Property:Response text id
From BASAbaliWiki
W
Pendapat saya tentang cara mengurangi jumlah sampah dalam kegiatan keagamaan di Bali adalah dengan menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan. Contohnya, sarana upacara seperti janur, daun, bambu, serta bunga lebih baik digunakan daripada plastik atau bahan sintetis, karena bahan alami mudah terurai dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu, hindari penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong plastik atau styrofoam, namun pilihlah tas kain atau wadah yang bisa digunakan berulang kali.
Setelah kegiatan keagamaan selesai, sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa upacara dan membuangnya di tempat sampah yang telah disediakan, serta memisahkan sampah organik dan non-organik. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sedangkan sampah non-organik seperti plastik atau botol bekas dapat didaur ulang. Jika sampah tidak diolah, tentu saja akan semakin menumpuk. Sosialisasi kepada masyarakat dapat dilakukan secara berkelanjutan untuk menyadarkan mereka tentang dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan kebersihan pura. Dengan menerapkan cara ini, kita bisa menjaga kelestarian lingkungan. +
Menurut pendapat saya mengenai penanggulangan sampah pada setiap acara agama, saya memiliki saran yaitu dengan memberikan fasilitas tong sampah yang di bedakan menjadi 3 yaitu sampah organik (untuk sampah bunga, daun, dll), sampah anorganik (untuk sampah plastik), dan sampah b3 (untuk sampah kaca, obat,dll) dan ditaruh setiap jalan masuk ke tempat suci dan jalan keluar tempat suci. Lalu berikan peringatan untuk membuang sampah pada saat selesai kegiatan sembahyang, agar para pengunjung sadar dengan sampah yang dibawanya. Membatasi jumlah plastik pada para pengunjung agar jumlah sampah berkurang. +
Saat ini, masalah mengenai banyaknya sampah menjadi hal yang harus dibenahi. Ada banyak sumber sampah, salah satunya adalah sampah sisa aktivitas keagamaan di Bali. Sering ditemukan sampah dalam setiap kegiatan keagamaan baik berupa organik maupun non-organik. Untuk itu, harus ada solusi agar lingkungan lebih bersih. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah mulai beralih menggunakan bahan alami. Kurangi pemakaian barang non-organik karena jenis sampah tersebut sulit diuraikan. Yang kedua adalah kurangi bahan plastik sekali pakai. Lebih baik gunakan bahan yang bisa didaur ulang agar tidak menambah penumpukan sampah. Selanjutnya perlu juga diperhatikan pengolahan sampah sisa aktivitas keagamaan. Dalam setiap upacara agama wajib disediakan tempat sampah yang memadai. Tempat sampah harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan dipilah agar lebih mudah untuk dikelola dengan baik. Cara keempat yaitu lakukan daur ulang pada setiap sampah yang dihasilkan. Cara terakhir, perlu diadakan sosialisasi terkait masalah ini agar meningkatkan kepedulian masyarakat tentang banyaknya sampah yang dihasilkan pada setiap upacara keagamaan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan melibatkan komunitas yang bergerak demi kesehatan lingkungan agar tingkat sampah yang dihasilkan lebih sedikit. +
Pengolahan sampah dalam acara keagamaan Hindu juga menjadi perkembangan yang patut diperhatikan. Dalam acara keagamaan yang dihadiri banyak umat, sering terbukti banyaknya sampah yang menumpuk. Sampah plastik, sajen, dan upacara yang belum menerapkan cara pengolahan yang tepat, kadang-kadang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Untungnya, sekarang sudah ada desa adat, pengempon pura, atau masyarakat banjar yang mulai menerapkan pengolahan sampah dengan metode 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle. Ketika saya berada di acara agama, sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik dibawa ke TPS yang bisa didaur ulang. Penting sekali untuk menyelaraskan adat dan agama demi menjaga kelestarian lingkungan. +
Sampah adalah sia barang yang tidak berguna lagi dan lama untuk bisa terurai. Tetapi dalam kata "tidak berguna" itu membuat sampah itu menjadi di campahkan. Tapi semakin hari banyak ada sampah yang berton ton di TPA membuat masalah ini menjadi sangat-sangat besar.
Panca Yadnya adalah warisan budaya dan aturan - aturan di Agama Hindu pantas kita jaga dan lestarikan, tapi Panca Yadnya ini menghasilkan yang namanya sampah plastik, yang membuat taksu bali menjadi berkurang.
Bali ini memiliki julukan "Pulau Dewata" yang mendunia di bumi ini. Tapi karna sampah plastik ini membuat di Bali tahun ke tahun menjadi berkurang dan benar benar membuat sedih rakyat Bali.
