Property:Response text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
A
Sampah merupakan masalah sosial yang masih harus dicarikan solusi terbaik terkait penanganan maupun pengolahannya. Karena, tiap harinya hampir setiap aktivitas manusia menghasilkan sampah, baik organik maupun non organik. Masalah sampah ini baik organik maupun non organik, menjadi polemik dalam lingkup sosial masyarakat tidak terkecuali pada masyarakat Bali. Karena Bali sendiri merupakan sebuah wilayah yang padat aktivitas budaya dan keagamaan yang sudah tentu berpotensi menghasilkan sampah. Permasalahan ini tentunya perlu segera diselesaikan dengan beberapa cara seperti di bawah ini: 1. Penggunaan bahan ramah lingkungan yang tidak sekali pakai. 2. Membuat regulasi terhadap sampah hasil aktivitas keagamaan 3. Kampanye kesadaran lingkungan hidup. 4. Pengelolaan sampah terpadu Dari empat cara yang disebutkan diatas bisa dijabarkan sebagai berikut yaitu: Penggunaan bahan ramah lingkungan yang tidak sekali pakai dalam upacara keagamaan seperti, saat ke pura menggunakan bokor kecil untuk tempat canang dan tidak menggunakam plastik. Kedua, membuat regulasi terhadap sampah hasil aktivitas keagamaan yang dimaksud disini adalah suatu peraturan yang dibuat untuk mencegah sampah semakin menumpuk salah satunya, dengan menyediakan tempat sampah organik dan non organik di kawasan pura dan saat sebelum sembahyang pengempon pura atau pemangku bisa memberikan himbauan kepada pemedek untuk membuang sampah sisa sarana persembahyangan sesuai jenisnya. Ketiga, melakukan kampanye kesadaran lingkungan hidup dimana, dalam hal ini bisa melibatkan komunitas pecinta lingkungan yang nantinya bisa melakukan kegiatan semacam kampanye atau sosialisasi terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Terakhir, yaitu pengelolaan sampah terpadu artinya, proses pengelolaan sampah yang dilakukan secara berkesinambungan meliputi pewadahan, pengumpulan, pemilihan, penggunaan ulang, pemanfaatan kembali, pendaur ulang, pengelolaan, dan pemrosesan akhir. Selain hal yang dijabarkan diatas, hal yang perlu diperhatikan tentunya kesadaran dari dalam diri sendiri tentang pentingnya menjaga kebersihan areal pura. Contoh kecil yang bisa kita terapkan yaitu saat selesai sembahyang, bekas sarana persembahyangan bisa langsung dipungut dan dibuang ke tempat sampah. Hal ini secara tidak langsung juga akan memberikan contoh kepada orang lain agar melakukan hal serupa saat selesai sembahyang.  
Di Bali, penggunaan banner atau spanduk sekali pakai dalam upacara agama sudah menjadi kebiasaan yang umum. Banner ini sering digunakan untuk memberikan informasi terkait acara keagamaan, seperti nama upacara, tanggal, dan lokasi. Meski fungsinya memudahkan masyarakat, penggunaannya memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Banner dicetak dengan bahan dasar plastik atau vinil yang sulit terurai. Setelah upacara selesai, banner seringkali dibuang dan berakhir sebagai sampah yang mencemari lingkungan. Oleh karenanya, diperlukan kesadaran untuk mengurangi penggunaan banner sekali pakai dengan beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan atau dengan mendaur ulang banner yang telah digunakan. Banner berbahan kain juga dapat digunakan karena bisa digunakan berkali-kali untuk acara serupa. Masyarakat juga dapat beralih ke media digital sebagai pengganti banner cetak untuk penyebaran informasi. Penggunaan media sosial dan grup chat membantu mengurangi ketergantungan terhadap banner sekali pakai. Dengan alternatif tersebut, upacara keagamaan di Bali bisa tetap berlangsung dengan sakral tanpa meninggalkan dampak buruk bagi lingkungan.  +
Pendapat saya dalam mengoptimalkan sampah pada saat upacara agama berlangsung. Dimana, kita dapat menghimbau pengunjung yang hadir pada upacara keagamaan untuk membawa tas canang atau banten dan jika tidak mempunyai tas canang bisa menggunakan keben. Apabila masih ada yang menggunakan kresek bisa dihimbau untuk membuang tas kresek tersebut kedalam tempat sampah atau dibawa dulu untuk membungkus canang atau bunga yang sudah selesai di pakai pada saat bersembahyang. Dengan cara ini mungkin kita dapat mengoptimalkan sampah, Apabila ada kesalahan saya dalam mengemukakan pendapat saya mohon maaf dan terimakasih.  +
