Where did this ceremony take place:
In English
In Kayubihi Village, Bangli Regency, there is a unique ritual called Usaba Kelod and Usaba Dalem Pingit. This ceremony has various processions that express a sense of togetherness and gratitude to God Almighty.
Several important processions in Usaba Kelod include the making of Tangas, the Taluh War (egg war), and the Lidi War. Tangas is a sacred object made of daffodils and flowers as a symbol of Betara Putra Kembar, a protector god who resides in the village.
The procession is then followed by a taluh war or egg war. However, in this procession, it is not a real egg that is used, but a kind of ball made of coconut leaves. There are two groups of men throwing the taluh at each other. At the time of this Taluh War, the atmosphere really becomes lively. The Taluh War is followed by a stick war.
At the end of the Usaba Kelod procession, the youths are tasked with giving alms or donations (known as ngejot) to the widows (balu) in the village. This alms is called kawisa. The youths must dance before giving the alms.
In Balinese
In Indonesian
Di Desa Kayubihi, Kabupaten Bangli, terdapat sebuah ritual unik bernama Usaba Kelod dan Usaba Dalem Pingit. Upacara ini memiliki berbagai prosesi yang mengungkapkan rasa kebersamaan dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa prosesi penting dalam Usaba Kelod antara lain pembuatan Tangas, Perang Taluh (telur), dan Perang Lidi. Tangas adalah benda sakral yang terbuat dari bakung dan bunga-bungaan sebagai lambang Betara Putra Kembar yang berstana di desa tersebut.
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan perang taluh atau perang telur. Namun, dalam prosesi ini bukan telur sungguhan yang dipakai, melainkan sejenis bola yang terbuat dari janur. Ada dua kelompok laki-laki yang saling lempar tipat taluh. Pada saat Perang Taluh ini, suasana benar-benar menjadi semarak. Perang Taluh ini dilanjutkan dengan perang lidi.
Di akhir prosesi Usaba Kelod ini, para pemuda bertugas memberikan sedekah atau sumbangan (disebut dengan ngejot) kepada para janda (balu) yang ada di desa tersebut. Sedekah ini disebut dengan kawisa. Para pemuda harus menari sebelum memberikan sedekah tersebut.
I Wayan Aman
https://www.youtube.com/@iwayanaman9385
Enable comment auto-refresher