Property:Response text id
From BASAbaliWiki
S
Menurut pandangan saya, kita dapat mengambil langkah awal dari diri kita sendiri yaitu dengan menggunakan wadah sokasi/bokoran untuk membawa sarana dan prasarana persembahyangan pada saat ke pura atau melakukan aktivitas keagamaan. Selain itu kita juga dapat membuat papan peringatan larangan menggunakan kantong plastik di masing-masing tempat suci atau tempat yang akan dijadikan sebagai aktivitas keagamaan serta kita sebagai warga lokal di area sekitar tempat aktivitas keagamaan tersebut bisa menyediakan wadah atau bokoran non plastik untuk dijadikan sebagai wadah atau tempat sarana prasarana persembahyangan.
Dari cara yang telah saya paparkan tadi, dapat dipastikan bahwa jumlah sampah plastik sedikit demi sedikit akan berkurang di setiap aktivitas keagamaan.
Cara lain yang dapat kita lakukan menurut saya adalah kita bisa membantu masyarakat setempat yang mengadakan aktivitas keagamaan untuk membersihkan dan memilah sampah-sampah plastik yang ada. +
Om Swastystu, sampah yang berserakan setelah melakukan persembahyangan di tempat suci atau acara lainnya pastinya sudah sering kita jumpai selain tempat tersebut menjadi kotor tentunya menjadi tidak enak untuk dipandang, menurut pendapat saya cara mengurangi sampah pada upacara keagamaan ataupun acara-acara lain bisa dimulai dari diri sendiri dengan tidak membiarkan atau membuang sampah sembarangan setelah melakukan kegiatan persembahyangan dan membuangnya pada tempat sampah yang sudah disediakan jikalau tidak ada, bisa dısımpan terlebih dahulu kemudian saat menemukan tempat sampah bisa langsung dibuang pada tempatnya. Setelah kita sudah bisa untuk tidak membuang sampah sembarang kita bisa menyebarkan ke orang-orang betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan apa lagi di area sekitar tempat suci agar nyaman dan fokus pada saat melakukan persembahyangan. +
Membuang sampah dalam acara keagamaan ini menjadi tanggung jawab kita semua. Salah satu cara agar kita menjaga kebersihan serta mendukung lingkungan yang bersih, sebagai upaya mengurangi jumlah sampah, adalah dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, seperti wadah bambu atau daun. Selain itu, mendukung perkembangan pemilahan sampah di tempat upacara, dengan menggunakan tempat sampah terpisah untuk plastik, organik, dan anorganik. Dalam acara keagamaan, sebaiknya kita mengajak teman-teman dan masyarakat yang hadir di upacara untuk menyempurnakan pemilahan sampah serta menjaga kebersihan. Yang paling penting, kita bersama-sama menjaga kelestarian adat dan budaya dengan melibatkan sesama umat Bali yang terus merawat lingkungan dan menghormati alam. +
Masalah sampah ketika upacara adat sudah sering menjadi permasalahan yang menyebabkan lingkungan kita menjadi cemar. Usaha untuk mengurangi sampah sisa upacara adat harus mendapat dukungan dari masyarakat di daerah masing-masing. Beberapa usaha yang bisa dilakukan yaitu:
1. Sosialisasi terkait mengapa menjaga kebersihan dan kelestarian itu sangat penting. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan acara dharma wacana (ceramah agama)
2. Mengganti plastik dan sarana lainnya yang tidak gampang rusak, plastik dapat diganti dengan daun, kain untuk membungkus sesajen, atau tas yang tidak digunakan hanya sekali.
3. Bekerja sama dengan pemuda atau STT di linkungan desa. Pemuda bisa menjadi relawan kebersihan ketika ada upacara adat.