Pulau Bali sering disebut sebagai "Pulau Seribu Pura" karena banyaknya jumlah pura yang ada. Saat melakukan upacara yadnya ada Beberapa sarana yang dibutuhkan seperti canang, bunga, dupa. Lantas setelah masyarakat selesai sembahyang pasti menghasilkan limbah berupa sampah organik dan anorganik. Hal tersebut menjadi masalah besar untuk Agama Hindu khususnya di Bali. Sudah ada solusi yang diterapkan untuk mengurangi sampah tersebut seperti menyiapkan tempah sampah menurut jenisnya (organik, anorganik, B3). Tetapi solusi tersebut belum mampu mengurangi sampah. Salah satu sampah yang banyak yaitu bunga. Bunga-bunga sisa upacara adat tersebut diambil dan digunakan untuk mendapatkan bubuk bunga kering. Lantas dicampur bubuk lem, minyak, dan wewangian alami. Dengan Mengatasi sampah bunga ini kita secara langsung dapat mengatasi sampah organik dan Dupa tersebut bisa digunakan untuk kesehatan. Hal tersebut menjadi solusi yang baik untuk mengatasi sampah upacara adat. Dupa yang didaur ulang disebut "Dupa Aromatherapi”  +
Jika kita berbicara tentang sampah, perlu adanya kesadaran antara pengelola dan pemedek. Pemedek harus memiliki kesadaran tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya, untuk pengelola harus mengelola sampah dengan baik. Hal yang sederhana yang dapat dilakukan adalah melarang pengunaan sampah plastik dan bisa membuat lubang biopori (kompos) di areal pura, dengan melarang penggunaan sampah plastik menjadikan pemedek menggunakan pengganti plastik yang reusable dan ramah lingkungan.  +
B
Kehidupan masyarakat Bali sangat erat pada agama, adat, tradisi dan budaya. Sudah tentu tidak akan dapat dipisahkan dari upakara atau bebantenan. Menurut artikel Kementrian Agama Upakara adalah segala persembahan suci yang dihaturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Rasanya tidak ada hari yang tidak di upacarai, dan tidak ada tempat pula yang tak di upacarai. Namun saat kita menghaturkan upakara atau banten tentu ada sisa nya yang bernama surudan atau lungsuran. Lungsuran seperti buah-buahan, daging, dan makanan bisa kita konsumsi tetapi lungsuran yang berupa jejahitan pasti akan menjadi sampah sisa. Jika sampah ini tidak diolah dengan baik maka akan menjadi masalah. Penulis sebagai seorang generasi muda mempunyai program dan siasat dengan nama “BALE KOMPOS”. Program ini adalah program yang dijalankan di setiap desa adat di Bali. Mengapa demikian? Sebab desa adat adalah lembaga yang terdekat dengan kehidupan beragama masyarakat Bali. Bale Kompos adalah tempat untuk mengolah sampah sisa upakara menjadi kompos yang bisa diolah adalah tidak berupa buah-buahan, serta jananan namun yang boleh di olah di Bale Kompos berupa jejahitan. Di Bale Kompos tidak hanya tempat mengolah sampah upakara saja, namun ada tempat yang disebut “Teba Desa” yang isinya seluruh tanaman upakara, sayuran, dan buah-buahan lokal Bali. Sampah upakara di masing-masing perumahan dan pura dikumpulkan. Namun yang diperbolehkan hanya sudah kering dan dicacah. Setiap rumah akan memiliki kartu tanda anggota dan diberi point. Jika sudah banyak memiliki point maka dapat ditukar dengan hasil tanaman yang ada di Teba Desa. Yang mengelola adalah masyarakat lokal, sehingga dapat menambah lapangan pekerjaan dan produktifitas masyarakat. Oleh karena itu, program Bale Kompos ini sangat bagus untuk membangun Desa dan mengurangi sampah upakara.  +