Kita sebagai para pemuda dan calon pemimpin Bali di masa depan harus melaksanakan yang bernama "Membuang dan melestarikan". Membuang sampah yang tepat pada tempatnya dan melestarikan budaya dan aturan-aturan yang di wariskan leluhur +
Bali tidak pernah lepas dari kegiatan keagamaan yang menggunakan berbagai bahan organik dan anorganik sebagai sarana persembahyangan yang akhirnya terbuang menjadi sampah. Tercatat tahun 2022 Bali menghasilkan sebanyak 1,02 ton sampah.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah sampah menjadi uang dan keperluan agama. Dalam kegiatan ini diperlukan adanya kolaborasi antara Pemerintah dengan pihak terkait. Ketika masyarakat Hindu di Bali pergi ke pura untuk sembahyang mereka dapat mengumpulkan sampah bawaan mereka atau sampah temuan, lalu menukarnya ke tempat penukaran di Pura. Penukaran ini dapat berupa kebutuhan persembahyangan seperti dupa, canang, tempat tirta hingga uang. Penentuan penukaran akan dilakukan berdasarkan berat sampah yang dibawa. Dengan hal ini sampah akan terkumpul di satu tempat dan nantinya dapat diolah dan dibawa ke TPA.
Dengan konsep seperti ini sampah di Pura dapat dikurangi. Selain itu, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan UMKM terkait sehingga tidak hanya berdampak bagi lingkungan namun juga ekonomi. +
Untuk memulai pengelolaan sampah pada acara agama Hindu di pura, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan serta menghargai nilai kesucian. Pertama-tama, lakukan sosialisasi dan edukasi kepada umat Hindu mengenai pentingnya pemilahan sampah organik dan non-organik. Sediakan tempat sampah yang terpisah sesuai jenis sampah tersebut. Usahakan untuk mengurangi penggunaan plastik, seperti mengganti bahan upakara atau bungkus dengan bahan alami seperti daun pisang. Bentuk tim relawan kebersihan yang bertugas mengumpulkan sampah untuk menjaga kebersihan selama acara berlangsung. Selain itu, jalin kerja sama dengan dinas kebersihan atau komunitas daur ulang untuk mengolah sampah secara berkelanjutan." +
Di Bali terkenal dengan banyak nya kegiatan upacara keagamaan,dan banyak sarana upacara yang terbuat dari bahan organik dan anorganik, saat selesai pelaksanaan upacara keagamaan, sering kali para pemedek lupa untuk membuang sampah habis melakukan upacara. Pendapat saya untuk pengelohan sampah, selalu mengadakan gotong royong saat kegiatan upacara selesai, dan untuk para pemedek selalu untuk membawa sampah kembali ke rumah masing-masing lalu memilah nya dengan jenis-jenis nya yaitu sampah organik,anorganik dan residu.Seperti sampah canang itu termasuk sampah organik,plastik" yg ada dlm pembuatan banten tersebut,teemasuk sampah anorganik, dan sampah" kertas seperti koran yg digunakan untuk menutupi bantenn pejati dan lain nya, termasuk sampah residuu. Setelah pemilahan selesai, sampah" tersebut di masukan kedalam kantong apapun, lalu segera bawa ke pusat pembuangan sampah di setiap desa adat sesuai dengan jadwal yang telah di sediakan oleh pemerintah pulau bali. Pada saat upacara di pura setiap desa adat juga sentiasa menuntun para pemedek untuk membuang sampah pada tempat nya yang telah di sediakan, agar tidak hanya para penjaga pura saja yang sentiasa membersihkan area pura. Ingat prinsip ini " DATANG BERSIH PULANG JUGA HARUS BERSIH" itu adalah prinsip yang harus di tanamkan oleh masyarakat bali agar mengurangi ada nya sampah dan mengembalikan bali yang asri kembali +
Dalam ajaran agama hindu dikenal dengan istilah panca yajna salah satunya adalah Pitra Yajna atau Ngaben. Dalam pelaksanaan Ngaben, membutuhkan upakara yang sangat banyak. Dalam persiapan upakara (banten) akan menghasilkan banyak sampah dengan berbagai jenis. Sampah yang dihasilkan adalah bambu, janur, daun, bunga, buah. Proses pembuatan upakara tersebut akan memerlukan konsumsi yang menimbulkan sampah Organik dan Anorganik, dari jenis dan jumlah sampah yang timbul dalam kegiatan upacara Ngaben tersebut harus dipilah atau dikelola dengan baik. Kita sebagai Masyarakat Bali Perlu membuat tempat sampah sesuai jenisnya, sampah organic dan anorganik, serta memilah sampah agar pengelola an nya dapat diatur, mulai dari sampah organik yang bisa diurai langsung oleh alam (dijadikan kompos) dan sampah Anorganik yang dapat diolah kembali menjadi barang barang ber nilai guna. +
PENANGANAN SAMPAH DALAM UPACARA ADAT
Upacara adat merupakan bagian penting dari kebudayaan dan tradisi suatu masyarakat. Namun upacara adat seringkali menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang dapat mencemari lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Pengelolaan sampah:
Pisahkan sampah: Sediakan tempat sampah terpisah untuk sampah organik, sampah anorganik, dan sampah daur ulang.
