Mangku sudah datang, nyalakan sudah dupa itu!)
- Entik + (1. Sudah tumbuh pohon kambojanya? 2. Jagung saya sudah tumbuh. 3. Tanaman kacangnya tidak mau tumbuh karena kurang siraman (air).)
- Empal + (1. pelepah kelapanya terkylai. 2. Sampai terkulai rasanya tangannya karena capek bekerja.)
- Mayuda + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal … 114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
- Ngetohang + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal … 114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
- Lintang + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal … 114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
- Seket + (Aa…sekitar lima puluh meter dari sini, Pak, Pak, melihat pertigaan utara barat.)
- Nepukin + (Aa…sekitar lima puluh meter dari sini, Pak, Pak, melihat pertigaan utara barat.)
- Kamargiang + (Acara itu sudah dilaksanakan.)
- Dayu + (Ada Dayu di Gria (rumah kaum Brahmana)? Dayu Putu sudah sembuh. I Wayan menikah dengan Dayu dari Gria Tegeh.)
- Geles + (Ada bambu kecil tumbuh di tempat ia bekerja)