Mengatur sampah memang menjadi permasalahan yang berkelanjutan sampai saat ini. Kita sebagai pemuda harus memberikan contoh yang baik agar orang lain ingat atas pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? +
Mengurangi sampah dalam kegiatan keagamaan bisa dilakukan dengan beberapa langkah sederhana namun efektif. Pertama, pilih bahan dekorasi dan perlengkapan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Misalnya, gunakan kain atau bahan alami daripada plastik sekali pakai. Kedua, kelola sampah dengan baik; sediakan tempat sampah terpisah untuk bahan organik dan non-organik. Ketiga,kurangi penggunaan plastik untuk wadah bunga atau sarana persembahyangan. Keempat selalu memberi himbauan kepada masyarakat untuk membuang sisa bunga setelah melaksanakan persembahyangan.Dengan langkah-langkah ini, kegiatan keagamaan dapat berlangsung lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. +
Caranya kita jangan menggunakan tas plastik yang harus digunakan tas kain supaya bersih. Mari kita berhenti menggunakan tas plastik menuju Bali lestari +
Seperti yang kita ketahui dalam Overtourism di Bali sebagai sebuah masalah, itulah yang menyebapkan penting sekali adanya solusi yang inovatif. Overtourism itulah yang menyebapkan macet di bali. Salah satu strategi yang inovatif adalah mengembangkan transfortasi air ,seperti water taxi. Kalau memgunakan jalur di Pantai para wisatawan bisa lebih mudah datang ketampat pariwisata, seperti Nusa Lembongan dan Nusa Penida, ini diharapkan bisa mengurangi macet di Kuta dan sekitarnya.
Transfortasi air ini tidak hanya mengurangi macet tetapi juga polusi udara di darat, tetapi bisa juga menambah pengalaman unik para wisatawan yang datang ke Bali. Selain itu pemerintah dan pelaku industri pariwisata harus berkolaborasi supaya memastikan layanan ini terjangkau dan ramah lingkungan. Edukasi pada para wisatawan tentang hal ini sangat penting disampaikan agar bersama sama menjaga lingkungan Bali. Melalui strategi ini, Bali diharapkan bisa sebagai tempat pariwisata yang berkelanjutan, memberikan hasil pada masyarakat local Bali, serta melestarikan lingkungan Bali di masa depan. +
"Racun" overtourism di Bali mengacu pada dampak negatif akibat lonjakan wisatawan yang berlebihan dan tidak terkendali. Overtourism di Bali membawa dampak negatif seperti polusi, kemacetan, dan degradasi budaya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan regulasi ketat dalam membatasi jumlah wisatawan, melindungi lingkungan, serta menegakkan aturan bagi bisnis pariwisata. Selain itu, diversifikasi ekonomi dengan mengembangkan sektor selain pariwisata, seperti pertanian dan ekonomi kreatif, dapat mengurangi ketergantungan terhadap wisatawan. Edukasi bagi wisatawan juga penting agar mereka lebih sadar akan etika berwisata dan dampaknya terhadap Bali. Dengan langkah-langkah ini, Bali bisa tetap menjadi destinasi unggulan tanpa mengorbankan alam dan budaya lokal. +
Pengelolaan sampah dalam acara agama ini menunjukkan bahwa sudah menjadi tanggung jawab kita semua. Dalam acara agama, banyak sekali sampah yang berasal dari sesajen atau banten, serta sampah plastik yang digunakan seperti bungkus makanan atau minuman. Agar alam tetap terjaga dan suci selama acara agama, saya mengajak semua yang terlibat dalam acara untuk sadar akan semua sampah yang dihasilkan. Menjaga kelestarian lingkungan adalah sebuah kebajikan atau karma yang baik. Jika ada sampah plastik atau organik yang belum bisa diolah, sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja, namun dalam acara agama akan lebih baik jika sampah tersebut dikumpulkan dan dibuang di tempat yang memungkinkan untuk didaur ulang. +
Pendapat saya Overtourism membawa dampak negatif bagi Bali, seperti kerusakan lingkungan, komersialisasi budaya, kemacetan, serta tekanan sosial bagi masyarakat lokal. Solusinya adalah menerapkan regulasi ketat, mengembangkan pariwisata berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekonomi, budaya, dan lingkungan, serta melestarikan adat Bali agar tidak luntur. Wisatawan perlu diedukasi agar menghormati adat dan alam, serta destinasi wisata harus didiversifikasi agar tidak terpusat di satu kawasan. Pemerintah, masyarakat, dan pelaku pariwisata harus bersinergi dalam memperkuat identitas budaya Bali. Dengan strategi ini, Bali tetap lestari dan stabil di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. +
T
Terima kasih, saya ingin menyampaikan pendapat tentang sampah dalam upacara keagamaan.
Menurut saya, sebelum mengajak orang lain sadar, kita harus memulainya dari diri sendiri. Kita harus mengubah kebiasaan buruk, seperti membuang sampah sembarangan, termasuk sampah upacara.
