Property:Response text id

From BASAbaliWiki
Showing 20 pages using this property.
U
Pengempon pura, manggala karya, pemedek, dan pedagang harus bersatu dalam mengurangi dan mengelola sampah upacara di pura. Berikut pendapat saya terkait usaha yang dapat dilaksanakan: 1) Pengempon menyusun peraturan, membentuk satuan tugas mengurangi dan mengelola sampah di pura seperti menjadi pupuk dan eco enzyme, menyediakan tempat sampah organik, anorganik dan residu di tempat yang strategis, menyediakan lubang biopori sampah organik, mengadakan sosialisasi melalui pengeras suara, spanduk, maupun media sosial, serta menegakkan sanksi tegas bagi yang melanggar. 2) Pemedek untuk tidak membawa atau menggunakan tas kresek serta produk lain yang berbahan plastik sekali pakai, pemedek membuang sampah bekas muspa di tempat yang disediakan, dilarang membuang sisa lungsuran di pura, dan ikut mengingatkan hal tersebut kepada pemedek lainnya. 3) Para pedagang di sekitar pura harus menjaga kebersihan dengan tidak menyediakan dan menggunakan tas kresek atau produk lain berbahan plastik serta mengelola sampah berbasis sumber.  +
Tri Hita Karana adalah keselarasan antara manusia dengan semesta dan merupakan pedoman Masyarakat Bali. Pura Besakih menjadi salah satu contoh interaksi keselarasan antara manusia dengan Tuhan. Menurut laman resmi Pemerintah Kabupaten Karangasem, Pura Besakih mencatatkan total pengunjung sebanyak 248.675 orang pada tahun 2023. Interaksi pengunjung tersebut menghasilkan sampah sebesar 1 ton setiap harinya. Hal ini juga diperburuk dengan minimnya persediaan tempat sampah yang ada, sehingga dapat menimbulkan penumpukan sampah. Penumpukan sampah organik menimbulkan gas metana yang memicu ledakan. Sebagai Masyarakat Bali harusnya kita sadar dengan permasalahan ini, saya mencanangkan program “Pilah dan Olah”. Program ini akan menambahkan tempat sampah khusus pada area pura, di setiap pura akan diberikan 2 tempat sampah khusus dengan masing-masing sebagai tempat sampah buah-buahan dan canang. Program ini akan melakukan pengolahan limbah buah-buahan menjadi eco-enzym, dan limbah canang menjadi kompos. Adanya program ini saya berharap dapat meningkatkan prinsip 3R dan prinsip Tri Hita Karana Masyarakat Bali.  +
Upaya untuk mendetoksifikasi "racun" overtourism di Bali harus dilakukan dengan mengembangkan tujuan baru di Bali Utara, Timur dan Barat melalui ekowisata dan budaya lokal. Ini akan menerapkan peraturan ketat seperti tingkat pariwisata, pembatasan akomodasi baru, dan pajak lingkungan. Pariwisata berkelanjutan terkemuka melalui sertifikasi ekowisata, larangan plastik dan infrastruktur ramah lingkungan. Persetujuan masyarakat melalui pariwisata berbasis masyarakat. Ini termasuk desa normal dari proses pengambilan keputusan. Klarifikasi wisatawan tentang etika dan pariwisata lambat. Penggunaan teknologi untuk mengatur kepadatan wisata. Memulihkan ekosistem penting seperti terumbu karang dan hutan bakau. Kerja sama antara pemerintah, NRO, komunitas dan aktor ekonomi. Politik jangka panjang untuk menjaga keseimbangan ekonomi, budaya, dan alam Bali  +
Tentunya dari kita sudah mengetahui akan banyaknya informasi mengenai permasalahan sampah di negara Indonesia ini. Permasalahan yang biasanya ada dalam aktivitas keagamaan yaitu banyaknya jumlah sampah yang digunakan selama persembahyangan. Maka dari permasalahan tersebut kami membahas tentang salah satu solusi untuk pengurangan jumlah sampah "Penggunaan Tas Anyaman sebagai Tempat Bunga". Sebagian besar penduduk di Bali sering menggunakan plastik atau kresek sebagai tempat untuk bunga,  +
V
Sampah upacara di Bali menjadi masalah lingkungan yang cukup serius. Tradisi keagamaan di Bali sering kali melibatkan banyak persembahan, yang menggunakan bahan-bahan alami seperti daun kelapa, bunga, dan janur, namun sering disertai oleh bahan-bahan nonalami seperti plastik. Adapun dampak dari oknum masyarakat menimbulkan sampah plastik dari kemasan makanan yang diperbuat oleh peserta upacara. Permasalah tersebut harus mendapat perhatian yang serius, yang perlu dicarikan solusi penanganannya. Adapun solusi dari saya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah VERMIKOMPOSTING Vermikomposting adalah proses pengomposan yang menggunakan cacing tanah, terutama spesies seperti Eisenia fetida (cacing merah) untuk menguraikan bahan organik menjadi pupuk kompos yang kaya nutrisi. Setelah sampah sudah di pisahkan sesuai jenisnya. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan upacara adat, persembahan atau persembahyangan dikumpulkan untuk digunakan bahan kompos. Proses ini melibatkan cacing yang memakan sisa-sisa sampah organik yang dihasilkan dari kegiatan upacara tersebut dan menghasilkan kotoran cacing (kascing) yang sangat baik untuk tanah.  +
