Di mukak cange, ia ngorahan cang bagus. Di durin cange, ia ngorahan cang bocok. Cen ane beneh ne? Sekenan te nen malu. Adi bisa malenan keto penampene. Ibi dugas aku enu liu ngelah pipis kaden kamu ngorahan matimpal sujati ajak aku, jani adi tiba-tiba ilang pas aku terpuruk? Badah, ternyata kamu berwajah seribu. Liu sajane nganggo topeng. Mapi-mapi timpal tapi ternyata tusing saja. Pas kamu perlu, jeg teka tanpa diundang. Pas aku perlu, kamu ilang. Bapak Ibu pejabat eda pesan keto. Teka pas perlu suara, ilang pas suba berkuasa. Eh, tahun depan pemilu aa? Siap-siap maan uleman ka bale banjar semeton.
Di depanku, ia mengatakan aku tampan. Di belakangku, ia mengatakan aku buruk rupa. Mana yang benar? Yang benar saja, tunggu dulu. Kenapa bisa berbeda begitu pendapatnya? Kemarin ketika aku masih memiliki banyak uang, bukannya kamu mengatakan menjadi teman sejatiku, sekarang kenapa tiba-tiba menghilang ketika aku terpuruk? Ah, ternyata kamu berwajah seribu. Banyak sekali memakai topeng. Berpura-pura menjadi teman, tapi ternyata tidak benar. Ketika kamu perlu, tiba-tiba datang tanpa diundang. Ketika aku perlu, kamu menghilang. Bapak/Ibu Pejabat jangan sampai seperti itu. Datang ketika membutuhkan suara, hilang ketika berkuasa. Eh, tahun depan ikut pemilu ya? Teman-teman bersiaplah mendapatkan undangan ke banjar ya.
Enable comment auto-refresher