Langkah awalnya adalah membuang sampah pada tempatnya. Jika kita konsisten, orang lain mungkin akan mengikuti. Bukan untuk mengejek, tapi sebagai contoh yang baik. Mereka mungkin berpikir, "Kalau dia bisa, kenapa saya tidak?" Dari satu orang, kebiasaan ini bisa menyebar.
Dengan kebiasaan sederhana ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sadar akan pentingnya membuang sampah. Ini bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga kesadaran akan dampak buruk sampah bagi lingkungan dan kehidupan bersama. +
Bali menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, termasuk dari upacara keagamaan seperti canang. Diam tanpa solusi bukan pilihan. Solusi yang kami tawarkan adalah “Tong Setan”, alat pembakar sampah dengan sirkulasi udara yang mengurangi asap. Berbeda dengan pembakaran biasa, tong setan memiliki desain dua lapisan yang memungkinkan aliran udara yang baik. Alat ini mudah dipindahkan, tidak memerlukan bahan bakar tambahan, dan mempercepat pengelolaan sampah, sehingga efektif untuk mengurangi sampah dari kegiatan keagamaan. Tong setan juga sesuai dengan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Dengan alat ini, kita dapat mengelola sampah secara efektif dan mendukung lingkungan yang lebih bersih, sehingga masalah asap dan polusi dari pembakaran dapat teratasi. +
Aktivitas keagamaan terutama agama Hindu tentunya memerlukan banyak sarana dan prasarana untuk beryadnya. Dari yadnya yang paling sederhana saja tentunya memerlukan beberapa sarana seperti dupa, canang, ataupun bunga. Sarana prasarana tersebut pasti akan berakhir menjadi sampah dan kita tidak bisa menghindari hal tersebut namun bisa menguranginya. Dari permasalahan yang ada, kami menawarkan solusi yakni merealisasikan tong sampah yang sekaligus menghasilkan kompos organik. Mekanisme dari solusi kami yaitu, kami akan memfasilitasi beberapa pura sebuah tong sampah dan mengisinya dengan cairan activator EM 4 (Cairan pembuatan kompos). Sehingga saat pemedek membuang sampah ke tong tersebut, akan langsung terproses menjadi kompos organik oleh cairan tersebut dan setiap 3 minggu kompos akan diambil dan dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian tanaman di Pura. Ini juga memberikan dampak yang baik bagi lingkungan karena dapat meminimalisir permasalahan sampah canang dan dupa dengan lebih cepat karena diolah menjadi bentuk kompos. Generasi muda dapat turut berkontribusi dalam pengolahan sampah ini. +
Om Swastyastu,
Menurut pendapat saya, salah satu cara yang baik bagi kita masyarakat dan para pemuda-pemudi di Bali adalah dengan mengolah sampah organik maupun anorganik dari sisa-sisa upacara adat tersebut menjadi TRASKO (Trash-Batako) yang mudah untuk dibuat. Contohnya, seperti abu dupa, bunga-bunga dari canang, sisa sesajen, serta sampah plastik atau kresek yang tersisa dari upacara adat tersebut, akan diproses dengan mencampur material-material itu bersama tanah, lalu dimasukkan ke dalam wadah berbentuk kotak hingga menjadi TRASKO. Dengan demikian, batako ini dapat digunakan sebagai bahan untuk tempat-tempat suci dan keperluan adat, seperti bale banjar, pura, atau sanggah. Jadi, sampah-sampah tersebut tidak terbuang percuma, tetapi menjadi barang yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat. Proyek ini juga menjadi cara inovatif agar desa-desa dan banjar di Bali agar dapat mengolah sampah-sampah yang terbuang begitu saja menjadi barang yang dapat dimanfaatkan bagi kita semua. Demikian komentar atau pendapat dari saya,
Om Shanti Shanti Shanti Om. +