MENJAGA KEBERSIHAN DI WILAYAH PURA  +
Tata cara membersihkan area pura  +
W
Bali terkenal ke mancanegara karena adanya alam dan budayanya yang indah. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Bali. Namun, ada permasalahan yang belum terpecahkan yaitu banyaknya sampah, terutama di sekitar pura dan tempat suci lainnya.Sampah ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga membuat wisatawan merasa tidak nyaman. Agar kita bisa mengatasi masalah ini, kita terutama desa adat, harus bekerja sama. Desa adat harus memberikan peringatan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah dari upacara keagamaan. Masyarakat harus menggunakan tas ramah lingkungan dan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Desa harus memberikan peringatan agar masyarakat membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Desa juga memberikan kontribusi menyediakan tempat sampah dan mengajak masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.  +
Wajib  +
Upacara keagamaan adalah upacara yang dilaksanakan dengan menghaturkan sesajen. Tetapi di saat upacara keagamaan sudah selesai, ada banyak sampah seperti sampah organik, anorganik, atau residu. Ada beberapa cara untuk mengurangi sampah saat upacara keagamaan yaitu : 1. Mengurangi sampah plastik. Solusinya, kita semua bisa mengganti wadah bunga yang dari plastik sekali pakai bisa menggunakan wadah ramah lingkungan atau rajutan rotan. 2. Membuat biopori. Tujuannya adalah sampah organik yang sudah terkumpul lalu di buang di biopori selanjutnya bisa dibuat pupuk kompos dari biopori tersebut. 3. Terdapat tempat sampah baik organik, anorganik, dan residu di tempat-tempat tertentu, supaya pemedek (yang hadir sembahyang) yang hadir dapat memilah sampah yang sudah mereka pakai. 4. Pedagang asongan tidak boleh berjualan di sekitar pura. Karena pedagang asongan bisa menambah sampah saat berjualan di sekitar pura. Hanya segitu yang dapat saya sampaikan. Harapan saya supaya ini bisa dilaksanakan saat ada upacara keagamaan.  +
Menurut pendapat saya mengelola sampah pada upacara agama kita bisa melakukan beberapa cara yaitu 1. Mengedukasi dan mengajak masyarakat setempat untuk mengelola sampah" yang dihasilkan dari upacara agama. 2. Menyediakan lebih banyak tempat sampah dan alat pengelolaan sampah di tempat upacara agama. Karena minimnya ketersediaan fasilitas pengelolaan sampah menyebabkan tidak adanya pengolahan sampah upacara agama yang umumnya didominasi oleh sampah organik yang dapat kita jadikan pupuk kompos. 3. Bekerja sama dengan pihak yang berwenang pada bidang pengelolaan sampah di sekitar pura untuk membantu kelancaran aktivitas pemilihan sampah. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengelolaan sampah pada upacara agama dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan.  +
Pendapat saya tentang cara mengurangi jumlah sampah dalam kegiatan keagamaan di Bali adalah dengan menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan. Contohnya, sarana upacara seperti janur, daun, bambu, serta bunga lebih baik digunakan daripada plastik atau bahan sintetis, karena bahan alami mudah terurai dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu, hindari penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong plastik atau styrofoam, namun pilihlah tas kain atau wadah yang bisa digunakan berulang kali. Setelah kegiatan keagamaan selesai, sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa upacara dan membuangnya di tempat sampah yang telah disediakan, serta memisahkan sampah organik dan non-organik. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sedangkan sampah non-organik seperti plastik atau botol bekas dapat didaur ulang. Jika sampah tidak diolah, tentu saja akan semakin menumpuk. Sosialisasi kepada masyarakat dapat dilakukan secara berkelanjutan untuk menyadarkan mereka tentang dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan kebersihan pura. Dengan menerapkan cara ini, kita bisa menjaga kelestarian lingkungan.  +
Menurut pendapat saya mengenai penanggulangan sampah pada setiap acara agama, saya memiliki saran yaitu dengan memberikan fasilitas tong sampah yang di bedakan menjadi 3 yaitu sampah organik (untuk sampah bunga, daun, dll), sampah anorganik (untuk sampah plastik), dan sampah b3 (untuk sampah kaca, obat,dll) dan ditaruh setiap jalan masuk ke tempat suci dan jalan keluar tempat suci. Lalu berikan peringatan untuk membuang sampah pada saat selesai kegiatan sembahyang, agar para pengunjung sadar dengan sampah yang dibawanya. Membatasi jumlah plastik pada para pengunjung agar jumlah sampah berkurang.  +