Om Swastiastu Sebelum saya lanjut menjawab tentang pendapat saya dalam hal sampah setelah selesai beribadah , izinkan saya memperkenalkan diri nama saya I Dewa Putu Kusuma Putra, saya dari SMA N 1 Baturiti. Baiklah untuk tata cara menyikapi perihal sampah setelah selesai beribadah saya harap agar seluruh masyarakat tidak membawa sampah plastik dikarenakan akan mencemari area pura, jika sampah organik maka hendaknya dibawa pulang kembali ke rumah masing masing agar area pura tetap tertib dan asri sebagai bentuk rasa bakti kita kepada Tuhan yang maha Esa . Kalau bukan kita siapa lagi yang menyikapi hal ini, dan untuk masyarakat hendaknya tau tentang keadaan bumi kita yang banyak dipenuhi sampah plastik. Para remaja hendaknya melihat keadaan bumi yang semakin banyak dipenuhi sampah dengan demikian peran remaja haruslah mengedukasi masyarakat agar tidak menggunakan plastik sekali pakai apalagi di area pura. Tetapi jika wacana saja tidak akan membuat bumi kita bersih sehingga itu semua anggota masyarakat harus memiliki kesadaran akan keadaan bumi kita. Demikian yang sedikit saya sampaikan, jika ada salah kata saya mohon maaf yang sebesar besarnya , saya tutup dengan parama santhi, Om Santhi Santhi Santhi Om .  +
Menilik dari kondisi Bumi yang sekarang, persoalan mengenai sampah menjadi salah satu persoalan yang sangat serius, baik itu sampah organik maupun sampah non organik yang dihasilkan setelah melangsungkan upacara keagamaan. Oleh karena itu, kita sebagai rakyat Bali harus menjaga Bali agar senantiasa asri. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi pemakaian plastik ketika kita akan melaksanakan upacara keagamaan, seperti misalnya mengganti plastik yang digunakan untuk membungkus sarana upakara dengan daun. Begitu pula ketika ingin membawa canang hindari penggunaan plastik dan gunakan bokor atau tas kain yang lebih ramah lingkungan. Sampah organik seperti canang, sampian, cemper segehan dan sarana lainnya yang sudah usai digunakan untuk persembahyangan bisa dijadikan sebagai pupuk organik dengan memanfaatkan inovasi lubang resapan biopori atau teba modern. Kemudian, buah lungsuran juga dapat dimanfaatkan menjadi campuran eco-enzym yaitu larutan fermentasi yang terbuat dari campuran buah dan sayuran yang memiliki banyak manfaat.  +
Om swastyastu Sampah plastik adalah sampah yang tidak bisa dilupakan oleh masyarakat . apalagi kalau ada acara keagamaaan utamanya Umat Hindu berbondong bondong membawa plastik sebagai tempat sarana prasarana sembahyang di kegiatan keagamaan. Tapi adapun beberapa solusi-solusi yang digunakan untuk mengurangi sampah plastik di acara keagamaan: Yang pertama :menggunakan daun pisang sebagai tempat bunga untuk digunakan persembahyangan Yang kedua: menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan jika membuat Banten seperti membungkus jajanan menggunakan daun pisang. Yang ketiga menggunakan tas kain untuk sarana prasarana Banten yang digunakan berulang agar menjaga lingkungan tetap ajeg. Yang keempat menggunakan dekorasi di Pura dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan seperti membuat penjor menggunakan bambu busung kelapa dan bahan-bahan yang lain supaya tidak membuat sampah plastik semakin banyak Yang kelima selesai melakukan kegiatan keagamaan atau melaksanakan keagamaan kegiatan keagamaan bandeng mikirin bank sampah yang banyak di tempat di masing-masing tempat acara, setidaknya menyiapkan tempat sampah organik ataupun anorganik Yang ke enam: membawa sampah plastik ke rumah masing-masing selesai menggunakan di kegiatan keagamaan. Sekian pendapat singkat dari saya terkait cara mengurangi sampah plastik di acara keagamaan Ayo jaga bumi bali Jauh dari sampah plastik. Karena sampah plastik membuat kita mual. Om santih Santih Santih Om  +
Upaya pengurangan sampah plastik juga bisa diterapkan dlm pelaksanaan upacara keagamaan, seperti tidak lagi menggunakan kantong plastik sebagai tempat meminta air suci bagi pemedek dan bisa digantikan dengan sangku yg bisa digunakan secara terus menerus. Menyuruh para pemedek agar membawa pulang sarana persembahyangan yg sudah tidak digunakan. Pada saat membeli makanan diarea pura agar tidak meninggalkan bekas makanannya disana. Mengingatkan pemedek agar tidak menggunakan plastik untuk tempat sarana persembahyangan. Sampah canang sari yg sudah tidak dipakai bisa diolah digunakan untuk membuat pupuk organik dan memanfaatkan sampah-sampah bunga untuk campuran pembuatan dupa  +
