Pulau Bali sudah terkenal sampai ke manca negara tentang seni dan budaya. Apalagi banyak mempunyai tradisi yang salah satunya keberadaan ogoh-ogoh. Tradisi ogoh-ogoh ini dilaksanakan pada sasih kasanga sebelum hari raya nyepi. Ogoh-ogoh menceritakan tentang bhuta kala di dunia. Keberadaan tradisi ini digunakan untuk penolak bahaya dan berbagai penyakit agar kita semua selalu bisa menemukan keselamatan di dunia.
Sang Kala Bajang Bukal
merupakan salah satu ogoh-ogoh yang dibuat oleh salah satu STT Putra Tunggal, Desa Kapal. Ogoh-ogoh ini menceritakan gambaran seperti bukal atau kelelawar yang biasanya sosok ini akan mulai ada atau keluar ketika pergantian waktu dari sore ke malam atau biasa disebut dengan sandikala.
Menurut lontar Tutur Panus Karma, nyame bajang adalah kekuatan Sang Hyang Widi Wasa yang bertugas membantu kanda pat dalam menjaga si bayi ketika mash dalam kandungan, nyame bajang terdiri dari 108 makhluk halus salah satunya yaitu Sang Kala Bajang Bukal.
Sang Kala Bajang Bukal akan menggangu manusia dari kecil hingga dewasa jika manusia tersebut tidak melaksanakan upacara tiga bulanan yang dilaksanakan saat bayi berusia 105 hari, upacara ini bertujuan untuk berterima kasih pada nyame bajang yang nantinya ketika dewasa tidak akan diganggu oleh Sang Kala Bajang Bukal ini.
Bahan-bahan yang digunakan ketika membuat ogoh-ogoh tersebut banyak yang masih mempergunakan gabus dan juga styrofoam yang membuat banyaknya sampah saat pembuatan ogoh-ogoh. Pemerintah sepatutnya memberi tahu agar STT (sekaa teruna teruni) membuat ogoh-ogoh tersebut lebih baik mempergunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti anyaman yang terbuat dari bambu.
Enable comment auto-refresher