Saat ini, masalah mengenai banyaknya sampah menjadi hal yang harus dibenahi. Ada banyak sumber sampah, salah satunya adalah sampah sisa aktivitas keagamaan di Bali. Sering ditemukan sampah dalam setiap kegiatan keagamaan baik berupa organik maupun non-organik. Untuk itu, harus ada solusi agar lingkungan lebih bersih. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah mulai beralih menggunakan bahan alami. Kurangi pemakaian barang non-organik karena jenis sampah tersebut sulit diuraikan. Yang kedua adalah kurangi bahan plastik sekali pakai. Lebih baik gunakan bahan yang bisa didaur ulang agar tidak menambah penumpukan sampah. Selanjutnya perlu juga diperhatikan pengolahan sampah sisa aktivitas keagamaan. Dalam setiap upacara agama wajib disediakan tempat sampah yang memadai. Tempat sampah harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan dipilah agar lebih mudah untuk dikelola dengan baik. Cara keempat yaitu lakukan daur ulang pada setiap sampah yang dihasilkan. Cara terakhir, perlu diadakan sosialisasi terkait masalah ini agar meningkatkan kepedulian masyarakat tentang banyaknya sampah yang dihasilkan pada setiap upacara keagamaan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan melibatkan komunitas yang bergerak demi kesehatan lingkungan agar tingkat sampah yang dihasilkan lebih sedikit.  +
Pengolahan sampah dalam acara keagamaan Hindu juga menjadi perkembangan yang patut diperhatikan. Dalam acara keagamaan yang dihadiri banyak umat, sering terbukti banyaknya sampah yang menumpuk. Sampah plastik, sajen, dan upacara yang belum menerapkan cara pengolahan yang tepat, kadang-kadang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Untungnya, sekarang sudah ada desa adat, pengempon pura, atau masyarakat banjar yang mulai menerapkan pengolahan sampah dengan metode 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle. Ketika saya berada di acara agama, sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik dibawa ke TPS yang bisa didaur ulang. Penting sekali untuk menyelaraskan adat dan agama demi menjaga kelestarian lingkungan.  +
Sampah adalah sia barang yang tidak berguna lagi dan lama untuk bisa terurai. Tetapi dalam kata "tidak berguna" itu membuat sampah itu menjadi di campahkan. Tapi semakin hari banyak ada sampah yang berton ton di TPA membuat masalah ini menjadi sangat-sangat besar. Panca Yadnya adalah warisan budaya dan aturan - aturan di Agama Hindu pantas kita jaga dan lestarikan, tapi Panca Yadnya ini menghasilkan yang namanya sampah plastik, yang membuat taksu bali menjadi berkurang. Bali ini memiliki julukan "Pulau Dewata" yang mendunia di bumi ini. Tapi karna sampah plastik ini membuat di Bali tahun ke tahun menjadi berkurang dan benar benar membuat sedih rakyat Bali. Kita sebagai para pemuda dan calon pemimpin Bali di masa depan harus melaksanakan yang bernama "Membuang dan melestarikan". Membuang sampah yang tepat pada tempatnya dan melestarikan budaya dan aturan-aturan yang di wariskan leluhur  +
Bali tidak pernah lepas dari kegiatan keagamaan yang menggunakan berbagai bahan organik dan anorganik sebagai sarana persembahyangan yang akhirnya terbuang menjadi sampah. Tercatat tahun 2022 Bali menghasilkan sebanyak 1,02 ton sampah. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah sampah menjadi uang dan keperluan agama. Dalam kegiatan ini diperlukan adanya kolaborasi antara Pemerintah dengan pihak terkait. Ketika masyarakat Hindu di Bali pergi ke pura untuk sembahyang mereka dapat mengumpulkan sampah bawaan mereka atau sampah temuan, lalu menukarnya ke tempat penukaran di Pura. Penukaran ini dapat berupa kebutuhan persembahyangan seperti dupa, canang, tempat tirta hingga uang. Penentuan penukaran akan dilakukan berdasarkan berat sampah yang dibawa. Dengan hal ini sampah akan terkumpul di satu tempat dan nantinya dapat diolah dan dibawa ke TPA. Dengan konsep seperti ini sampah di Pura dapat dikurangi. Selain itu, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan UMKM terkait sehingga tidak hanya berdampak bagi lingkungan namun juga ekonomi.  +
Untuk memulai pengelolaan sampah pada acara agama Hindu di pura, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan serta menghargai nilai kesucian. Pertama-tama, lakukan sosialisasi dan edukasi kepada umat Hindu mengenai pentingnya pemilahan sampah organik dan non-organik. Sediakan tempat sampah yang terpisah sesuai jenis sampah tersebut. Usahakan untuk mengurangi penggunaan plastik, seperti mengganti bahan upakara atau bungkus dengan bahan alami seperti daun pisang. Bentuk tim relawan kebersihan yang bertugas mengumpulkan sampah untuk menjaga kebersihan selama acara berlangsung. Selain itu, jalin kerja sama dengan dinas kebersihan atau komunitas daur ulang untuk mengolah sampah secara berkelanjutan."  +