Pada upacara keagamaan khususnya di bali tidak luput akan adanya sampah, baik itu sampah organik ataupun non organik. Cara sederhananya di tempat acara bisa menyediakan tempat sampah yang berbeda, dan nantinya sampah organik dijadikan pupuk kompos, sedangkan sampah non organik dapat di daur ulang lagi. Harapannya di setiap desa membuat sebuah bank sampah seperti di desa Pemaron yaitu Bank Sampah Induk (BSI).Yang dimana selain kita menjaga kebersihan lingkungan, kita juga mendapatkan penghasilan dari menjual sampah di bank sampah tersebut. Selanjutnya Contoh praktis lainnya seperti ketika upacara Melasti gunakan kain sebagai pengganti plastik untuk membungkus pralingga, selain itu hindari menggunakan Styrofoam atau plastik dalam mewadahi makanan, bisa diganti dengan bahan alami seperti daun pisang dan lain sebagainya. +
Overtourism di Bali dapat menimbulkan dampak positif dan juga telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan, seperti merusak lingkungan dan budaya lokal yang telah ada sejak dahulu. Dan jika hal negatif itu terus berkelanjutan akan berdampak pada Bali kedepan. Maka, Mendetoksifikasi "racun" ini memerlukan pendekatan multi-faceted. Pertama, regulasi ketat perlu diterapkan, termasuk pembatasan jumlah wisatawan di destinasi tertentu dan peningkatan biaya masuk ke lokasi-lokasi yang rawan. Kedua, diversifikasi destinasi wisata perlu digalakkan, mempromosikan area-area yang belum terlalu ramai dan menawarkan pengalaman wisata yang lebih autentik. Ketiga, edukasi dan kesadaran masyarakat, baik wisatawan maupun penduduk lokal, sangat penting. Kampanye tentang pariwisata berkelanjutan dan etika perjalanan harus dipromosikan secara intensif. Keempat, pemberdayaan masyarakat lokal melalui pelatihan dan kesempatan kerja di sektor pariwisata yang berkelanjutan akan memastikan manfaat ekonomi tersebar merata dan mengurangi eksploitasi. Dengan strategi komprehensif yang melibatkan pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Bali dapat mengatasi overtourism dan tetap menjadi destinasi yang lestari. +
Menurut saya, cara terbaik untuk mendetoksifikasi dampak negatif dari overtourism di Bali adalah dengan menerapkan pariwisata berbasis budaya dan alam. Saya memiliki pemikiran seperti berikut:
1. Menjaga Adat dan Budaya – Wisatawan harus menghormati aturan desa adat serta budaya lokal.
2. Pariwisata Berkelanjutan – Mengembangkan pariwisata yang ramah lingkungan serta membatasi jumlah wisatawan di tempat-tempat yang sudah mengalami overkapasitas.
3. Diversifikasi Destinasi – Mendorong pariwisata di daerah yang masih sedikit wisatawan agar wisata tidak hanya terpusat di satu lokasi, sehingga keseimbangan ekonomi tetap terjaga.
4. Regulasi Ketat – Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang ketat dalam pembangunan sektor pariwisata agar tetap berkelanjutan.
5. Edukasi Wisatawan – Memberikan pemahaman kepada wisatawan tentang pentingnya menjaga Bali sebagai pulau yang suci dan indah.
Itulah pemikiran saya. Jika kita sebagai masyarakat Bali memulai dari kesadaran bersama, maka Bali tidak akan hilang identitasnya. Kita harus melestarikan dan menjaga tanah Bali. Jika tidak, Bali akan kehilangan jati diri dan kenyamanannya. Namun, jika kita semua sadar dan menjaga Bali bersama-sama, pariwisata akan berkembang dengan baik dan tetap lestari di masa depan. +
Menurut saya sampah sisa Yadnya yang dihasilkan di pura-pura, seperti sampah organik berupa bunga, daun, dan kelapa yang sudah dipakai dalam upacara canang, bisa diolah menjadi kompos. Kompos tersebut dapat digunakan sebagai pupuk alami untuk memelihara tanaman di halaman. Cara mengolahnya sederhana, sampah organik tersebut dikumpulkan, diberikan tempat, dan dibiarkan hingga membusuk dan berubah menjadi kompos. Contohnya, di sekolah saya ada tempat penyimpanan sampah yang dinamakan "Taman Sari". Taman Sari tersebut dibuat seperti kolam yang kedalamannya 2 meter, dengan diameter kurang lebih 1 meter. Kemudian dindingnya dipasangi buis atau beton. Kolam tersebut ditutup dengan lempengan beton, namun ditinggalkan lubang kecil untuk memasukkan sampah. Sampah organik yang dimasukkan ke sana akan membusuk menjadi kompos. Tempat ini juga berfungsi sebagai area resapan air, sehingga saat hujan, airnya tidak akan menggenang atau menyebabkan banjir. +