Menurut penelitian Pengelolaan Sampah Sisa Upacara di Pura menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) yang dilakukan oleh Fransiskus Vebrian Kenedey, Dewa Ngakan Ari Yudiaskara, Made Vina Maharani dari Universitas Mahasaraswati menyatakan sampah dari kegiatan upacara agama didominasi sampah yang mudah terurai dan dengan komposisi sekitar 80%, seperti daun pisang, bunga, daun kelapa, sabut kelapa, makanan sesajen dan sebagainya. Mengatasi permasalahan sampah keagamaan tidak lagi bisa hanya mengandalkan penambahan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Yang dibutuhkan saat ini adalah inovasi pengelolaan sampah yang mandiri dan berbasis kearifan lokal. Teba, dalam tradisi masyarakat Bali merupakan area belakang rumah tempat berkebun dan mengolah limbah organik, dapat diadaptasi menjadi solusi dalam pengelolaan sampah di kawasan pura. Teba Modern menjadi tempat pengolahan sampah yang berfokus pada limbah upacara agama. Dengan adanya sistem kompos, sampah organik yang dihasilkan dapat diolah kembali untuk mendukung pertanian organik di Bali.  +
Dalam setiap aktivitas keagamaan khususnya Hindu sangat sulit untuk menemukan cara yang efektif untuk bisa mengurangi sampah - sampah yang ada, hal tersebut dikarenakan sarana dan prasarana yang digunakan dalam aktivitas keagamaan Hindu cukup banyak. Pengurangan sampah mungkin bisa dilakukan dengan cara memilah sampah - sampah tersebut berdasarkan golongannya dan kemudian di daur ulang. Namun upaya tersebut bisa efektif apabila masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya pengurangan sampah di setiap aktivitas keagamaan, jika tidak maka usaha yang telah diupayakan akan sia - sia dikarenakan dalam memilah sampah berdasarkan golongannya terbilang cukup sulit. Apabila upaya tersebut dilakukan oleh beberapa orang saja akan memakan waktu yang cukup lama, karena dalam aktivitas keagamaan Hindu berbagai jenis sampah bisa kita temukan.  +
Pulau Bali, yang dikenal sebagai Pulau Dewata, memiliki makna mendalam sebagai tempat tinggal para dewa-dewi dalam ajaran Hindu. Bali juga tersohor sebagai destinasi wisata dengan keindahan alamnya yang memukau. Namun, pesona Bali mulai pudar akibat masalah serius: sampah plastik. Pada tahun 2024, tercatat ada sekitar 3.597 ton sampah plastik yang menumpuk di Bali. Masalah ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Banyak orang masih membuang sampah sembarangan, mengancam keindahan alam pulau ini. Sebagai masyarakat Bali dan generasi muda Indonesia, kita seharusnya bisa berperan aktif dan kreatif dalam menangani masalah ini. Sampah plastik dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi. Dengan semangat generasi muda yang kuat, kita harus bersama-sama menjaga keindahan dan kelestarian Pulau Dewata agar tetap menjadi destinasi wisata eksotis yang memukau.  +
Agama Hindu di Bali menerapkan ajaran Tri Hita Karana yang dimana dalam ajaran tersebut sudah menerapkan bagaimana cara berbakti dan mengasihi antar manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi, manusia dengan sesama, dan manusia dengan seisi alam semesta atau lingkungan. Tidak dipungkiri bahwa pelaksanaan upacara agama Hindu di Bali memang banyak menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik dalam pelaksanaannya, akan tetapi hal tersebut dapat di ditanggulangi dengan memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk dengan ditanam di pekarangan rumah/kebun. Sederhananya, hal yang berasal dari alam kita kembalikan lagi untuk alam. Sedangkan sampah anorganik diperlukan kesadaran murni dari individu di Bali, dengan mengurangi penggunaan sampah plastik untuk diri sendiri, sesama dan alam semesta. Ayo saudaraku, kita bangun bali menjadi Bali Maju Era Baru, Lestarikan bumi Bali.  +
Dengan cara mengurangi penggunaan kantong plastik.  +