2. Hindari Penggunaan Plastik Sekali Pakai:
Gunakan tas kain yang dapat digunakan kembali: Hindari kantong plastik sekali pakai. Gunakan tas belanja yang dapat digunakan kembali seperti tas kain.
3. Gunakan Kemasan Ramah Lingkungan:
Gunakan kemasan yang dapat dibuat kompos: Gunakan kemasan yang dapat dibuat kompos seperti kertas, daun pisang, dan bahan organik lainnya.
4. Pendidikan dan Penjangkauan:
Sosialisasi program ramah lingkungan: Sosialisasi program ramah lingkungan yang dapat dilaksanakan dalam upacara adat. +
Masalah sampah di pura dan upacara sering disebabkan oleh kekurangan fasilitas pengelolaan sampah dan kurangnya kesadaran pengunjung. Upacara yang melibatkan banyak orang seringkali menghasilkan sampah yang mencemari lingkungan suci. Solusi awal meliputi penyediaan tempat sampah yang memadai, edukasi masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya, serta penerapan aturan pengelolaan sampah yang ketat. Dengan langkah-langkah ini, upacara dapat berlangsung khidmat tanpa merusak kebersihan dan keindahan pura. +
Penggunaan plastik sekali pakai sebaiknya dikurangi. Memisahkan sampah organik dan anorganik itu sangat baik.Sampah organik kita bisa olah menjadi pupuk menggunakan kompos +
Menurut saya menanggulangi sampah di pura (berupa sampah bunga) adalah hal penting untuk menjaga kesucian dan keharmonisan lingkungan di sekitar tempat ibadah. Kita bisa mulai dari :
Pendidikan dan Kesadaran: Edukasi masyarakat dan pengunjung pura mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan cara pembuangan sampah yang benar. Pengurus pura bisa mengadakan sosialisasi atau pelatihan mengenai pengelolaan sampah.
Tempat Sampah yang Memadai: Sediakan tempat sampah yang cukup dan jelas untuk memisahkan jenis sampah seperti organik, non-organik, dan berbahaya. Pastikan tempat sampah ini mudah diakses oleh pengunjung dan dikelola dengan baik.
Pengelolaan Sampah Organik: Jika memungkinkan, manfaatkan sampah bunga sehabis sembahyang untuk kompos atau pupuk. Ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang, tetapi juga bisa bermanfaat untuk tanaman di sekitar pura.
Pengurangan Penggunaan Plastik: Kurangi penggunaan bahan plastik sekali pakai di area pura. Sebagai gantinya, dorong penggunaan bahan ramah lingkungan seperti bokor
Penegakan Aturan: Terapkan aturan dan kebijakan tentang pengelolaan sampah di pura. Misalnya, pengunjung yang membuang sampah sembarangan bisa dikenakan sanksi atau teguran. +
Keberadaan Pura tak lagi lepas dari hadirnya tumpukan sampah, bagaimana tidak? Seiring dengan keberadaan canang yang tak henti-hentinya dipersembahkan oleh para umatnya. Menurut hasil observasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), diperkirakan warga menghasilkan 800 hingga 900 ton sampah, di mana 70% di antaranya adalah sampah organik janur, bunga, dan buah-buahan yang sudah layu. Sudah saatnya, setiap pura berbenah, menerapkan pengelolaan sampah dengan sistem 𝘌𝘤𝘰 𝘌𝘯𝘻𝘺𝘮𝘦 dan Tong Edan. 𝘌𝘤𝘰 𝘌𝘯𝘻𝘺𝘮𝘦 merupakan proses serta hasil sisa sampah lunak berupa bunga, buah, dan dedaunan yang sudah dikumpulkan, lalu dicacah dan ditimbang dalam ukuran yang tepat, yang kemudian direndam dalam wadah berisi air larutan gula. Setelah tiga bulan hasil fermentasi, bahan organik dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau menjadi desinfektan alami yang aman bagi manusia. Tong Edan merupakan tempat 𝘌𝘤𝘰 𝘌𝘯𝘻𝘺𝘮𝘦 berbentuk tong, yang disemprotkan cairan liang setiap hari. Dalam waktu 1-4 minggu, menghasilkan pupuk cair yang dimanfaatkan sebagai berkah bagi bumi. +
Upacara keagamaan ,terutama di Bali,sering menghasilkan banyak sampah.Mengolah sampah upacara ini menjadi sebuah tantangan dan peluang.Di satu sisi sampah upacara dapat mencemari lingkungan dan merusak estetika,khususnya di sekitar tempat suci.Di sisi lain,sampah upacara memiliki potensi untuk diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi lingkungan.Tau kah kalian bagaimana cara untuk mengurangi atau pun mengelola sampah itu ?