Untuk mengurangi sampah dalam upacara keagamaan, kita dapat melakukan langkah berikut: 1. Kurangi Penggunaan Plastik: Gantilah penggunaan plastik sekali pakai dengan bahan yang dapat digunakan kembali, seperti tas kain atau botol minum yang dapat diisi ulang. 2.Sediakan Tempat Sampah Terpisah : Pastikan ada tempat sampah yang terpisah untuk sampah organik, anorganik, dan daur ulang, agar proses pengelolaan sampah lebih efisien. itu adalah cara mengurangi sampah dalam acara keagamaan yang bisa kita lakukan.  +
Seperti yang kita ketahui, Bali memiliki sangat banyak pura. Oleh karena itu, Bali sering disebut sebagai 'Pulau Seribu Pura'. Selain itu, keindahan alam dan kekayaan budaya Bali juga sangat terkenal di seluruh dunia. Namun, di era modern ini, Bali juga menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah sampah yang dihasilkan dari upacara agama. Sampah plastik, styrofoam, dan sisa-sisa upacara lainnya menjadi masalah besar dan mencemari lingkungan. Hal ini dapat merusak keindahan alam Bali, menyebabkan pencemaran air, dan bahkan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, masyarakat Bali perlu lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pelaksanaan upacara agama. Kita harus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan beralih ke bahan-bahan alami. Selain itu, sampah organik dari sisa upacara dapat diolah menjadi kompos. Agar upaya ini berhasil, diperlukan kerja sama dari pemerintah, pura, masyarakat, dan pelaku pariwisata agar Bali tetap lestari  +
Menurut pandangan saya cara yang efektif dan efisien untuk mengurangi sampah dalam setiap aktivitas keagamaan adalah menggunakan prinsip "daur ulang plastik menjadi kain" dalam prinsip tersebut dapat diterapkan dengan beberapa kegiatan seperti melarang pemakaian plastik dalam setiap kegiatan keagamaan dan menggantikan dengan kain dan memang jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk menggantikan plastik dengan kain, boleh saja jika ingin membawa plastik tetapi sebaiknya plastik yang dibawa oleh para pengunjung harus dibawa kembali. Hal tersebut akan meminimalisir sampah plastik dalam kegiatan keagamaan. Jika untuk sampah organik seperti bunga, canang dan lain lainnya bisa dipilah dan dibuat tempat khusus untuk dapat diolah menjadi hal yang bermanfaat seperti pupuk. Saran saya jangan dibuang. Karena sampah organik itu mempunya banyak sekali manfaat. Selain itu supaya sampah tidak berserakan sebaiknya disediakan tempat sampah yang dipilah seperti sampah organik dan anorganik supaya bisa lebih mudah dalam pengolahan sampah tersebut.  +
Upaya pengurangan sampah plastik juga bisa diterapkan dlm pelaksanaan upacara keagamaan, seperti tidak lagi menggunakan kantong plastik sebagai tempat meminta air suci bagi pemedek dan bisa digantikan dengan sangku yg bisa digunakan secara terus menerus. Menyuruh para pemedek agar membawa pulang sarana persembahyangan yg sudah tidak digunakan. Pada saat membeli makanan diarea pura agar tidak meninggalkan bekas makanannya disana. Mengingatkan pemedek agar tidak menggunakan plastik untuk tempat sarana persembahyangan. Sampah canang sari yg sudah tidak dipakai bisa diolah digunakan untuk membuat pupuk organik dan memanfaatkan sampah-sampah bunga untuk campuran pembuatan dupa  +
Pendapat saya cara menanggulangi sampah pada upacara agama , bali dikenal sebagai daerah dengan seribu pura oleh karena itu di bali pasti ada upacara agama atau yang sering di sebut dengan odalan . Ketika odalan pemedek yang ingin sembahyang pasti mengaturkan banten dan membawa sarana persembahyangan seperti bunga , canang , dan dupa . Masih banyak orang yang menggunakan plastik untuk tempat bunga nya , banyak orang pun yang tak sadar akan lingkungan sehingga seenaknya membiarkan sampah bekas sembahyang nya di biarkan begitu saja yang membuat pura tercemar dan kotor . Cara menanggulangi sampah di pura bisa dengan mengambil sisa bunga yang sudah selesai di gunakan ke tempat sampah organik , menaruh 2 tempat sampah organik dan anorganik , menormalisasikan kepura tanpa pelastik dan barang sekali pakai lain nya , mengarahkan masyarakat untuk gotong royong setelah odalan selesai.  +