Kita bisa menjadikan sampah organik seperti bunga,sisa makanan,dapat diolah menjadi pupuk kompos.Pupuk kompos ini dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan kualitas tanah di sekitar pura,dan kita juga dapat membuat olahan dupa dengan mempergunakan sisa bunga menjadi dupa aromaterapi.Selain itu sampah organik juga dapat di olah menjadi Eco Enzym .Eco enzym dapat mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya dan membantu menjaga lingkungan,dengan cara mengolah sampah menjadi eco enzym,dan hasilnya dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar dengan menjual produk daur ulang eco enzym.Pengolahan sampah upacara tidak hanya tentang menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan,tetapi juga tentang menjaga kelestarian alam dan budaya. Melalui pengolahan sampah upacara yang efektif, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. +
Om Swastiastu.
Yang terhormat Bapak / Ibu dewan juri
Yang kami hormati pengurus dan penjaga lingkungan Batur
Serta para pembaca yang saya banggakan.
Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas Karunia - Nya lah saya dan kita semua dapat mengikuti seminar ini dengan lancar.
Terkait masalah sampah bekas upacara di daerah pura Batur ini saya rasa merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diberikan perhatian lebih. Mengapa? Karena sampah bekas saranak persembahyangan / upacara ini kerap kali tidak hanya berupa sampah organik saja, tetapi banyak juga ditemukan sampah berupa kantong plastik yang sulit terurai yang umumnya digunakan sebagai wadah membawa sarana persembahyangan. Terkait permasalahan ini, saya ingin menuangkan beberapa ide ataupun solusi yang sekiranya dapat diperhitungkan untuk diterapkan di daerah suci Batur. Yang pertama adalah tentang penggunaan kantong plastik sebagai wadah canang / sarana persembahyangan. Solusi yang dapat diambil adalah memperketat pengawasan di pintu masuk Pura Batur supaya orang - orang yang menggunakan kantong plastik dapat ditegur dan membuat plastiknya. Saya rasa aturan ini sudah banyak diterapkan di berbagai tempat di Bali sebagaimana aturan Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai atau PSP. Hanya saja hal yang perlu ditingkatkan adalah kesadaran diri masyarakat sekitar Batur dan pengawasan yang lebih diperketat.
Berikutnya terkait dengan sampah sarana persembahyangan / canang. Solusi yang dapat saya berikan adalah dengan menyediakan 2 tempat terpisah khusus sampah canang itu sendiri. Tempat pertama adalah tempat untuk membuang dasar canang nya atau daun kelapa nya saja. Tempat kedua adalah tempat dimana kita dapat mengumpulkan bunga - bunga bekas dari canang yang tidak terpakai agar tidak dibuang. Mengapa? Hal ini bertujuan untuk mendaur ulang bunga tersebut menjadi barang yang dapat dijual kembali khususnya di daerah suci Batur. Menurut riset saya pribadi melalui berbagai sumber, bunga dari canang dapat dikeringkan dengan metode tertentu yang nantinya dapat diolah menjadi dupa harum ataupun wewangian sejenis. Hal ini juga secara tidak langsung dapat meningkatkan ekonomi dan pendapatan untuk biaya perawatan daerah suci Batur hanya dengan bermodalkan sisa bunga yang selama ini terus dibuang, namun tanpa disadari ternyata bunga - bunga tersebut dapat diolah dan menjadi sumber pemasukan untuk daerah suci Batur itu sendiri.
Demikian orasi singkat yang dapat saya sampaikan saya ucapkan terimakasih banyak atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya, kurang lebihnya, dan jika ada salah - salah kata saya mohon maaf. Saya harap dengan orasi singkat saya ini dapat berkontribusi besar terhadap kelestarian dan keasrian daerah suci Batur kedepannya, serta dapat mengatasi masalah atau krisis yang sedang terjadi. Atas Asung Kertha Warunugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, saya tutup dengan Parama Shanti.
Om Santih Santih Santih Om.